Sebagai mantan wartawan harian Pedoman Rakyat (masuk 1992 dan tetap bertahan sebagai wartawan Pedoman Rakyat hingga 2007 saat koran tersebut berhenti terbit), saya tentu saja senang dapat melihat tampilan terbitan lama Pedoman Rakyat dan mendapat informasi mengenai isi beritanya pada edisi 15 Juni 1953.
--------
Makassar Tahun 1953 dan Hari Pahlawan Sultan Hasanuddin
Oleh: Asnawin
(Mantan wartawan harian Pedoman Rakyat)
Saat berselancar di internet, tanpa sengaja saya menemukan foto koran harian Pedoman Rakyat terbitan 15 Juni 1953. Foto tersebut diunggah oleh Suharman Musa di blog Nawanawa (http://suharman-musa.blogspot.com/2012/10/makassar-senin-15-juni-1953.html), pada Sabtu, 27 Oktober 2012.
Bukan hanya foto, Suharman Musa juga membuat artikel berjudul "Makassar, Senin 15 Juni 1953" dan menyampaikan sekaligus mengulas isi berita harian Pedoman Rakyat.
Sebagai mantan wartawan harian Pedoman Rakyat (masuk 1992 dan tetap bertahan sebagai wartawan Pedoman Rakyat hingga 2007 saat koran tersebut berhenti terbit), saya tentu saja senang dapat melihat tampilan terbitan lama Pedoman Rakyat dan mendapat informasi mengenai isi beritanya pada edisi 15 Juni 1953.
Dari situ, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa koran juga sesungguhnya dapat berfungsi sebagai buku sejarah, karena menyajikan informasi peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Sungguh besar jasa wartawan dan koran dalam menyajikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa atau saat terbitnya.
Kelebihan koran dibandingkan buku sejarah, terletak pada penyajian peristiwanya detail, sehingga jika koran tersebut dibaca puluhan tahun kemudian, maka kita akan tahu peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada puluhan tahun tersebut, mulai peristiwa politik, pemerintahan, ekonomi, kriminal, hingga olahraga.
Sedangkan buku sejarah, biasanya hanya menyajikan satu peristiwa dan hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Buku sejarah pahlawan nasional Sultan Hasanuddin misalnya, tentu hanya menyajikan sejarah perjalanan hidup dan perjuangan sang pahlawan nasional.
Perang Antar-gerombolan
Seperti yang diungkap dan diulas oleh Suharman Musa, koran harian Pedoman Rakyat (waktu itu masih menggunakan ejaan lama, yakni Pedoman Rakjat) edisi 15 Juni 1953, hanya terbit empat halaman. Halaman satu berisi berita-berita utama, halaman dua juga berisi berita-berita, sedangkan halaman tiga dan halaman empat berisi iklan.
Tagline harian Pedoman Rakyat ketika itu adalah "Pedoman Rakjat, Suara Merdeka Untuk Ke Adilan Sosial.”
Berita utama yang disajikan pada halaman satu, yaitu peristiwa pertempuran atau perang antar-gerombolan di tengah-tengah persiapan menjelang hari raya Idul Fitri. Peristiwa tersebut diberi judul: “Tjara2 Makassar menjambut hari Lebaran, Suara takbir diselingi suara2 tembakan, Penduduk dibeberapa bagian kota menjingkir, karena gerombolan bertempur dengan gerombolan?”
Dalam berita tersebut diceritakan tentang rentetan suara tembakan selama beberapa malam menjelang lebaran. Juga diberitakan tentang Hari Raya Idul Fitri 1372 Hijriyah, yang dilaksanakan di Lapangan Karebosi, Makassar, dan dihadiri sekitar 20.000 jamaah.
Tulisan di koran ini masih menggunakan ejaan lama dan masih banyak menggunakan kosa kata bahasa Belanda. Misalnya pada kolom kedua dan ketiga pada halam pertama tertulis; "selama minggu2 terachir ini seluruh Chinese Wijk kalau matahari terbenam merupakan kuburan sepi….dst.” Pada kolom ketiga ada tulisan; "tjatatan kriminaliteit dalam kota Makassar…..dst."
Dengan membaca berita peristiwa perang antar-gerombolan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Makassar ketika itu masih belum aman. Meskipun demikian, koran harian Pedoman Rakyat tetap terbit dan tidak terpengaruh dengan suasana yang belum aman.
Hari Pahlawan Sultan Hasanuddin
Sajian berita lainnya pada halaman satu adalah peristiwa upacara peringatan hari kelahiran Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin, yang dilaksanakan pada 14 Juni 1953. Upacara dilangsungkan di area Makam Sultan Hasanuddin, di Tamalate, Gowa. Tempat itu sekarang bernama Kampung pandang-pandang, tidak jauh dari perbatasan Gowa dengan Makassar.
Upacara peringatan Hari Pahlawan Sultan Hasanuddin ketika itu antara lain dihadiri Bupati Abdul Razak, Major Saleh Lahade, dan Walikota Makassar Syahruddin. Malamnya diadakan pertunjukan sandiwara tentang sejarah dan perjuangan Sultan Hasanuddin, di Balai Pertemuan Masyarakat. Juga diadakan Pasar Malam Amal di Sungguminasa dan Makassar.
Berdasarkan berita ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hari lahir pahlawan nasional Sultan Hasanuddin ternyata diperingati setiap tahun tahun 1950-an. Dalam hal ini, para sejarawan perlu mencari tahu sejak tahun berapa upacara peringatan Hari Kelahiran Pahlawan Nasional Sultan Hasanuddin dimulai dan tahun berapa terakhir kali diupacarakan.
Berita Olahraga
Harian Pedoman Rakyat edisi 15 Juni 1953, juga memuat berita olahraga pada halaman satu, yaitu berita kedatangan Kesebelasan Philipina yang akan memainkan laga persahabatan melawan kesebelasan di Indonesia. Berita tersebut dilengkapi dengan foto kesebelasan Philipina saat tiba di Jakarta. Judul beritanya, “Ke XI Pilipina Digulingkan oleh Tjimahi dan Bogor, Masing2 dengan 4-2 dan 5-1.”
Berita Politik
Pada halaman dua, disajikan berita politik. Salah satu beritanya berjudul; "Pres-Ali bitjarakan soal kabinet: PSI-Masjumi tjotjok kalau Ali Formateur.” Yang dimaksudkan adalah Dubes RI di AS Mr. Ali Sastroamidjojo bertemu dengan Presiden Soekarno dan membicarakan tentang formateur. Menurut kabar, beliau dicalonkan menjadi Perdana Menteri dan akan mendapat sambutan yang baik di kalangan PSI dan Masjumi.
Masih di halaman dua, ada berita tentang Nyonya Rasuna Said yang terpilih menjadi ketua umum Panitia Penyelenggara Kongres Perdamaian Seluruh Indonesia.
Melihat judul-judul berita Pedoman Rakyat ketika itu, tampaknya media, wartawan, dan masyarakat masih senang dengan judul berita yang panjang-panjang. Jauh dari prinsip atay ciri bahasa jurnalistik, yakni singkat, padat, jelas, dan sederhana.
Iklan
Koran harian Pedoman Rakyat ketika itu juga dipenuhi dengan iklan ucapan selamat hari Idul Fitri, antara lain dari toko “AN LOK” di Jalan Belanda 28, Makassar, dengan tulisan; “Dengan djalan ini, kita mengutjap Selamat Hari Raya Aidil Fitri 1 Sjawal 1372 kepada sekalian langganan, sahabat dan kenalan kaum Muslimin.”
Ada juga dari toko “HAP LIE” di Jalan Kemah no. 33, Tilp. 382. Ada pula ucapan Idul Fitri dari R. Saleh Sastranegara, Kepala Polisi Provinsi Sulawesi.
Informasi lain yang bisa diperoleh dari iklan-iklan harian Pedoman Rakyat ketika itu adalah nama-nama jalan di Kota Makassar, yang kini sudah berganti nama. Nama-nama jalan tersebut antara lain Jl. Kemah, Jl. Belanda, Jl. Walikota, Jl. Maciniayo, Jl. Gowa Utara, dan Jl. Polongbangkeng.
Iklan Bioskop
Iklan lain yang terdapat pada harian Pedoman Rakyat (halaman tiga dan halaman empat) ketika itu adalah iklan bioskop atau iklan film yang diputar pada bioskop-bioskop di Kota Makassar.
Salah satu iklannya bertuliskan; "GABIMA MEMPERSEMBAHKAN HARI INI”. Gabima adalah singkatan dari Gabungan Bioskop Makassar. Dalam iklan tersebut ada delapan bioskop disebutkan, tetapi di halaman lain, juga ada beberapa nama bioskop lainnya, seperti, Bioskop Nam Seng Theatre, dan Bioskop Shanghai Theatre.
Di Bioskop CAPITOL diputar film “Jiwa Lara” untuk 17 tahun ke atas dimainkan oleh Osman Gumanti dan Rukiah. Di Bioskop CITY, diputar film Hollywood dengan judul “The Barefoot Mailman”. Pemainnya, Robert Cummings, Terry Moore, Jerome Courtland. Ada juga Bioskop EMPRESS yang memutar film “Main2 Djadi Sungguhan” dengan pemeran Rd. Mochtar dan Netty Herawati.
Film “Antara Senjum dan Tangis” yang dimainkan oleh P. Ramlee dan Rukiah diputar di Bioskop MURNI hari itu. Film Hollywood lainnya yang diputar di Bioskop SAMPURNA adalah “King of Jungleland” dengan pemeran Clyde Beatty dan Manuel King.
Bioskop SIRENE memutar film yang sama dengan yang diputar di bioskop CAPITOL yaitu film “Jiwa Lara”. Film “Dewi Murni” diputar di bioskop SULAWESI dengan aktor Osman Gumanti dan Kasma Booty.
Terakhir bioskop TAMAN GEMBIRA memutar film yang sama dengan yang diputar di bioskop MURNI yaitu film “Antara Senjum dan Tangis.”
Sekali lagi, inilah bukti bahwa koran juga dapat berfungsi sebagai buku sejarah atau dokumen sejarah. Selain nama-nama jalan, juga ada nama-nama bioskop, judul-judul film, serta nama-nama aktor dan aktris tempo dulu yang kini tinggal kenangan.
Dulu ada Bioskop Nam Seng Theatre, Bioskop Shanghai Theatre, Bioskop CAPITOL, Bioskop CITY, Bioskop EMPRESS, Bioskop MURNI, Bioskop SAMPURNA, Bioskop SIRENE, Bioskop SULAWESI, dan Bioskop TAMAN GEMBIRA.
Melalui iklan bioskop tersebut, juga disebutkan nama-nama bintang film tempo dulu yang sekarang sudah jarang disebutkan namanya, antara lain aktor Osman Gumanti, Rd. Mochtar, aktris Rukiah, Netty Herawati, dan Kasma Booty.
Demikianlah antara peran dan jasa media cetak sebagai buku atau dokumen sejarah. Maka berbahagialah para wartawan, karena berita-berita yang mereka liput dan disiarkan beritanya melalui media cetak, kelak dapat menjadi dokumen sejarah yang bermanfaat sebagai catatan sejarah.
Gowa, 10 Oktober 2015