-----
Rabu, 09 Maret 2022
Musik
Akustik dan Pembacaan Puisi Ramaikan Hari Perempuan se-Dunia di Takalar
Ada dua puisi yang dibacarakan
pada acara tersebut, yaitu puisi berjudul “Perempuan Bukan Objek Senda Gurau”
oleh Andini, serta puisi berjudul “Kembalikan Ruang Ramah Perempuan” oleh Sri
Rizky Yuliana.
Selain pagelaran pentas
seni, peringatan Hari Perempuan se-Dunia juga diisi dialog yang digelar oleh Cita
Madani Institute, FAMM Indonesia dan Forum AWAS Kabupaten Takalar
menyelenggarakan kegiatan Dialog dan Pentas Seni Internasional Women's Day
dengan Tema “Gerak Bersama Menuju Keadilan Gender”, serta disponsori oleh In
Partnership with Canada, Jass Just Power, We Lead dan Harmony 97.0 FM.
Direktur Cita Madani
Institute, Abdul Karim Tahir dalam sambutannya sekaligus membuka acara
mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman tentang
kesetaraan gender, khususnya mengenai masalah ketimpangan antara keadaan dan
kedudukan perempuan dan laki-laki di masyarakat komunitas millineal agar tidak
terjadi bias gender.
International Woman's Day
kali ini menghadirkan aktivis perempuan hebat Takalar sebagai narasumber, yakni
Nellyati selaku Anggota Bawaslu Kabupaten Takalar, Irnawati Bachtiar Ketua
Forum Awas Kabupaten Takalar sekaligus Dosen Komunikasi UIN Alauddin Makassar,
dan Lin Agustin selaku Station Manager Harmony FM.
Dalam kesempatan dialog,
Nellyati menyampaikan bahwa Break The Bias adalah tanggung jawab bersama baik
perempuan maupun laki-laki, karena bias gender ini tidak hanya memberikan efek
negatif pada perempuan saja tetapi juga terhadap laki-laki, itulah kenapa tema
ini mengusung gerak bersama menuju keadilan dan kesetaraan gender, serta
membangun kesadaran kritis dan kepemimpinan feminis muda untuk terciptanya
gerakan adil gender, kuat, dan mandiri.
Selanjutnya Irnawati
Bachtiar, juga menyampaikan bahwa perempuan memiliki ruang pemahaman dalam
mengedukasi masyarakat luas terutama di ruang publik, hal ini menjadi nilai
tersendiri untuk memahami sejauh mana peran perempuan dalam memperjuangkan
keadilan gender.
Kemudian Lin Agustin,
mengatakan kesetaraan gender itu memberikan ruang yang sama dengan laki-laki
sehingga perempuan tidak menjadi objek pembedaan, semua pihak harus bekerjasama
menjadikan dunia yang kita tinggali beragam, adil, dan inklusif. Dunia dimana
perbedaan dihargai dan dirayakan.
Dialog dan Pentas Seni tersebut turut dihadiri oleh Organisasi Kemahasiswaan dan Pemuda (OKP), Lembaga Perempuan, Pelajar, Komunitas millineal yang memiliki kepedulian terhadap isu keadilan gender. Dan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. (Hasdar Sikki)