PROSES terbentuknya pasangan ini melalui berbagai konsesi-konsesi politik kepentingan sempit. Partai-partai politik yang bergabung semuanya berharap punya “potongan kue” dari kekuasaan. |
------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 03 Maret 2024
Catatan Diaspora
Indonesia
Prabowo – Gibran Mengkhawatirkan Bagi Indonesia
Oleh: Utteng Al-Kajangi
Tidak diragukan lagi
bahwa Pemilu dan Pilres 2024 adalah Pemilu, Pilpres khususnya, yang terburuk dalam
sejarah Indonesia. Kesimpulan ini telah disampaikan secara terbuka oleh banyak
kalangan, baik tokoh-tokoh nasional, akademisi, purnawirawan TNI/Polri, hingga agamawan
dan budayawan.
Kenyataan ini terefleksi
dengan berbagai demonstrasi masif di berbagai tempat di Indonesia menentang
manipulasi dan ragam kecurangan yang terstruktur, sistimatis dan masif (TSM).
Pelaksanaan Pemilu dan Pilpres yang buruk ini disebabkan karena Capres – Cawapres yang berupaya dimenangkan oleh pihak kekuasaan
(baca: Presiden) dengan ragam kecurangan dan manipulasi menjadi pasangan
terburuk dalam sejarah Pilpres
Indonesia.
Dengan
sendirinya,
Capres – Cawapres yang berupaya dimenangkan dengan cara-cara seperti ini pada akhirnya jika terpilih nanti
akan menjadi Presiden – Wapres terburuk dalam sejarah Indonesia.
Dalam beberapa catatan
terdahulu telah saya sampaikan dengan cukup rinci alasan-alasan kenapa Prabowo
tidak pantas memimpin negara besar Indonesia. Kali ini saya sampaikan beberapa
alasan penting kenapa pasangan Capres – Cawapres Prabowo – Gibran,
tidak saja buruk bagi Indonesia, tapi
sesungguhnya berbahaya bagi masa Indonesia ke depan.
Ada sembilan alasan yang
ingin saya sampaikan sebagai dasar argumentasi kenapa pasangan Prabowo – Gibran buruk dan berbahaya bagi Indonesia ke
depan.
Satu; proses terbentuknya pasangan ini melalui
berbagai konsesi-konsesi politik kepentingan sempit. Partai-partai politik yang bergabung semuanya
berharap punya “potongan kue” dari kekuasaan.
Jauh dari keinginan
melihat Indonesia lebih maju (sebagaimana slogan mereka), kuat dan berdaulat.
Realita ini menjadikan koalisi itu penuh intrik dan makar, menjadikannya koalisi
yang sangat rapuh. Ke depan akan retak ketika kepentingan masing-masing tidak
tercapai sesuai harapan.
Dua; proses pencalonan Gibran sebagai Cawapres cacat dengan pelanggaran hukum dan
etika. Dimulai dengan praktek nepotis ayah-paman (melanggar UU), mengubah aturan untuk kepentingan melalui
keputusan MK yang termanipulasi, hingga KPU menerima pendaftaran Paslon 2
sebelum keputusan MK sah untuk dilaksanakan. Semua ini menjadikan pasangan
nomor 2 batal dan harus terkualifikasi.
Tiga; proses-proses yang terjadi pra Pilpres dengan berbagai intervensi
kekuasaan dan manipulasi aparatur dan fasilitas negara untuk Paslon 02 telah melanggar berbagai aturan dan
etika.
Penugasan kepala-kepala
daerah, khususnya pejabat antarwaktu, kades-kades (baik dengan sogokan atau
tekanan), kepolisian hingga ke PNS (Depag misalnya) semuanya menjadi kejahatan
politik yang merusak demokrasi dan institusi negara. Tentu tidak kalah buruk
dan jahatnya adalah penggunaan Bansos
(bantuan sosial) secara ugal-ugalan yang
boleh jadi berakibat kepada krisis beras saat ini.
Empat; hal yang lebih buruk lagi adalah kenyataan
bahwa Presiden Jokowi merupakan “master” (ndasmu) dari berbagai kecurangan dan
manipulasi yang terjadi, baik pra, di saat, maupun pasca-Pilpres.
Hal itu terbukti ketika
beberapa program kampanye Prabowo – Gibran dimasukkan
ke dalam rancangan APBN walaupun KPU belum memutuskan hasil akhir Pilpres. Program makan siang gratis dan susu gratis misalnya, dibicarakan di pertemuan kabinet. Ini
menunjukkan bahwa Prabowo sedang diposisikan sebagai boneka dari keinginan
Jokowi untuk terus berkuasa. Kecenderungan yang lebih buruk dari sekadar dinasti.
Lima; keterlibatan Oligarki (pemilik modal)
yang mengaku menguasasi sepertiga kekuasaan negara dalam mendukung Prabowo – Gibran bukan tanpa maksud.
“There is no free coffee”
(tidak ada yang gratis). Mereka punya kepentingan untuk terus menguasasi
perekonomian sekaligus menguasai perpolitikan dan pemerintahan.
Dengan realita ini, kemiskinan (dan kebodohan) rakyat akan
terus dipelihara untuk lebih mudah dikontrol oleh mereka. Ini mengingatkan kita
sebuah sistem
kekuasaan (pemerintahan) tertentu yang mungkin saja terjadi di Indonesia.
Enam; isu kesehatan dan umur yang bukan rahasia
lagi bahwa Prabowo tidak terlalu fit untuk memimpin bangsa besar dengan segala
permasalahannya. Prabowo adalah mantan prajurit dan menantu penguasa yang kuat kala itu.
Dia lalu mengalami
goncangan situasi. Ditambah lagi pernah kalah dalam pertarungan Capres – Cawapres tiga
kali. Semua ini berdampak negatif pada keadaan emosi dan mentalità snya.
Karenanya Prabowo selain secara fisik mengalami defisit, yang lebih parah
adalah masalah mental dan emosi yang kurang stabil.
Pemimpin yang secara
mental dan emosi mengalami gangguan akan berbahaya dalam kebijakan, khususnya
ketika harus merespon isu-isu sensitif yang terjadi.
Tujuh; Prabowo memiliki catatan masa lalu yang
kelam akan tetap menjadi catatan dunia. Dari isu penculikan aktivis hingga pembantaian di Timor Timur kala itu. Bahkan pernah dicekal untuk
masuk ke beberapa negara Barat, termasuk AS.
Jika ditetapkan sebagai
Presiden RI hal ini dengan sendirinya akan jadi kendala tersendiri dalam
menjalankan Pemerintahan, khususnya dalam hal hubungan luar negeri.
Delapan; jika karena faktor umur dan/atau
kesehatan lalu Prabowo berhalangan secara permanen dalam menjalankan
pemerintahan,
maka yang akan menjabat atau menjalankan tugas-tugas kepresidenan adalah
wakilnya.
Saya hanya tidak bisa
membayangkan, atau juga malu rasanya sebagai putra Indonesia, negara yang besar
dan hebat ini dipimpin oleh seorang Gibran yang terlahir melalui aborsi politik haram. Gibran akhirnya
populer sebagai Cawapres
dongkrakan dan anak haram konstitusi.
Sembilan; yang paling mengkhawatirkan sesungguhnya
adalah “ancaman kedaulatan negara” oleh kekuatan luar. Jika saja kita mengikuti
rencana Pembangunan IKN secara dekat, kita akan ketahui siapa-siapa saja di
garis terdepan yang terlibat. Aliran uang dari mana saja, bahkan nuansa
orientasi pembangunan ibukota
negara itu kemana, dan seterusnya.
Kekhawatiran akan ancaman
luar ini juga terlihat jelas dengan kasus-kasus mutakhir, server komputer KPU
yang berada di luar negeri (baca: Ali Baba di Singapura dan China) misalnya.
Semua ini seharusnya membuka mata kita dan paham jika bangsa dan negara
tercinta sedang tidak baik-baik saja.
Demikian disampaikan 9
alasan penting kenapa bangsa dan negara buruk bahkan bahaya dipimpin oleh
Prabowo-Gibran. Saya sampaikan ini tanpa tendensi kepentingan apapun. Tapi
karena cinta negeri; a home of my birth!
Semoga kita semua membuka
mata!