SEJARAH MAJALAH. Majalah Revue Indonesia diterbitkan oleh Soemanang pada awal Kemerdekaan Republik Indonesia yang dalam salah satu edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Inzet: dari kiri ke kanan Wardiman, Lasmin, Sahriana S, Murni, Dedi Risaldi.
PEDOMAN KARYA
Jumat, 02 Juni 2017
Sejarah Majalah di Dunia dan di Indonesia
Oleh: Sahriana S,
Dedi Risaldi, Lasmin, Wardiman, Murni
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah, Makassar)
Dunia
cetak-mencetak mulai mengalami kemajuan tak henti-henti sejak dikembangkannya
mesin cetak oleh Johannes Guttenberg tahun 1455. Mesin cetak ini merupakan yang
pertama kalinya di Eropa yang menggunakan cetak logam yang dapat digerakkan
(movable metal type).
Secara dramatis,
penemuan ini meningkatkan kecepatan produksi barang cetakan, termasuk buku dan
majalah. Mesin cetak juga mengurangi waktu yang digunakan dalam produksi buku
dan majalah sebelumnya.
Majalah yang
paling awal adalah Erbauliche Monaths – Unterredungen (1663–1668) diterbitkan oleh Johann Rist, seorang teolog dan penyair dari Hamburg,
Jerman.
Bentukan iklan
buku dikenalkan sejak tahun 1650, berupa feature yang muncul secara reguler dan
kadang diberi ulasan. Katalog-katalog reguler terbit, seperti Mercurius
Librarius atau A Catalogue of Books (1668-1670). Tetapi, selama abad 17 terbitan
semacam itu rata-rata berumur pendek.
Jenis majalah
yang lebih ringan isinya, atau berkala hiburan, pertama kali terbit pada 1672,
yaitu Le Mercure Galant, didirikan oleh seorang penulis, Jean Donneau de Vice.
Isinya: kisah-kisah kehidupan, anekdot, dan mutiara hikmah.
Di awal
terbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas.
Penerbitnya lebih suka disebut pengelola ”quality”
magazines.
Sejak 1830-an,
bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang
lebih luas. Awalnya berbagai majalah ini menyajikan mater-materi yang bersifat
meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga. Tapi, pada akhir abad 18
berkembang majalah-majalah populer yang semata-mata menyajikan hiburan.
Di Inggris,
Charles Knight menjadi pelopor majalah jenis baru ini. Ia menerbitkan mingguan
Penny Magazine (1832 – 1846) dan Penny Cyclopedia (1833 – 1858).
Selain majalah
populer, muncul pula berbagai penerbitan majalah serially yang dipenuhi dengan
gambar-gambar ilustrasi. Di AS, sampai tahun 1850, perkembangan itu tidak
ditemukan. Yang tercatat mengembangkan
penerbitan berskala nasional jangkauan oplahnya yaitu Saturday Evening Post
(1821 – 1869) dan Youth Companion (1827 – 1929).
Pada seperempat
akhir abad 19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat
mendapat limpahan informasi dan hiburan. George Newness menyalurkan hobinya
yang berawal dari kesukaannya menggunting paragraf-paragraf, pada 1881, dengan
menerbitkan Tit-Bits yang terbit secara periodik, dan menyebar secara
meluasmelintasi batas negara. Hal tersebut diikuti oleh the Strand yang menjadi
populer karena kisah-kisah Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.
Keberadaan
majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana
surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa khususnya
Inggris, dan di benua Amerika diwakili oleh Amerika Serikat.
Zamannya Majalah
Di Amerika,
tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah (the age of magazines).
Majalah yang paling pouler saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit
tahun 1821, dan Nort American Review. Perubahan besar dalam industri majalah
terjadi pada tahun 1890-an, ketika S.S. McClure, Frank Musey, Cyrus Curtis, dan
sejumlah penerbit lain mulai mengubah industri penerbitan majalah secara
revolusioner.
Mereka melihat
adanya ratusan ribu calon pelanggan yang belum terlayani oleh majalah yang ada.
Mereka juga melihat bahwa iklan akan memainkan peranan penting dalam
perekonomian AS. Maka, para tokoh ini menciptakan majalah yang isinya sesuai
dengan selera dan kepentingan orang banyak.
Munsey’s dan
McClure’s mulai menyajikan liputan olahraga di Harvard yang disusul dengan
artikel olahraga umum, tulisan tentang perang, lagu-lagu populer, para pesohor
(selebritis), dan sebagainya.
Curtis lalu
menerbitkan majalah khusus kaum ibu, Ladies’ Home Journal, yang kemudian
menjadi majalah pertama yang mencapai tiras 1 juta. Majalah-majalah khusus seni
dan arsitektur, kesehatan, dan sebagainya segera ikut bermunculan. Terjadilah
fenomena yang disebut dengan popularisasi dan segmentasi isi.
Para penerbit
majalah juga berusaha menekan harga agar bisa terjangkau oleh orang kebanyakan.
Pada tahun 1893, Frank Munsey menjual Munsey’s seharga 10 sen, jauh lebih murah
dari pada majalah lain. Iklan menjadi kian
penting dari pada harga majalah.
Curtis kemudian
bahkan menurunkan harga majalahnya menjadi 5 sen, lebih murah dari pada harga kertas majalahnya sendiri.
Isi populer dan harga murah itu sukses menjaring banyak pembeli, sehingga
pengiklan pun tertarik.
Kerugian akibat
harga yang lebih murah dari pada
biaya produksi ditutup oleh penghasilan dari iklan. Redistribusi pendapatan
memunculkan kelas menengah yang daya belinya lebih baik, dan mereka merupakan
pasar potensial aneka produk massal yang dapat dijaring melalui iklan di
majalah.
Hal ini juga
mendorong penerbit untuk berusaha membidik pembeli yang homogen guna memudahkan
segmentasi iklan.
Dulu, untuk
mempercepat reproduksi, majalah mempekerjakan banyak seniman
yang masing-masing membuat sebagian gambar yang lalu disatukan sebelum
digunakan sebagai materi cetakan.
Teknik cetak
foto modern jelas serba lebih mudah. Pengiriman foto juga gampang dilakukan
sejak adanya kamera saku dan jasa pencetakan dan pengiriman foto kilat sejak
1935. Jika sebelumnya produk bacaan (cetak) dan aksesnya hanya tersedia bagi
kalangan tertentu, maka belakangan produk-produk tersebut dapat diproduksi
lebih banyak dan menyebar ke pembaca yang lebih luas.
Terbitan koran
dan majalah juga termasuk yang harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan
kondisi-kondisi baru ini. Banyak majalah raksasa yang tertekan, Tidak sedikit
mingguan atau bulanan yang sudah puluhan tahun terbit dan berjangkauan luas
akhirnya terpaksa tutup.
Majalah yang
mampu bertahan umumnya yang bersifat khusus, seperti majalah khusus wisata
(Sunset), olahraga (Sport Illustrated), hobi perahu layar (Yachting), penggemar
acara televisi (TV Guide), atau berita-berita ilmiah (Scientific American).
Majalah-majalah
yang meliput segala hal (pusparagam) seperti Collier’s dan Saturday Evening
Post, sudah bukan zamannya lagi, bahkan juga bagi yang awalnya begitu terkenal
seperti Life dan Look. Sekarang adalah zaman majalah-majalah khusus.
Tokoh Pelopor
Majalah
Penelusuran
sejarah perkembangan media massa takkan lepas dari tokoh atau figur yang
memprakarsai atau menerbitkan media massa tersebut. Hal itu terbukti pada
catatan-catatan sejarah mengenai majalah.
Seorang tokoh
melekat dengan media terbitannya. Berikut beberapa tokoh yang tercatat oleh
sejarah telah sukses menerbitkan majalah yang menjadi tonggak perkembangan
salah satu media cetak ini.
Daniel Defoe
Pada tahun 1704,
di Inggris, terbit Review, majalah yang berisi berita, artikel, kebijakan
nasional, aspek moral, dan lain-lain. Bentuknya adalah antara majalah dan surat
kabar, ukuran halaman kecil, serta terbit tiga kali satu minggu. Defoe
bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai
penulisnya.
Benjamin
Franklin
Dialah yang
telah mempelopori penerbitan majalah di Amerika. Pada tahun 1740, dia
menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle.
Richard
Steele
The Tatler ia
buat pada tahun 1790, selanjutnya The Spectator ia terbitkan bersama Joseph
Addison. Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional,
tulisan yang mengandung unsur-unsur moral, berita-berita hiburan tentang teater
dan gosip.
Dewitt Wallace
dan Lila
Saat masih
berusia 20 tahun, sepasang suami istri ini telah mampu menerbitkan sebuah
majalah pada tahun 1922, Reader’s Digest. Pada pertengahan abad 20, majalah ini
merupakan majalah tersukses. Pada tahun 1973, Reader’s Digest untuk di Amerika
saja, dapat mencapai pelanggan sebanyak 18 juta pembaca, belum termasuk
pembacanya di dunia.
Henry Luce
Lulusan Yale
University ini, bersama Briton Hadden menerbitkan majalah Time. Ia terdorong
oleh keberhasilan Reader’s Digest. Tak hanya itu, ia pun menerbitkan Fortune,
Sport Illutrated, dan Life. Majalah yang disebutkan terakhir merupakan majalah
berita yang banyak mengandung foto. Foto-foto tersebut berfungsi sebagai alat
informasi, menghibur, dan memengaruhi.
Hugh
Hefner
Dia menerbitkan
majalah Playboy pada tahun 1953. Majalah bagi pria dewasa ini adalah salah satu
majalah yang sukses. Pada tahun 1970-an, sirkulasinya mencapai enam juta eksemplar.
Sejarah Majalah di Indonesia
Sejarah
keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai pada masa menjelang
dan awal kemerdekaan Indonesia.
Di Jakarta pada
tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto dengan
prakarsa dari Ki Hadjar Dewantoro, sedang di Ternate pada bulan Oktober
1945 Arnold Monoutu, dan dr Hassan
Missouri menerbitkan majalah mingguan Menara
Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan Radio
Republik
Indonesia (RRI).
Di kediri terbit
majalah berbahasa Jawa Djojobojo, pimpinan Tadjib Ermadi. Para
anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar menerbitkan majalah berbahasa
jawa, Obor (Suluh)
Awal Kemerdekaan
Soemanang
SH yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu
edisinya pernah mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat
kabar, yang jumlahnya sudah mencapai ratusan.
Semuanya terbit
dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan belanda,
mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa
persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan
rakyat.
Zaman Orde Lama
Pada masa ini,
perkembangan majalah tidak begitu baik, karena
relatif sedikit majalah yang terbit. Sejarah mencatat majalah Star Weekly,
serta majalah mingguan yang terbit di Bogor bernama Gledek, namun
hanya berumur beberapa bulan saja.
Zaman Orde Baru
Awal orde baru,
banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, di antaranya di Jakarta terbit majalah Selecta pimpinan Sjamsudin
Lubis, majalah sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan
majalah Kiblat.
Hal ini terjadi
sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta
tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju.
Kategorisasi Majalah
yang Terbit pada Masa
Orde Baru,
yakni :
1.
Majalah berita: Tempo, Gatra,
Sinar, Tiras
2.
Majalah keluarga: Ayahbunda, Famili
3.
Majalah wanita: Femina, Kartini,
Sarinah
4.
Majalah pria: Matra
5.
Majalah remaja wanita: Gadis, Kawanku
6.
Majalah remaja pria: Hai
7.
Majalah anak-anak: Bobo, Ganesha,
Aku Anak Saleh
8.
8)Majalah ilmiah popular: Prisma
9.
Majalah umum: Intisari, Warnasari
10.
Majalah hukum: Forum Keadilan
11.
Majalah pertanian: Trubus
12.
Majalah humor: Humor
13.
Majalah olahraga: Sportif, Raket
14.
Majalah berbahasa daerah: Mangle
(Sunda, Bandung), Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)
Pengertian
Majalah
Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan
secara berkala yang memuat artikel–artikel dari berbagai penulis (Assegaff,
1983). Selain memuat artikel, majalah juga merupakan publikasi yang berisi
cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi
dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi
bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari
sesuatu hal yang diinginkannya.
Majalah adalah salah satu jenis dari media massa. Majalah
terdiri dari sekumpulan kertas cetakan yang disatukan. Tulisan-tulisan di dalam
majalah dibuat bukan oleh tulisan tangan, namun oleh suatu mesin cetak. Tidak
ada ketentuan baku dalam penyusunan isi sebuah majalah.
Majalah biasanya berisi berbagai macam topik tulisan yang
sesuai dengan tujuan dan topik dari majalah yang bersangkutan. Bukan hanya
terdapat tulisan, di dalam majalah juga ada gambar-gambar yang bertujuan
sebagai ilustrasi dari tulisan dan juga bertujuan untuk membuat isi majalah
menjadi cantik dan menarik. Gambar-gambar tersebut bisa berbentuk gambar orang,
gambar benda, atau gambar kartun.
Antara satu tulisan dan tulisan lain dalam majalah tidak
mempunyai hubungan cerita secara langsung. Misalkan pada majalah olahraga,
tulisan tentang pemain sepakbola tertentu pada satu tulisan tidak berhubungan
dengan tulisan lain yang membahas tentang klub sepakbola tertentu.
Tulisan-tulisan dalam majalah tidak mempunyai kronologis
tertentu, tidak ada awal dan tidak ada akhir. Tidak ada pembuka dan tidak ada
penutup. Jadi, majalah hanyalah tempat untuk mengumpulkan tulisan-tulisan
tertentu yang mempunyai tema yang sama namun antara tulisan yang satu dengan
tulisan yang lain tidak mempunyai hubungan kronologis, masing-masing tulisan
berdiri sendiri. Di dalam majalah juga terdapat halaman-halaman iklan, sesuatu
yang biasanya tidak terdapat di dalam sebuah buku.
Umum dan Khusus
Menurut F Frazier Bond, majalah dapat dibagi ke dalam dua
bagian yaitu: Majalah Umum dan Majalah
Khusus.
Majalah Umum adalah majalah yang menggunakan
persoalan-persoalan yang mempunyai arti penting bagi orang banyak. Menyangkut
soal politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang
meliputi kebutuhan manusia dalam masyarakat.
Majalah Khusus adalah majalah yang mengemukakan masalah
pertanian, ekonomi, teknik, ilmu pengetahuan dan lain-lain (Suhandang, 1988).
Didorong oleh keberadaannya sebagai makhluk sosial, manusia
senantiasa berusaha untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Media
massa menyediakan informasi yang di perlukan guna memenuhi kebutuhan akan
informasi tersebut, baik media cetak maupun media elektronika.
Adapun peran spesifik media cetak dalam penyampaian
informasi, di antaranya berkaitan dengan reading habit dan tradisi menulis.
Majalah sebagai salah satu media cetak yaitu merupakan
salah satu sumber informasi yang pada saat ini semakin populer di masyarakat.
Majalah merupakan bagian dari pers yang membawa misi penerangan, pendidikan,
dan hiburan.
Penerbitan majalah sendiri dimulai pertama kali di
Amerika oleh Benjamin Franklin bernama General Magazine pada tahun 1741, tetapi
perkembangannya sendiri baru tampak sekitar abad XIX.
Karena termasuk sebagai media cetak, maka pesan-pesan
dalam majalah bersifat permanen dan publik dapat mengatur tempo dalam
membacanya, selain itu pula kekuatan utamanya adalah dapat dijadikan sebagai
bukti (Assegaff, 1980).
Kelebihan
Majalah
Kelebihan
majalah yang dapat kita nikmati adalah sebagai berikut:
·
Dapat
dinikamti lebih lama (long life span).
·
Pembacaannya
lebih selektif.
·
Dapat
mengemukakan gambar yang menarik (Kualitas Visual).
·
Khalayak
sasaran; salah satu keunggulan majalah jika dibandingkan dengan media lainnya
adalah kemampuannya menjangkau segmen pasar tertentu yang terspesialisasi.
·
Penerimaan
khalayak; kemampuan mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan
persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah yang bersangkutan.
·
Mempunyai
kemampuan untuk menjangjau segmen pasar tertentu yang terspesialisasi.
·
Mempunyai
kemampuan mengangkat produk-produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi
khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan.
·
Memiliki
usia edar yang paling panjang dibanding media lainnya.
·
Mempunyai
kualitas visual yang baik karena umumnya majalah dicetak di ketas yang
berkualitas tinggi.
Kekurangan
Majalah
Kekurangan
majalah yang sering kita jumpai adalah sebagai berikut.
·
Biaya
lebih relatif tinggi (mahal).
·
Fleksibilitasnya
rendah (terbatas).
·
Proses
distribusinya,banyak majalah yang peredarannya lambat sehingga hanya menumpuk
di rak-rak toko. Ada juga majalah yang tidak memiliki jaringan distribusi yang
tepat. Di beberapa daerah tertentu yang daya belinya tinggi namun sulit
dijangkau, majalah sering tidak ada.
·
Jenis
bahan yang digunakan biasanya mudah sobek, artinya gangguan mekanis tinggi,
sehingga informasi yang diterima tidak lengkap.
·
Biaya
yang dipakai untuk menjankau setiap kepala menjadi lebih mahal karena majalah
hanya beberadar di lingkungan yang terbatas.
Majalah
Pada Era Digital
Awalnya, majalah elektronik hanya mengambil artikel dari versi
cetak yang kemudian diposting secara online. Tujuannya hanya untuk memancing
konsumen agar tetap berlangganan versi cetak dari majalah tersebut.
Namun, saat ini majalah elektronik sudah semakin canggih dan
berkembang sehingga mampu membuat majalah yang memiliki konten serta
karakteristik yang original dari masing-masing majalah tersebut.
Bagi penerbit, majalah berbasis internet yang melakukan
penyampaikan informasi lewat dunia maya ini tentunya harus lebih berhati-hati.
Editor harus memegang kendali terhadap kontent-konten yang masuk. Hal tersebut
digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada kontent yang menyinggung dan tidak
menyenangkan bagi khalayak.
Majalah elektronik saat ini juga sudah mulai memanfaatkan
teknologi new social media seperti Twitter, Facebook, dan link terkait lainnya.
Majalah-majalah tersebut biasanya membuat akun dari
sosial media yang terintegrasi dengan situs majalah itu sendiri. Manfaatnya
adalah sebagai wadah untuk berinteraksi antara penerbit dengan pembaca, maupun
pembaca dengan pembaca lainnya. Meskipun majalah elektonik itu sendiri biasanya
sudah memiliki layanan chat room, kolom komentar, dan email.
Kekurangan
dan Kelebihan Majalah Elektronik
Sekarang kita bisa melihat, bagaimana internet memberikan pengaruh
yang sangat besar terhadap sikap dan perbuatan sebagian masyarakat kita, hampir
seluruh masyarakat kota sudah sangat dekat dengan internet, masyarakat desa
juga mulai terpengaruh oleh keadaan yang memaksa mereka untuk maju dengan
menggunakan teknologi.
Salah satu media massa yang menggunakan atau memanfaatkan
kehadiran internet adalah majalah. Sekarang ini sebagian majalah sudah mulai
merombaknya bukan dalam bentuk hard copy atau cetak lagi namun dalam bentuk
digital yang mudah di akses dimanapun dan memiliki kepraktisan tersendiri.
Adapun manfaat atau kelebihan, jika kita menggunakan media digital
yaitu:
·
Dapat
diakses kapan saja dan dimana saja dengan menggunakan media elektronik yang
juga mudah dibawa kemana saja. Seperti handphone, blackberry, android, iPhone,
iPad, dan sebagainya
·
Tampilan
majalah akan lebih menarik dengan adanya pop up dari teks, gambar maupun iklan
yang bergerak
·
Majalah
versi digital dapat lebih dulu dinikmati sebelum versi cetaknya terbit
·
Pembaca
dapat dengan mudah mengirimkan artikel kepada rekannya, memesan produk iklan
yang terdapat diwebsite, dan mencari topik-topik hangat yang pernah ada
diartikel edisi sebelumnya
·
Penerbit
dapat mengurangi biaya produksi dan distribusi majalah.
·
Tidak
membutuhkan ruangan atau tempat yang luas untuk penyimpanannya, karena berkas
menggunakan format file digital
·
Membantu
mengurangi dampak pemanasan global dengan penggunaan kertas yang semakin mahal
dan persediaan yang semakin menipis.
·
Informasi
(berita) dapat disampaikan secara cepat,
·
Biaya
produksi cenderung lebih murah.
·
Kejadian
suatu berita dapat diberitakan secara langsung.
·
Sedangkan
kekurangan media digital :
·
Media
elektronik yang digunakan untuk mengakses majalah elektronik cukup mahal.
·
Hanya
dapat dinikmati oleh sebagian kalangan yang mengerti akan teknologi saja yang
berdampak pada terbatasnya sasaran pasar.
·
Teknologi
yang berbasis listrik suatu saat akan mengalami masa kedaluarsa, dimana
teknologi tersebut tidak akan dapat dipergunakan lagi
·
Membuat
indera penglihatan (mata) lebih cepat lelah karena teknologi elektronik
memancarkan radiasi. Pada jangka panjang, radiasi tersebut juga akan berdampak
bagi kesehatan manusia.
Sumber:
Bitebrands.
2015. Kelebihan dan Kekurangan Majalah
Cetak. Diakses http://www.bitebrands.co.
(Pada tanggal 05 Mei 2017, jam 15:29 Wita).
Dominick,J.R.(2008).The
Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age, Elevent Edition,
McGraw Ho, International Edition Wikipedia.com/sejarah_majalah.
Straubbar, J., 2006, Media Now:
Understanding Media, Culture and Technology, bab III.
Fadhillah.
2014. Sejarah Perkembangan Majalah Dunia.
Diakses di http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id.
(Pada tanggal 05 Mei 2017, jam 15:26
Wita).
Junaedhie, Kurniawan. (1995).
Rahasia Dapur Majalah di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
LolyCore.com/sejarah/perkembangan/majalah.html
Rivers, William L. (1983).
Magazine Editing in the 80’s: Text and Exercises. California: Wadsworth
Publishing Company.
Keterangan:
·
Para penulis adalah mahasiswa Angkatan
2014/2015, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah (Unismuh)
Makassar
·
Artikel ini adalah tugas mata kuliah
Jurnalistik yang diampu oleh Asnawin Aminuddin, pada semester genap (semester
VI), tahun akademik 2016/2017
Oalah gitu ya sejarah majalah di dunia. Tapi di era sekarang kayak nya majalah udah menurun populitas nya. karena sekarang udah pada pindah di digital
BalasHapusjangan lupa kunjungan balik nya ya kak Macam macam desain grafis
Laura toys store menjual berbagai macam mainan untuk anak anak kesayangan anda.
BalasHapusKunjungi hkgtoto.com untuk info selengkapnya
Terima kasih atas infromasinya, izin menggunakan sebagai refrensi tugas.
BalasHapus