“Liatmaki’ itu para
calon legislator dan calon senator-ka. Mereka itu orang-orang kaya yang
buang-buang uang, karena pasti banyak uangna yang akan habis sebagai caleg atau
calon senator dan belum tentu terpilih,” kata Daeng Nappa’.
“Belum tentu mereka itu
kaya. Bisa saja uang yang akan dipakai kampanye itu uang pinjaman atau uang pemberian,
tapi janganki’ tawwa bilang buang-buang uang,” kata Daeng Tompo’.
----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 23 September 2018
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Janganki’
Tawwa Bilang Mereka Buang-buang Uang
“Banyakna itu orang
kaya yang buang-buang di’?” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ dengan nada tanya
saat ngopi sore di teras rumah Daeng Tompo’.
“Buang-buang uang
bagaimana maksudta’?” Daeng Tompo’ balik bertanya.
“Liatmaki’ itu para
calon legislator dan calon senator-ka. Mereka itu orang-orang kaya yang
buang-buang uang, karena pasti banyak uangna yang akan habis sebagai caleg atau
calon senator dan belum tentu terpilih,” kata Daeng Nappa’.
“Belum tentu mereka itu
kaya. Bisa saja uang yang akan dipakai kampanye itu uang pinjaman atau uang pemberian,
tapi janganki’ tawwa bilang buang-buang uang,” kata Daeng Tompo’.
“Buang-buang uangmi itu
namana, karena mereka tahu bahwa dalam satu Dapil (daerah pemilihan), hanya
satu dua orang yang lolos masuk anggota dewan dalam satu parpol, padahal setiap
parpol rata-rata mengusung tujuh sampai sembilan otang. Begitu juga calon
senator, hanya empat orang yang akan lolos, tetapi yang ikut bersaing lebih
dari 20 orang misalnya,” papar Daeng Nappa’.
“Aih, kutau’mi,” tukas
Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Apa yang kitau’?” Tanya
Daeng Nappa’ penasaran.
“Kita’ bilang
buang-buang uang karena cemburuki’ to, karena kita’ biasa tidak ada uangta’
bahkan kadang-kadang pembeli pulsa juga tidak ada, jadi cemburuki’ karena tidak
bisaki’ ikut jadi caleg,” kata Daeng Tompo’ sambil tertawa dan keduanya pun
tertawa-tawa. (asnawin)
Gowa, Ahad, 23
September 2018