“Rakyat dan ulama bahkan mengadakan pertemuan terbuka di lapangan untuk menyatakan dukungannya kepada pasangan Capres-cawapres penantang, sekaligus menggaungkan semangat ganti presiden,” kata Daeng Nappa’.
--------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 29 Juni 2019
Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Kalah di Mahkamah, Menang di Hati Rakyat
“Pernah terjadi pemilihan presiden di sebuah negara, yang hasilnya sangat unik,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi siang di warkop terminal.
“Unik bagaimana?” tanya Daeng Nappa’.
“Rakyat sebagian besar menginginkan pergantian presiden. Para ulama pun memberikan dukungan secara terbuka dan itu baru pertama kali terjadi di negara itu,” kata Daeng Tompo’.
“Terus,” tanya Daeng Nappa’.
“Rakyat dan ulama bahkan mengadakan pertemuan terbuka di lapangan untuk menyatakan dukungannya kepada pasangan Capres-cawapres penantang, sekaligus menggaungkan semangat ganti presiden,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” tanya Daeng Nappa’.
“Rakyat dan ulama bahkan mengadakan pertemuan terbuka di lapangan untuk menyatakan dukungannya kepada pasangan Capres-cawapres penantang, sekaligus menggaungkan semangat ganti presiden,” kata Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng Nappa'.
“Pada saat pemilihan, jelas sekali bahwa pasangan Capres-cawapres penantang unggul atas Capres petahana,” kata Daeng Tompo'.
“Terus,” tukas Daeng Nappa’.
“Terus,” tukas Daeng Nappa’.
“Tapi setelah dilakukan perhitungan suara, panitia pemilihan menetapkan Capres petahana yang menang,” kata Daeng Tompo’.
“Kenapa bisa?” ujar Daeng Nappa’.
“Disitumi uniknya,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
"Jadi bagaimana kelanjutanna? Tidak bisakah digugat itu hasil pemilihan yang diumumkan panitia pemilihan?" tanya Daeng Nappa'.
"Menggugatji memang di mahkamah," kata Daeng Tompo'.
"Terus bagaimana hasilna?" tanya Daeng Nappa'.
"Hasilna, pasangan Capres-cawapres penantang tetap kalah di mahkamah," kata Daeng Tompo'.
"Jadi bagaimanaji penerimaan rakyat atas hasil keputusan mahkamah?" tanya Daeng Nappa'.
"Rakyat sebagian besar tidak bisa menerima hasil keputusan mahkamah, karena menganggap kemenangan Capres petahana diperoleh dengan cara curang," tutur Daeng Tompo'.
"Kalau begitu berarti Capres-cawapres penantang kalah di mahkamah, tapi menang di hati rakyat," kata Daeng Nappa'.
"Betul dan disitulah uniknya," kata Daeng Tompo' sambil tersenyum. (asnawin)
"Jadi bagaimana kelanjutanna? Tidak bisakah digugat itu hasil pemilihan yang diumumkan panitia pemilihan?" tanya Daeng Nappa'.
"Menggugatji memang di mahkamah," kata Daeng Tompo'.
"Terus bagaimana hasilna?" tanya Daeng Nappa'.
"Hasilna, pasangan Capres-cawapres penantang tetap kalah di mahkamah," kata Daeng Tompo'.
"Jadi bagaimanaji penerimaan rakyat atas hasil keputusan mahkamah?" tanya Daeng Nappa'.
"Rakyat sebagian besar tidak bisa menerima hasil keputusan mahkamah, karena menganggap kemenangan Capres petahana diperoleh dengan cara curang," tutur Daeng Tompo'.
"Kalau begitu berarti Capres-cawapres penantang kalah di mahkamah, tapi menang di hati rakyat," kata Daeng Nappa'.
"Betul dan disitulah uniknya," kata Daeng Tompo' sambil tersenyum. (asnawin)
Jumat, 28 Juni 2019
-------
Baca juga:
Siap-siapmaki’ Menderita Selama Lima Tahun
Biar Curang, Terimami Saja Hasil Pilpreska
-------
Baca juga:
Siap-siapmaki’ Menderita Selama Lima Tahun
Biar Curang, Terimami Saja Hasil Pilpreska