“Mengingat keadaan tubuhku kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua, sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian. Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya.”
----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 30 Oktober 2022
OPINI
Kampus dan Makbulan
Oleh: Maman A. Majid
Binfas
(Akademisi, Sastrawan,
Budayawan)
Manakala menukil
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, mengenai Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
didesain melalui pasal 2 bahwa BUMN memiliki maksud dan tujuan, di antaranya;
(1) memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya
dan penerimaan negara pada khususnya;
(2) mengejar keuntungan;
(3) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyedia baran dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
(4) menjadi perintis
kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sector swasta dan
koperasi; (5) turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Badan Usaha Milik Negara
yang merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi dalam perekonomian nasional
berdasarkan demokrasi ekonomi memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan
perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana
diamanatkan oleh UUD 1945.
Lalu, menjadi
pertanyaannya, sudah sejauh mana esensi amanah UUD 1945 diindahkan untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia. Bukan selama ini kesannya justru
sebaliknya hanya domain demi
kempentingan politik pengelola negara, dan UUD hanya menjadi naskah bekingan
demi tuanku.
Hal itu juga, tidak jauh
berbeda dengan kesan konsep tatakelola yang dilakukan oleh para pengelola
Perguruan Tinggi, baik Negeri maupun swasta.
Dalam goresan ini, hanya
membatasi nukilannya yakni pada Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) milik
persyarikatan Muhammadiyah yang mencerahkan dalam melintasi zaman.
Sebagaimana diikhtiarkan
oleh pendirinya KH. Ahmad Dahlan dengan ketulusan lillah semata. Namun, kini
dirasa berkesan ada perubahan orientasi sehingga nilai ketulusan pendirinya
menjadi erosi,__walaupun tidak sedahsyat BUMN digelututi oleh pengelola negara
secara dialetikal dalam politikalisasi.
Erosi Perubahan Orientasi
Abstraksi berikut ini,
telah diindahkan, baik dalam buku dan jurnal maupun disumari pada narasi
Pedoman Karya (17/10/2022), dan Gema UHAMKA. Termasuk, dalam seminar Asosiasi
Program Pascasarja Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Asyiyah (PTMA), tahun 2017 di
UM Parepare, saya menyajikan artikel bertopik “Erosi Perubahan Orientasi
Pendidikan Muhammadiyah dan NU.”
Di dalam kajian tersebut,
dinyatakan sebagai berikut.
Dampak dari erosi
perubahan orientasi perguruann tinggi adalah menipisnya nilai kepercayaan
publik pada tata pengelolaan yang menyebabkan terjadinya degradasi, sehingga
tidak terjadi infiltrasi perguruan tinggi sebagaimana esensi yang diharapkan
manfaatnya, baik oleh pendirinya maupun publik.
Padahal, hakikat dari
orientasi asas peran pendidikannya adalah upaya pemberdayaan dan penguatan
jama’ah untuk memelihara dan mengelolanya, bukan sekadar penyelamatan aset
fisik saja, akan tetapi menemukan titik terang dalam pemanfaatannya.
Hal ini sehingga topik
Erosi Perubahan Orientasi Pendidikan Muhammadiyah dan NU, sangat menarik untuk
dikaji. Dengan menggunakan metodologi kualitatif bersifat deskriptif analitis,
berusaha menggambarkan data yang sesuai apa adanya dari beberapa narasumber
yang diwawancarai.
Muhammadiyah melalui
perguruan tingginya diharapkan oleh pendirinya adalah membantu dan
memberdayakan umat yang tidak mampu sehingga dapat memperbaiki kehidupannya di
kemudian hari setelah menyelesaikan pendidikannya.
Nahdlatul Ulama (NU)
sejak awal juga orientasi pendidikannya adalah mempertahankan prinsip prinsip
Aswaja (ahlussunnah wal jama’ah) dengan mengharamkan produk pendidikan ala
Barat dan tetap berupaya memberdayakan jama’ahnya, serta bangsa. Namun, kini
kedua lembaga tersebut, telah berubah manjadi erosi sebagai lahan pembisnisan
yang tidak jauh berbeda dengan pendidikan tinggi pada umumnya.
Bahkan dimensi perubahan
orientasi terjadi mengarah kepada pola bersifat modern dan profesional ala
Barat dan justru telah jauh menyimpang dari esensi prinsip asas sebagaimana
yang diharapkan oleh pendirinya.
Walaupun, selanjutnya di
dalam goresan ini akan membatasi nukilannya, yakni hanya amalan PTM saja, dan
tidak membahas mengenai pilar Perguruan Tinggi yang dikelola oleh NU.
Perseroan PTM
Perguruan tinggi apapun
yang dikelola di PTM, mesti berkomitmen nyata bukan sekadar konsep dinyatakan
dalam naskah terviralkan dengan visi yang aduhai. Namun, dalam tindakan nyata
justru terjadi erosi manipulasi. Sebagaimana, di antaranya saya kutip komitmen
PT Utama yang ada di Uhamka (Universtas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka).
“PT. Usaha Terpadu Uhamka
dilandasi komitmen semangat percaya diri, berkarya dan berdo’a kepada Allah
SWT, serta didukung tenaga kerja yang berpengalaman dan terampil di bidangnya,
sehingga membuat kami yakin mampu menjalankan dan mewujudkan bisnis yang
profesional. PT. Usaha Terpadu Uhamka memiliki orientasi bisnis di bidang
konstruksi, manajemen gedung, publikasi & percetakan serta layanan makanan
dan minuman yang dikelola secara mandiri/swakelola.”
Esensi swakelola memang
diharapkan tujuan menawan, mungkin juga ada di PTM yang lain, dan berkomitmen
demikian pula. Namun, niatnya tentu tidak lain, ialah hanya untuk
mensejahterakan dan mencerahkan semua dimensi akademisi pada lingkungannya
masing-masing.
Menjadi pertanyaan
menggelitik batin jiwa raga, lalu apakah komitmen untuk mensejahterahkan dan
mencerahkan dimaksudkan, telah diindahkan sebagaimana naskah visi yang
diviralisasikan tersebut? Baik oleh pengelola maupun pimpinan yang menjadi
pendukung utamannya?
Manakala telah
dilaksanakan dengan benar dan baik, maka alhamdulillah dan hal itu akan menjadi
buah husnul khotimah tanpa beban. Sebagaimana harapan KH Ahmad Dahlan dengan
cinta tiada terbatasi, adalah untuk membantu dan memberdayakan umat yang tidak
mampu sehingga dapat memperbaiki kehidupannya di kemudian hari setelah
menyelesaikan pendidikannya.
Menjadi pertanyaan
menarik dan menggelitik batin, apakah PTM kini masih tetap istiqamah dengan
cita-cita KH Ahmad Dahlan, atau justru telah terjadi erosi berperseroan utama
sebagai jeroan kiblatannya.
Perseroan proyekalisasi
demikian, tentu tidak diharapkan akan menggiring erosi yang berdimensi hanya
dagelan kemasan saja. Berhingga terkesan bagus tapi bocor, dikarenakan
proyekalisasi bertameng jos atas bekingan bos__dan tentu wajar orang lain
menilai kurang transparans dalam pengelolaan.
Walaupun, dengan mesin
sistem terbaku mungkin tampak akurat tetapi kesan tetap kaku membeku sehingga
banyak pihak kurang Nrimo. Dikarenakan mungkin cash and carry kurang
menyegarkan dalam dimensi ego berdinamik rasio kelegowoan juga tetap saja
diduga dagelan.
Legowo vs Nrimo
Berdamailah dengan gelora
rasa diri sehingga tidak terbentur oleh logika kesan memaksakan nafsu ambisi
yang dipertuhankan pula__
Kesan dari diksi “legowo”
memang lebih indah dan berwibawa, berdimensi ikhlas 'Nrimo' kadar diri apa
adanya__tanpa beban dan akan lebih dihargai__ini bila diyakini bah Bung Karno__
Diksi bahasa Jawa di
atas, mungkin berimplementasi dengan gaya kemasan berpakaian dan tutur kata
berdialek kromo. Kesan tata kromo dalam dialek tutur bahasa Jawa memang sungguh
santun menggambarkan identitas diri yang berbudi pekerti. Boleh jadi
dialektikal berdimensi menjadi tata krama, dan bagaikan butiran doa
dilantungkan sebagai pesan dipersembahkan kepada Tuhannya.
Pesan dan Doa KH Ahmad
Dahlan
Dalam bagian ini, akan
merujuk Prof. Abdul Munir Mulkhan (2007) mengenai beberapan Pesan dan Kisah
Kiai Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah, di antaranya.
“Di masa yang akan
datang, anak-anak warga Muhammadiyah tidak hanya akan tersebar di seantero Tanah
Air, tapi akan tersebar ke seluruh dunia. Penyebaran anak-anak muda
Muhammadiyah tersebut juga bukan semata-mata karena tugas keilmuan, melainkan
juga akibat hubungan perkawinan.”
“Mengingat keadaan
tubuhku kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua,
sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku
hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian.”
“Karena itu, aku titipkan
Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian
mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar
Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya.”
“Menjaga dan memelihara
Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena itu, aku senantiasa
berdoa setiap saat hingga saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi
Rabbi.”
Dari pesan dan Kisah Kiai
Ahmad Dahlan dalam Hikmah Muhammadiyah, di atas sungguh luar biasa
ketulusannya__tentu berdimensi nilai ibadah dalam pengabdian kepada Allah
semata. Bahkan, ada pesan hingga beliau akan berdoa menjelang wafatnya;
“Aku juga berdoa berkat
dan keridhaan serta limpahan rahmat karunia Ilahi agar Muhammadiyah tetap maju
dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia sepanjang sejarah dari
zaman ke zaman.”
Tentu doa Beliau dan
InyaAllah termakbulkan oleh Allah Swt,
__mungkin tanpa terbatasi oleh ruang dan waktu sebagaimana dimensi butiran doa
orang terdzalimi
Doa Makbul Orang
Terdzalimi
Jejak doa makbul,
sebagaimana contoh yang dilakukan oleh para nabi, boleh diindahkan di setiap
sujud kita.
Tentu, dengan penuh
ketulusan dan pasrah, di antaranya doa Nabi Nuh di dalam QS. Nuh, ayat 28:
Rabbigh fir lii wa liwaa
lidaiya wa liman dakhala baitiya mu'minanw wa lil mu'miniina wal mu'minaati wa
laa tazidiz zaalimiina illaa tabaaraa
“Ya Tuhanku,
ampunilah aku,
ibu bapakku,
dan siapa pun yang
memasuki rumahku dengan beriman
dan semua orang yang
beriman laki-laki dan perempuan.
Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kehancuran.”
Boleh ditambah sendiri
Ya Allah,
Tuhan Yang Maha Melumati
orang Dzalim mohon lumat-lumatkan orang Dzalim
yang telah melakukan ....
Aamiin, aamiin, aamiin
..
Semoga,
---
UHAMKA Jakarta tetap Jaya
dan makbulan terhindar dari marabahaya__🔥
-----
Baca juga: