RAIH DOKTOR. Dosen FAI UIT Makassar, Kasman (keenam dari kiri) foto bersama keluarganya seusai berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Pendidikan Islam dan Keguruan, di Kampus Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Kamis, 12 Maret 2020. (Foto: Beddu Lahi)
--------
Jumat, 13 Maret 2020
Dosen
FAI UIT Makassar Raih Doktor Pendidikan Islam
-
Kasman:
Pemikiran Taqiyuddin Tidak Bisa Terwujud di Indonesia
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Dosen Fakultas Agama Islam (FAI)
Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar, Kasman SPdI MPdI, berhasil meraih gelar
doktor dalam bidang Pendidikan Islam dan Keguruan, setelah dinyatakan lulus pada
ujian promosi doktor di Kampus Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar (UINAM), Kamis, 12 Maret 2020.
Kasman
berhasil meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3.81 dengan predikat sangat
memuaskan, dengan lama pendidikan tiga tahun, enam bulan, dan 11 hari.
Kasman dalam
disertasinya mengusung judul “Pemikiran Taqiyuddin Al-Nabhani dalam Perspektif Pendidikan Islam”,
dan ia berhasil memertahankan disertasinya di hadapan tim penguji yang terdiri
atas Prof HM Galib M (Direktur Pascasarjana UINAM), Prof Moh Natsir Mahmud
(promotor), Prof Abdurrahman Getteng (ko-promotor), Dr A Marjuni (ko-promotor),
Prof Arsyad, Prof Bahaking Rama, Dr Amrah Kasim, Prof Dr HA Marini.
Dalam
disertasinya, Kasman mengatakan, pemikiran Taqiyuddin (pemikir Islam abad 13 asal Palestina) dalam perspektif Islam
harus berasaskan aqidah Islam, karena mempengaruhi cabang-cabangnya seperti
tujuan pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, penyusunan kurikulum,
penetapan tenaga pendidikan terutama guru dan dosen, termasuk budaya sekolah
dan kampus sesuai dengan ajaran agama Islam.
“Dulu,
pemikiran Taqiyuddin Al-Nabhani lebih terimplentasi pada pendidikan di masyarakat
melalui organisasi dan partai politik, dan tidak ingin membangun sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal. Namun, sekarang ini para pengikut pemikiran
Taqiyuddin al- Nabhani dalam perspektif pendidikan Islam sudah mendirikan
sekolah sehingga sudah terimplementasi dalam pendidikan formal,” ungkap Kasman.
Pemikiran
Taqjyuddin al- Nabhani dalam perspektif Islam, lanjut Kasman, tidak bisa
terwujud secara sempurna di Indonesia selama bangsa Indonesia menganut ideologi
kapitalisme sekularisme, karena hanya ideologi Islam yang dapat menerapkan
secara kaffah, termasuk di dalamnya adalah sistem pendidikan Islam.
“Berdasarkan
kondisi bangsa yang menganut ideologi sekulerisme dan kapitalisme, maka yang
dapat dilakukan adalah aksi individu atau kelompok dengan cara memperbaiki tiga
unsur pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikan di dalam keluarga, pendidikan di
sekolah, dan pendidikan di masyarakat,” kata Kasman.
Bila
dianalisis secara cermat dan objektif , katanya, sesungguhnya harus diakui
bahwa pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani
melalui karya-karyanya, merupakan hasil pemikiran yang cermat dan
cemerlang.
Melalui
karyanya, ia berupaya menunjukkan kepada umat manusia bahwa Islam sebagai
sistem memiliki fitrah dan tariqah (konsep dan metode) untuk menyelesaikan
segala problem kehidupan manusia di dunia ini, termasuk sistem pendidikan
Islam.
“Apabila
pemikiran Taqiyuddin al-Nabhani mampu dicerna dan diaplikasikan secara baik dan
benar, saya sebagai peneliti, optimis bahwa generasi yang akan datang lebih
baik dan siap mengambil estafet pembangunan peradaban umat manusia pada umumnya
dan umat Islam pada khususnya, serta dapat diwujudkan Islam sebagai rahmatan
lil aalamin (rahmat bagi seluruh alam, red),” tutur Kasman.
Ujian promosi doktor
turut dihadiri Dekan FAI UIT Nurmadiah SAg MPd, Ketua Prodi FAI UIT, Maryam SE
MM, serta sejumlah dosen UIT, dan undangan lainnya. (dul)