KHATIB. Dosen Unismuh Makassar, Dr Dahlan Lama Bawa (ketiga dari kiri) foto bersama beberapa jamaah seusai membawakan khotbah Idul Adha 1438 Hijriyah, di Halaman Kampus Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS), Papua Barat, Jumat, 01 September 2017. (ist)
-------
Minggu, 03 September 2017
Dosen Unismuh Khotbah di Papua Barat
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Dosen Universitas Muhammadiyah (Unismuh)
Makassar, Dr Dahlan Lama Bawa tampil sebagai khatib untuk membawakan khotbah Idul Adha 1438 Hijriyah,
berjudul “Pengorbanan Hakiki”, di Halaman Kampus Universitas Muhammadiyah Sorong
(UMS), Papua Barat, Jumat, 01 September 2017.
Acara
shalat Idul Adha dihadiri ribuan jamaah, termasuk Rektor Universitas
Muhammadiyah Sorong Dr Hermanto, WR I Dr Muhammad Ali dan para wakil rektor
lainnya, para dekan dan wakil dekan, para Ketua Program Studi, serta Kepala
Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan Muhammad Sattu.
Juga
hadir Pimpinan Wilayah Papua Barat, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Sorong,
warga Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), aparat TNI dan Polri, serta sejumlah Anggota
DPRD Kota Sorong.
Dalam
khotbahnya, Dahlan Lama Bawa antara lain mengatakan, perintah qurban berawal
dari kisah rendah hati seorang Ibrahim, Nabi utusan Allah, yang dengan rela
hati melakukan pengorbanan hakiki, yakni pengorbanan jiwa anak semata wayang, buah
hati belahan jantung, putra tunggal kesayangan Sitti Hajar, yakni Ismail.
“Melalui
dialog terbuka antara sang ayah, Ibrahim, dengan putra satu-satunya, yang
begitu dikasihi, akhirnya, demi sebuah ketaatan yang total yang disebut taqwa,
maka walau hanya petunjuk lewat mimpi, Nabi Ibraim membuktikan dirinya
benar-benar sebagai manusia pilihan, dengan hati tegar dan tangan gemetar, ia
menghunus pedang di leher seorang anak belia, yang tidak lain adalah anak
kandungnya sendiri, yang dikaruniakan Allah ketika Ibrahim sudah berusia
lanjut. Alkisah, tubuh Ismail diganti dengan seekor kibas atau domba,” tutur
Dahlan.
Sesudah
nyata kebesaran Ibrahim dan ketaatan Ismail, katanya, maka Allah melarang
menyembelih Ismail dan untuk meneruskan perintah, Allah menggantinya dengan
seekor sembelihan (kambing).
“Peristiwa
ini menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan pada hari raya Idul Adha
dan Hari Nahar, tanggal 10 dzulhijjah,
dan Hari Tasyrik, tanggal, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah,” jelas Dahlan.
Dari peristiwa
itulah asal muasal sekaligus simulasi yang diperagakan oleh Nabi Ibrahim atas
petunjuk Allah SWT, sebagai contoh bagi kaum muslimin untuk memotong hewan qurban
demi mengharap taqwa.
“Sebab
hakikat dari qurban adalah meraih predikat muttaqin atau orang-orang yang paling bertaqwa di sisi Allah,”
tegas Dahlan yang juga Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Sulsel. (win)