Siswa Tamat SD Tapi Tidak Tahu Membaca, Tantangan Bagi Guru di Jeneponto

“Saya keliling sekolah di Jeneponto, berjenjang memang, kelas 4, kelas 5, kelas 6, bahkan sampai di SMP, siswa tidak tahu membaca. Merata. Jumlahnya tidak sedikit, hampir semua kelas, ada yang tidak tahu membaca. Ada 30 siswa dalam satu kelas, hampir setengahnya tidak bisa membaca.”

Katli SE - 

(Kasi Kurikulum SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto)



-------

PEDOMAN KARYA

Jumat, 08 April 2022


 

Catatan dari Diklat Guru Program Organisasi Penggerak Kabupaten Jeneponto (1):

 

 

Siswa Tamat SD Tapi Tidak Tahu Membaca, Tantangan Bagi Guru di Jeneponto

 

 

Oleh: Asnawin Aminuddin

 

Sebenarnya sangat tidak logis, tidak masuk akal, tapi ini benar-benar nyata. Ada siswa yang tamat Sekolah Dasar (SD) tetapi mereka tidak tahu membaca.

Ini terjadi di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Ada beberapa siswa yang masuk SMP tapi mereka tidak tahu membaca.

“Kami juga heran, mengapa mereka bisa tamat SD padahal mereka tidak tahu membaca, bahkan mungkin ada yang belum kenal huruf,” ungkap Kepala UPT SMP Negeri 2 Kelara, Jeneponto, Haeruddin Usra SPd MPd.

Hal itu ia ungkapkan pada Materi Suplemen Diklat Guru Program Organisasi Penggerak (POP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud-Ristek) Republik Indonesia, yang diikuti 172 guru dan 20 kepala sekolah SD se-Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, secara daring via aplikasi zoom, Kamis, 07 April 2022.

Diklat Guru dengan materi suplemen dengan tema “Penguatan Gerakan Nasional Literasi dan Numerasi di Kabupaten Jeneponto”, dilaksanakan oleh Perkumpulan Intelektual Madani Indonesia, dan akan berlangsung selama empat bulan.

“Pertanyaannya, dimana guru SD-nya. Mengapa anak-anak bisa naik kelas terus bahkan sampai tamat SD, tapi tidak membaca. Saran saya, jangan membiarkan anak-anak naik kelas kalau belum bisa membaca,” kata Haeruddin.

Kenyataan itu juga dibenarkan oleh Kasi Kurikulum SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto, Katli SE.

“Saya keliling sekolah di Jeneponto, berjenjang memang, kelas 4, kelas 5, kelas 6, bahkan sampai di SMP, siswa tidak tahu membaca. Merata. Jumlahnya tidak sedikit, hampir semua kelas, ada yang tidak tahu membaca. Ada 30 siswa dalam satu kelas, hampir setengahnya tidak bisa membaca,” papar Katli.

Katli pada Diklat tersebut tampil sebagai narasumber bersama Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto, Nurlaelah Syar SSos MM.

Sementara Haeruddin Usra merupakan Pengawas Lapangan POP Kemdikbud RI yang bertugas mengawasi pelaksanaan Diklat Literasi dan Numerasi yang diselenggarakan Perkumpulan Intelektual Madani Indonesia di bawah pimpinan Ketua Badan Pelaksana  Anirwan SIP MAdmKP. Penulis sendiri tampil sebagai moderator pada Diklat pembuka tersebut.

Inilah tantangan yang dihadapi para guru di Kabupaten Jeneponto. Dari diskusi yang berkembang dalam Diklat tersebut, terungkap bahwa banyak anak sekolah yang oleh orangtuanya diikutkan membantu mencari nafkah, antara lain membantu bertani. (bersambung)


-----

Artikel terkait:

Seratusan Guru dan Kepsek SD di Jeneponto Ikuti Diklat Guru Program Organisasi Penggerak

200-an Guru dan Kepsek di Jeneponto Ikut Diklat Literasi dan Numerasi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama