Transformasi Pendidikan Indonesia Pasca-Kurikulum Merdeka

Metode Deep Learning yang meliputi; model Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning menjadi sorotan dalam diskusi tentang arah pendidikan nasional.

 

----

PEDOMAN KARYA

Sabtu, 09 November 2024


OPINI

 

Transformasi Pendidikan Indonesia Pasca-Kurikulum Merdeka

 

Oleh: Mas’ud Muhammadiah

(Dosen Universitas Bosowa, Makassar)

 

Dinamika pendidikan Indonesia memasuki babak baru dengan munculnya wacana penerapan model pembelajaran yang lebih progresif dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Abdul Mu'ti yang baru dilantik. Metode Deep Learning yang meliputi; model Mindful, Meaningful, dan Joyful Learning menjadi sorotan dalam diskusi tentang arah pendidikan nasional.

Sebagaimana diungkapkan John Dewey (1938) dalam karyanya “Experience and Education”, pendidikan sejati terjadi melalui pengalaman, namun tidak semua pengalaman bersifat mendidik. Pernyataan ini menjadi refleksi penting dalam mengkaji efektivitas model-model pembelajaran yang diusulkan Sang Menteri.

Dalam konteks Indonesia yang beragam, integrasi model pembelajaran baru dengan Kurikulum Merdeka memerlukan kajian mendalam. Howard Gardner (1983) melalui teori Multiple Intelligences-nya mengingatkan bahwa kecerdasan manusia bersifat majemuk dan pembelajaran harus mengakomodasi keberagaman ini. Perspektif ini menjadi sangat relevan ketika membahas transformasi pendidikan di Indonesia saat ini.

Deep Learning dalam konteks pendidikan membawa dimensi baru dalam proses pembelajaran. Jerome Bruner (1966) dalam teori pemrosesan kognitifnya menekankan bahwa pembelajaran yang efektif terjadi ketika siswa membangun pemahaman mereka sendiri melalui penemuan aktif.

Metode Deep Learning (pembelajaran mendalam) sejalan dengan prinsip ini, mendorong siswa menyelami materi pembelajaran secara mendalam. Pengembangan pemahaman konseptual dan penguatan kemampuan analitis dalam pembelajaran mendalam memberikan fondasi yang kokoh bagi siswa untuk membangun pengetahuan yang berkelanjutan.

Pendekatan ini mendorong siswa tidak sekadar menghafal, tetapi aktif mengeksplorasi dan membangun pemahaman melalui keterkaitan antar-konsep, pengembangan berpikir kritis, dan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif.

Namun, implementasi pembelajaran mendalam menghadapi berbagai tantangan signifikan yang perlu diantisipasi. Kendala utama mencakup kebutuhan waktu yang lebih ekstensif, tuntutan kesiapan guru yang tinggi dalam penguasaan materi dan fasilitasi pembelajaran, serta potensi kesenjangan pemahaman antar siswa yang membutuhkan pengelolaan kelas yang lebih kompleks.

Tantangan ini diperumit dengan keterbatasan sumber daya, mulai dari kebutuhan materi pembelajaran yang kompleks, tuntutan infrastruktur pendukung seperti laboratorium dan perpustakaan digital, hingga kesenjangan akses teknologi antara sekolah di daerah urban dan rural yang menciptakan disparitas dalam kualitas pembelajaran.

Lev Vygotsky (1978) menekankan bahwa pembelajaran optimal terjadi dalam konteks sosial dan melibatkan kesadaran penuh. Mindful Learning (kesadaran dalam pembelajaran) mengadopsi prinsip ini dengan memfokuskan pada pengembangan kesadaran dalam proses pembelajaran.

Mindful learning sebagai pendekatan inovatif dalam pendidikan menghadirkan spektrum kelebihan dan tantangan yang kompleks dalam implementasinya. Sisi positifnya, pendekatan ini menunjukkan keunggulan signifikan dalam pengembangan kesadaran diri siswa, peningkatan fokus dan konsentrasi terlihat jelas dalam proses pembelajaran, diikuti dengan kemampuan regulasi diri yang lebih baik serta penurunan tingkat stres akademik yang bermakna.

Kualitas pembelajaran juga mengalami peningkatan substansial melalui dorongan terhadap pembelajaran reflektif yang lebih dalam, peningkatan retensi pengetahuan yang lebih efektif, serta pengembangan kecerdasan emosional yang lebih matang.

Namun, di balik keunggulan tersebut, terdapat tantangan kultural yang tidak bisa diabaikan, seperti munculnya resistensi terhadap konsep baru yang kerap dianggap 'terlalu barat' atau 'tidak sesuai budaya', perbedaan perspektif budaya yang dapat menimbulkan miskomunikasi, serta kebutuhan adaptasi lokal yang memerlukan penyesuaian signifikan.

Tantangan praktis juga muncul dalam bentuk kebutuhan pelatihan khusus bagi para pendidik yang seringkali membutuhkan investasi waktu dan sumber daya yang tidak sedikit, kesulitan dalam mengukur hasil pembelajaran secara kuantitatif yang dapat diterima secara akademis, serta keterbatasan waktu dalam kurikulum yang sudah padat.

Misalnya, seorang guru di sekolah menengah mungkin menghadapi dilema antara menerapkan praktik mindfulness yang membutuhkan waktu khusus dengan tuntutan penyelesaian materi kurikulum yang ketat, sementara pada saat yang sama harus sensitif terhadap berbagai interpretasi kultural dari praktik-praktik mindfulness.

David Ausubel (1963) melalui teori pembelajaran bermakna menekankan pentingnya menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang sudah ada. Model Meaningful Learning (pembelajaran yang bermakna) mengadopsi prinsip ini dalam praktik pembelajaran.

Meaningful learning sebagai pendekatan pembelajaran modern menawarkan spektrum kelebihan dan tantangan yang kompleks dalam implementasinya di dunia pendidikan kontemporer.

Dari sisi konstruksi pengetahuan personal, pendekatan ini memungkinkan siswa membangun pemahaman yang lebih mendalam melalui proses penemuan aktif dan refleksi, mengembangkan koneksi konseptual yang kuat antar-berbagai bidang pengetahuan, serta meningkatkan motivasi intrinsik karena pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan dengan kehidupan mereka.

Pengembangan kompetensi holistik juga terlihat melalui integrasi berbagai aspek pembelajaran yang saling terkait, seperti ketika siswa mengerjakan proyek yang mengombinasikan sains, seni, dan teknologi, sekaligus mengembangkan multiple intelligences dan memperkuat kemampuan transfer pengetahuan ke berbagai konteks.

Namun, kompleksitas implementasi menjadi tantangan serius, terutama dalam hal kebutuhan diferensiasi pembelajaran untuk mengakomodasi beragam gaya dan kecepatan belajar siswa, kesulitan dalam mengevaluasi hasil pembelajaran yang bersifat personal dan kontekstual, serta standardisasi yang menjadi problematik ketika setiap siswa membangun pemahaman mereka secara unik.

Keterbatasan sistem pendidikan yang ada juga menambah kompleksitas, tuntutan sumber daya yang tinggi baik dari segi material maupun waktu, kebutuhan pelatihan guru yang intensif untuk memahami dan mengimplementasikan pendekatan ini secara efektif, serta kesenjangan implementasi antara sekolah dengan sumber daya memadai dan terbatas menciptakan tantangan tambahan dalam mewujudkan pembelajaran bermakna yang merata dan berkualitas.

 

Lingkungan Pembelajaran yang Menyenangkan

 

Maria Montessori (1912) menekankan pentingnya lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung perkembangan alami anak. Joyful Learning (pembelajaran menyenangkan) mengadopsi prinsip ini dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang positif.

Joyful learning merepresentasikan pendekatan pembelajaran yang membawa dimensi kegembiraan dalam proses pendidikan, dengan menawarkan berbagai keunggulan sekaligus tantangan yang perlu diantisipasi secara cermat.

Dari sisi peningkatan motivasi, pendekatan ini berhasil menciptakan pengalaman pembelajaran yang positif dan menyenangkan, secara efektif mengurangi kecemasan akademik yang sering menghambat proses belajar, serta mendorong partisipasi aktif siswa dalam berbagai aktivitas pembelajaran.

Pengembangan sikap positif juga terlihat nyata melalui tumbuhnya minat belajar yang lebih kuat, berkembangnya resiliensi dalam menghadapi tantangan akademik, serta terasahnya kreativitas siswa dalam mengeksplorasi berbagai cara belajar yang menyenangkan.

Namun, pendekatan ini juga menghadapi risiko misinterpretasi yang serius, terdapat potensi pembelajaran kehilangan substansi ketika terlalu menekankan aspek kegembiraan, kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara aspek fun dan pencapaian akademik, serta tantangan dalam manajemen kelas ketika aktivitas menyenangkan perlu tetap terstruktur dan terarah.

Dari sisi implementasi praktis, muncul tuntutan tinggi terhadap kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang tidak hanya menyenangkan tetapi juga bermakna, tantangan dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran yang bersifat eksperiensial, serta keterbatasan sumber daya yang dapat menghambat variasi dan kualitas aktivitas pembelajaran yang dapat dilaksanakan.

Misalnya, seorang guru mungkin menghadapi dilema antara mempertahankan suasana menyenangkan sambil memastikan pencapaian target kurikulum, atau menghadapi kendala dalam menyediakan material dan aktivitas yang engaging (menarik, red) dengan sumber daya terbatas.

 

Pembelajaran Inovatif dan Kurikulum Merdeka

 

Integrasi model-model pembelajaran ini (yang ditawarkan Sang Menteri) dengan Kurikulum Merdeka menunjukkan beberapa aspek penting. Perbandingan model pembelajaran inovatif dengan Kurikulum Merdeka menunjukkan spektrum keselarasan dan tantangan yang menarik dalam konteks transformasi pendidikan Indonesia.

Dari sisi keselarasan, kedua pendekatan ini menunjukkan fokus yang kuat pada pengembangan kompetensi siswa secara komprehensif, memberikan fleksibilitas dalam implementasi yang memungkinkan adaptasi sesuai konteks lokal, serta berorientasi kuat pada pemenuhan kebutuhan siswa yang beragam.

Namun, tantangan signifikan muncul dalam aspek kompleksitas integrasi antara model-model pembelajaran baru dengan struktur Kurikulum Merdeka yang sudah ada, kebutuhan adaptasi sistem yang menyeluruh mulai dari perubahan mindset hingga praktik pembelajaran, serta tuntutan pengembangan kapasitas yang intensif bagi para pendidik dan pengelola pendidikan.

Di sisi lain, potensi pengembangan yang menjanjikan terlihat dalam penguatan pembelajaran bermakna yang lebih kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa, peningkatan relevansi pendidikan yang semakin selaras dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat, serta pengembangan kompetensi holistik yang mencakup tidak hanya aspek kognitif tetapi juga keterampilan sosial, emosional, dan praktikal.

Sebagai contoh, seorang guru yang mengintegrasikan pendekatan deep learning dalam kerangka Kurikulum Merdeka dapat merancang pembelajaran yang tidak hanya memenuhi tuntutan kurikulum tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan pemecahan masalah siswa secara terintegrasi, meskipun proses ini membutuhkan perencanaan yang lebih kompleks dan dukungan sistem yang komprehensif.

Analisis kritis terhadap model-model pembelajaran yang diusulkan menunjukkan potensi transformatif dalam konteks pendidikan Indonesia. Setiap model memiliki kekuatan dan tantangan tersendiri yang perlu diantisipasi dalam implementasinya.

Integrasi dengan Kurikulum Merdeka membuka peluang untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih adaptif dan bermakna. Keberhasilan implementasi model-model pembelajaran inovatif dalam sistem pendidikan Indonesia sangat bergantung pada berbagai faktor kunci yang saling terkait dan mendukung satu sama lain.

Kesiapan sistem pendidikan menjadi fondasi utama yang mencakup aspek regulasi, kurikulum, dan mekanisme pengelolaan yang adaptif terhadap perubahan, sementara pengembangan kapasitas pendidik memegang peran vital dalam memastikan para guru tidak hanya memahami konsep teoretis tetapi juga mampu mengimplementasikan berbagai model pembelajaran secara efektif dalam praktik sehari-hari.

Dukungan infrastruktur, baik fisik maupun digital, menjadi penting yang memungkinkan pelaksanaan pembelajaran inovatif secara optimal, mulai dari ruang kelas yang fleksibel hingga platform pembelajaran digital yang mendukung.

Adaptasi konteks lokal memainkan peran krusial dalam memastikan relevansi dan keberlanjutan implementasi, setiap model pembelajaran perlu disesuaikan dengan karakteristik, kebutuhan, dan potensi masing-masing daerah, seperti ketika sekolah di daerah pertanian mengintegrasikan pembelajaran kontekstual dengan praktik pertanian lokal atau sekolah di daerah industri mengembangkan proyek pembelajaran yang relevan dengan sektor manufaktur.

Tidak kalah pentingnya, evaluasi berkelanjutan menjadi mekanisme umpan balik yang esensial untuk memastikan efektivitas implementasi, mengidentifikasi area perbaikan, dan melakukan penyesuaian yang diperlukan secara tepat waktu, sehingga transformasi pendidikan dapat berjalan secara berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Transformasi pendidikan Indonesia melalui adopsi model-model pembelajaran inovatif memerlukan pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan. Dengan perencanaan yang matang dan implementasi yang terukur, perubahan ini berpotensi menciptakan sistem pendidikan yang lebih berkualitas dan bermakna bagi generasi mendatang.

Wacana penerapan model pembelajaran yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Abdul Mu'ti, mencerminkan upaya transformatif dalam sistem pendidikan Indonesia, namun perlu dikaji secara kritis dari berbagai dimensi.

Keberhasilan implementasi ini akan sangat bergantung pada beberapa faktor kunci yang saling terkait dan membutuhkan perhatian serius. Pertama, kematangan perencanaan implementasi menjadi fondasi penting yang mencakup pemetaan kebutuhan, tahapan pelaksanaan, dan antisipasi tantangan.

Kedua, kesiapan sistem dan sumber daya, baik dari segi infrastruktur, materi pembelajaran, hingga kompetensi pendidik, perlu dipastikan untuk mendukung efektivitas implementasi. Ketiga, komitmen yang kuat dan berkelanjutan dari semua pemangku kepentingan, mulai dari pembuat kebijakan, pengelola pendidikan, guru, hingga masyarakat, menjadi faktor krusial dalam menjamin keberlanjutan program.

Keempat, fleksibilitas dalam adaptasi kontekstual sangat diperlukan mengingat keberagaman kondisi dan kebutuhan pendidikan di berbagai daerah di Indonesia. Kelima, konsistensi dalam evaluasi dan perbaikan berkelanjutan menjadi mekanisme penting untuk memastikan program tetap pada jalurnya dan dapat terus disempurnakan sesuai dengan feedback dan pembelajaran dari lapangan.

Kelima faktor ini perlu diperhatikan dan dikelola secara seimbang untuk memastikan transformasi pendidikan yang dicanangkan dapat memberikan dampak positif yang nyata dan berkelanjutan.***


22 Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sangat menarik, tulisan dari bapak sangat menginspirasi saya dalam memahami transformasi pendidikan saat ini setelah adanya kurikulum baru pasca kurikulum merdeka. 👍

    BalasHapus
  3. SANGAT MENARIK TULISANNYA PAK....REALITA SEKARANG MEMANG HARUS DEMIKIAN UNTUK BISA LEBIH BAIK LAGI DI DALAM DUNIA PENDIDIKAN SEKARANG INI
    SEMOGA APA YG DIHARAPKAN OLEH KITA SELAKU TENAGA PENDIDIK BISA JAUH LEBIH BAIK LAGI...
    SEHAT SELALU PAK...

    BalasHapus
  4. Karya nya menambah wawasan saya terkait Transformasi Pendidikan Indonesia Pasca-Kurikulum Merdeka, terimakasih Pak

    BalasHapus
  5. Tulisan ini menambah wawasan saya tentang kurikulum baru yang dicanangkan oleh Pak Menteri. Yang paling menarik bagi saya adalah mindfull learning (kesadaran penuh dalam belajar). Peserta didik perlu memahami mengapa mereka perlu belajar, untuk apa mereka belajar, apa manfaat yang mereka peroleh ketika belajar, sehingga tidak perlu ada keterpaksaan dalam belajar. Kesadaran akan belajar ini akan mengantarkan anak untuk meaningful learning ( belajar lebih dalam dan bermakna)

    BalasHapus
  6. Sangat menarik, tulisan bapak sangat menginspirasi saya dalam memahami transformasi pendidikan saat ini setelah adanya kurikulum baru pasca kurikulum merdeka. 👍

    BalasHapus
  7. Kurikulum apapun yang digunakan, harapan kami waktu belajar di sekolah diubah kembali ke zaman KTSP,jangan sampai sore karena peseta didik kelelahan harus pulang pukul 16.00 , ini sungguh tidak efektif mereka tidak mampu menyerap pembelajaran

    BalasHapus
  8. Dengan tulisan bapak prof gambarkan tentang deep learning ini kalau di lihat dari tantangan nya justru akan membuat para pendidik mengalami kesulitan dari penerapan pembelajaran berdiferensiasi saja yang secara jelas mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid itu belum maksimal di terapkan di tiap tiap satuan pendidikan apalagi dengan pendekatan yang aka di terapkan dengan deep learning ini. Menurut saya ini hanya akan membuat para guru akan menemukan kebingungan dalam penerapannya. Guru sudah sudah seperti benda yang di obok2 yang tidak menemukan arah yang jelas dalam menciptakan model pembelajaran yang pas untuk di gunakan dalam mentranfer pengetahuan kepada peserta didik

    BalasHapus
  9. Sangat menarik, tulisan bapak sangat menginspirasi saya dan sangat menambah wawasan dalam memahami transformasi pendidikan saat ini setelah adanya kurikulum baru pasca kurikulum merdeka. Saya sangat tertarik dengan mindfull learning yang akan mengantarkan anak dalam belajar lebih bermakna.

    BalasHapus
  10. Sangat menarik pak dan menambah pengetahuan tentang transformasi pendidikan Indonesia pasca kurikulum merdeka.

    BalasHapus
  11. Tulisan bapak yang sangat membuka wawasan tentang perubahan mendasar dalam pendidikan Indonesia. Kurikulum Merdeka benar-benar membawa angin segar. Analisis yang komprehensif mengenai dampak Kurikulum Merdeka terhadap proses belajar-mengajar. Sangat bermanfaat bagi para pendidik. Ide-ide inovatif yang dibahas dalam tulisan ini sangat menginspirasi. Pendidikan Indonesia semakin menjanjikan.

    BalasHapus
  12. Dengan membaca artikel ini, saya memahami arah pendidikan kedepannya yang akan dicanangkan oleh bapak Menteri Pendidikan yang baru. Tentunya, setiap usaha memperbaiki sistem pendidikan kita menjadi lebih baik lagi tidaklah Mudah. Sesuai yang dipaparkan oleh Penulis bahwa ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana kita menghadapi itu serta strategi apa saja yang nanti kita gunakan. Terima kasih untuk Penulis, ini sangat bermanfaat bagi saya pribadi selaku pendidik.

    BalasHapus
  13. Sedikit memberikan pencerahan bagi saya tentang kurikulum yang di rancang oleh menteri pendidikan,namun saya hanya berharap kurikulum ini lebih banyak waktu dengan siswa..bukan dengan segudang administrasi.teknologi dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia bukan menambah apa lagi mempersulit

    BalasHapus
  14. _"Deep Learning"_ hanya ganti sampul dari "Kurikulum Merdeka" esensinya sama
    Dalam metode _Deep Learning_ ada aspek _mindful_ ini sejalan dengan modul yang ada dipendidikan Guru Penggerak.

    BalasHapus
  15. Terima kasih atas informasi yang diberikan kepada kami terkait kurikulum ini, saya berharap semoga kurikulum ini bisa memperbaiki karakter peserta didik jaman Now dan menciptakan proses pembelajaran yang lebih mendalam, individual, dan berkelanjutan, serta mendukung siswa untuk mencapai hasil yang lebih optimal melalui teknologi yang cerdas dan adaptif.

    BalasHapus
  16. Pengambilan kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi ketimpangan kualitas pendidikan, sekaligus menyiapkan generasi muda Indonesia yang memiliki kemampuan berpikir analitis dan siap bersaing di tingkat global.

    BalasHapus
  17. Sangat menginspirasi, dan menambah pengetahuan guru akan pentingnya perkembangan pendidikan masa sekarang ini.

    BalasHapus
  18. Luar biasa pak, oleh karena itu, kta sebagai seorang pendidik mesti mempunyai kesiapan pengalaman tinggi dalam penguasaan materi dan menyediakan fasilitasi pembelajaran, serta mengurangi potensi kesenjangan pemahaman antar siswa yang membutuhkan pengelolaan kelas yang lebih kompleks.

    BalasHapus
  19. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  20. Tulisan ini memberikan pandangan yang baik mengenai integrasi antara model pembelajaran inovatif dan Kurikulum Merdeka. tulisan ini juga realistis dengan menggarisbawahi tantangan utama, yaitu kompleksitas integrasi, perubahan mindset, dan kebutuhan peningkatan kapasitas pendidik.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama