Penulis, Ridwan Demmatadju (kanan) foto bersama Prof Karta Jayadi (Wakil Rektor II UNM). Ridwan Demmatadju adalah alumni Sarjana Pendidikan Seni Rupa FPBS IKIP Ujungpandang, sedangkan Karta Jayadi adalah mantan Dekan Fakultas Seni dan Desain UNM.
----------
PEDOMAN KARYA
Senin, 20 Januari 2020
Catatan
Pendek Buat Karta Jayadi
Oleh: Ridwan
Demmatadju
(Alumni IKIP Ujungpandang, Jurusan Minor Seni Rupa
1998)
Selalu ada jalannya untuk niat yang
baik. Dan
cepat atau lambat, titik puncak yang akan jadi tujuan pasti akan sampai. Sepanjang hayat masih
dikandung badan. Maka bergeraklah dengan tenang dan berharaplah hanya pada
pemilik alam semesta yang maha mengatur urusan dunia.
Sebagai manusia, kita sesungguhnya tak
punya daya apa pun jika Tuhan tak berkehendak atas segala impian kita di dunia
ini. Sehingga kewajiban mensyukuri nikmat-Nya menjadi penting bagi
kita yang telah dimudahkan dan mendapat hidayah-Nya atas segala yang kita dapatkan
hari ini dan yang akan datang.
Berbaik sangkalah atas jalan
kehidupan kita saat ini, meski bagi orang lain, kita dinilai tak sebaik darinya. Karena selalu ada hikmah
di balik
semua itu.
Ini sedikit catatan yang terinspirasi
dari Kakanda Karta Jayadi, yang telah meraih gelar sebagai guru besar alias profesor, di Universitas Negeri
Makassar (UNM).
Saya cukup mengenalnya sebagai dosen
di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, di masa IKIP Ujungpandang. Dia punya yang visi, cara
pandangnya jauh ke depan terkait bidang seni rupa dan kebudayaan yang ditekuni. Acap kali, saat dia minum kopi
pada jam istirahat mengajar, saya selalu
menemaninya, sembari menyimak lontaran ide dan gagasannya dalam diskusi ringan
tapi berat he..he..he..
Bagi yang tak cukup referensi gerakan
seni rupa avant garde, yang berkembang
dalam dunia fashion serta bergerak ke desain grafis, sederetan nama kritikus
seni rupa, Agus Dermawan T, Jim
Supangkat, dan seorang Rita Widagdo yang lahir di Rottweil, Jerman.
Ia belajar seni di Meisterchueler,
Staatliche Akademie der Bildenden Kuente, Stuttgard, Jerman. Selain jadi
perupa, ia aktif menjadi staf pengajar di Jurusan Seni Patung Institut
Teknologi Bandung (ITB) sejak 1966-2003.
Selalu muncul dalam lintasan diskusi
di kantin ceria, Kampus Parang Tambung, tepatnya samping studio patung. Cukup banyak perbincangan
yang saya catat, dan jadi pelengkap tulisan artikel seni rupa di Harian Pedoman
Rakyat dan Harian Fajar, setiap minggunya terbit di rubrik seni budaya pada
Tahun 1995-1997.
Sosok Karta Jayadi, di kalangan mahasiswa
seni rupa, selalu menginspirasi, dan low
profile. Saya merasa tak berjarak sejak
mengenalnya sebagai dosen di jurusan seni rupa. Tak heran, jika hari ini
perjalanan kariernya sebagai akademisi terus melejit seiring dengan tugas
yang diamanahkan sebagai Wakil Rektor II di Universitas Negeri Makassar (UNM).
Setelah saya menyelesaikan kuliah pada dua jurusan di FPBS (Fakultas Pendidikan
Bahasa dan Seni), yakni jurusan Pendidikan Seni Rupa, dan jurusan Sastra Indonesia, saya buru-buru pulang ke Pomalaa lalu
terjun ke dunia pers, sebagai wartawan Harian Kendari Pos.
Sejak itu, saya tak lagi mengikuti
secara intens dinamika kampus tersebut, kecuali ada lagi undangan lewat group WhatsApp (WA) yang dikirim adik-adik
panitia Reuni Akbar Alumni IKIP/UNM, dan saya tidak hadiri acara itu
berkali-kali.
Meski selalu ada kerinduan berjumpa
dengan mahasiswa seangkatanku, tapi selalu terhalang banyak dengan rutinitas
sebagai abdi negara di SMA Negeri 1 Latambaga, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Waktu terus berputar dan di penghujung Tahun 2019, saya
akhirnya dipertemukan dengan sosok yang selalu menginspirasi sebagai manusia pembelajar, Kakanda Karta Jayadi di sebuah moment
yang tak terbayangkan di sebuah hotel di Jakarta.
Tentu ada kebanggaan tersendiri yang
tak terluapkan saat bertemu dan kami berdua berswafoto untuk jadi penanda
kebaikan di setiap peristiwa. Dan pagi tadi (Jumat pagi, 17 Januari
2020, red),
saya melihat di media daring, memberitakan jika Kakanda Karta Jayadi telah bergelar
profesor.
Maka sempurnalah titik puncak gelar
akademik yang semua akademisi, peneliti ingin menuju ke sana. Lewat tulisan ini,
sekali saya menyampaikan selamat dan sukses semoga gelar ini menjadi jalan
untuk kebaikan dunia dan akhirat.**