SUNDA KELAPA. Kastil Batavia dilihat dari Kali Besar Barat, oleh Andries Beeckman, sekitar tahun 1656-1658. |
-------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 16 Desember 2023
Batavia
dan Kota Tua Jakarta
Oleh:
Asnawin Aminuddin
Batavia dan Makassar
punya persamaan. Batavia awalnya adalah bagian dari wilayah Kesultanan Banten,
sedangkan Makassar awalnya adalah bagian dari wilayah Kerajaan Gowa. Batavia
dan Makassar terletak di daerah pelabuhan, sehingga posisinya sangat strategis
untuk lalu lintas kapal laut.
Batavia atau Batauia adalah
ibukota Hindia Belanda, yang wilayahnya kini kurang lebih menjadi Jakarta, ibukota
Indonesia. Batavia didirikan di pelabuhan bernama Jayakarta yang direbut dari
kekuasaan Kesultanan Banten.
Sebelum dikuasai
Banten, bandar ini dikenal sebagai Kalapa atau Sunda Kelapa, dan merupakan
salah satu titik perdagangan Kerajaan Sunda. Dari kota pelabuhan inilah VOC
mengendalikan perdagangan dan kekuasaan militer dan politiknya di wilayah
Nusantara.
Nama Batavia dipakai sejak sekitar tahun 1621 sampai tahun 1942, ketika Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang. Sebagai bagian dari de-Nederlandisasi, nama kota diganti menjadi Djakarta.
Nama Batavia berasal
dari suku Batavi, sebuah suku Jermanik yang bermukim di tepi Sungai Rhein pada
Zaman Kekaisaran Romawi. Bangsa Belanda dan sebagian bangsa Jerman adalah
keturunan dari suku ini.
Batavia juga merupakan
nama sebuah kapal layar tiang tinggi yang cukup besar asal Belanda yang
dimililki perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie
atau VOC).
Kapal Batavia dibuat
pada 29 Oktober 1628, dinakhodai oleh Kapten Adriaan Jakobsz. Kapal tersebut
kini berada di sebuah museum di Fremantle, Australia. Kapal tersebut akhirnya
kandas di pesisir Beacon Island, Australia Barat. Dan seluruh awaknya yang
berjumlah 268 orang berlayar dengan perahu sekoci darurat menuju kota Batavia
ini.
Sunda
Kelapa
Bukti tertua mengenai
eksistensi permukiman penduduk yang sekarang bernama Jakarta adalah Prasasti
Tugu yang tertanam di desa Batu Tumbuh, Jakarta Utara. Prasasti tersebut
berkaitan dengan 4 prasasti lain yang berasal dari zaman kerajaan Hindu,
Tarumanegara, ketika diperintah oleh Raja Purnawarman. Berdasarkan Prasasti
Kebon Kopi, nama Sunda Kalapa (Sunda Kelapa) sendiri diperkirakan baru muncul
abad sepuluh.
Permukiman tersebut
berkembang menjadi pelabuhan, yang kemudian juga dikunjungi oleh kapal-kapal
dari mancanegara. Hingga kedatangan orang Portugis, Sunda Kalapa masih di bawah
kekuasaan kerajaan Hindu lain, Pakuan Pajajaran.
Portugis telah berhasil
menguasai Malaka, dan tahun 1522 Gubernur Portugis d'Albuquerque mengirim
utusannya, Enrique Leme, yang didampingi oleh Tomé Pires untuk menemui Raja Sangiang
Surawisesa.
Pada 21 Agustus 1522,
ditandatangani perjanjian persahabatan antara Pajajaran dan Portugis.
Diperkirakan, langkah ini diambil oleh sang raja Pakuan Pajajaran tersebut guna
memperoleh bantuan dari Portugis dalam menghadapi ancaman Kesultanan Demak,
yang telah menghancurkan beberapa kerajaan Hindu, termasuk Majapahit.
Namun ternyata
perjanjian ini sia-sia saja, karena ketika diserang oleh Kerajaan Islam Demak,
Portugis tidak membantu mempertahankan Sunda Kalapa.
Jayakarta
Pelabuhan Sunda Kalapa
diserang oleh tentara Kesultanan Demak pada 1526, yang dipimpin oleh
Fatahillah, Panglima Perang asal Gujarat, India, dan jatuh pada 22 Juni 1527,
dan setelah berhasil direbut, namanya pun diganti menjadi Jayakarta.
Setelah Fatahillah
berhasil mengalahkan dan meng-Islam-kan Banten, Jayakarta berada di bawah
kekuasaan Banten, yang kini menjadi kesultanan. Orang Sunda yang membelanya
dikalahkan dan mundur ke arah Bogor. Sejak itu, dan untuk beberapa dasawarsa
abad ke-16, Jayakarta dihuni orang Banten yang terdiri dari orang yang berasal
dari Demak dan Cirebon.
Sampai Jan Pieterszoon
Coen menghancurkan Jayakarta (1619), orang Banten bersama saudagar Arab dan
Tionghoa tinggal di muara Ciliwung. Selain orang Tionghoa, semua penduduk ini
mengundurkan diri ke daerah kesultanan Banten waktu Batavia menggantikan
Jayakarta (1619). (bersambung)
Batavia,; https://id.wikipedia.org/wiki/Batavia, dikutip pada Jumat, 15 Desember 2023
Artikel Bagian 3: Walikota Batavia – Jakarta Masa Pendudukan Belanda dan Jepang