-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 17 April 2025
Aku Juga Alastu
BirabbikumMu
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Manakala, telah berani menantang titah
Tuhan melalui nabiNya, maka takdir sudah jelas menjadi malapetaka bergaris
tangan di hadapan mata. Dikarenakan telah sangat berani mengingkari sumpahnya
sendiri yang berdiksi “Alastu birabbikum: Apakah aku bukan Tuhanmu?” (QS
Al-A'raf: 172).
Lebih lanjutnya diksi dari dialog di dalam
ayat tersebut, berarti, maka kita menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar kamu tidak mengatakan di hari
kiamat, “Sesungguhnya kami telah lalai tentang ini”.
Kemudian, Ibnu Katsir menegaskan di dalam
tafsirnya bahwa melalui QS Al-Araf Ayat 172 tersebut, Allah Swt.
menginformasikan kepada setiap manusia, ketika mereka masih berada
di alam ruh (rahim) ibunya, Allah telah mengikat mereka dengan sebuah
persaksian bahwa Allah adalah Tuhan-nya mereka, tidak ada Tuhan lain selain Dia.
Terkecuali, manusia telah berkaraktar
“Assalamu 'alaikum / kematian menimpamu”, maka kita jawab dengan, “wa
'alaikum/juga menimpamu”. Sebagaimana dinukilkan oleh Hasan al Bashri,
diksi demikian, hanya digunakan untuk menjawab salam dari orang kafir.
Ucapannya tidak boleh menambahkan; “wa rahmatullahi” / memintakan ampunan
kepada Allah SWT atas dosa mereka.
Maka, ucapan dari mereka yang telah berani
melawan titah Tuhan melalui para nabiNya, baik secara bergulitaan maupun
berpelitaan benderang mesti dideteksi dengan suara batin yang berkalam pula.
Deteksi Suara Hatimu
Tak perlu kemana-mana ngalor-ngidulan
untuk mendeteksi gelora bahagia atau derita yang sedang menancapimu.
Hanya, cukup diamati suara hati bermata
nurani yang berdurasi kepada denyutan jantungmu saja, maka akan jelas dan
begitu bening kelogisan jawabannya bah ketika ber-Alastu birabbikum.
Apalagi dengan menduga-duga yang justru
menodai kebeningan nuranimu. Terkecuali memang dari sananya, terdeteksi jiwamu
memang telah bergulitaan bawaannya menjadi bedug jantungan menderu rongsongan
pula.
Beduguan
Tinggal detak jarum jam yang akan bersalam
dengan angka bertanggalan waktu berkalam.
Maka, eloknya nikmati saja gelora denyutan
jantung yang masih tersisa dihadapan pelupuk mata nan bergejolak_ mungkin akan
segera tiada sungguh aduhai!
Tak perlu lagi, terlalu lebay
bersolek dan sontak untuk berteriak hingga beduguan tak karuan. Sebab akibat
dari terlalu beranimu mengingkari Alastu birabbikum, maka nafasmu telah
berhela hanya sisa di hujung tenggorokan. Hanya ditunggu bedug detak jarum jam,
dan boleh didiksikan dengan bertahiyatan. Jelas tidak akan mampu ber-Alastu
birabbikum lagi.
Jarum Jam Bertahiyatan
Momentum mesti tepat waktu, terpenting
sesuai dengan kesepatan. Memang mesti berdasarkan durasi jarum jam yang
akan berhujung kepada detik berangka yang menjadi mata panah sebagai
kiblatannya.
Bukan soal angka 01 atau 00 berhingga plus
minus akan hitungan 24 jam sebagai ukuran seharian. Tetapi yang lebih utama,
adalah kepastian angka jarum jam yang bertahiyatan mesti dikedepankan.
Agar tidak selalu melanggar dan mengkhianati
dari akar keyakinan kepada ayat Tuhan, “Wal ashri; demi masa/waktu” sehingga
tidak merugi sekalipun sebesar denyutan Zeptodetikan. Tentu, aras harapanya
tetap tidak akan bertelanjangan dan buntung, baik berkeduniaan hingga
berakhiratan. Namun, tetap ber-Alastu birabbikum menjadi bukti tiada berhingga
dinikmati tanpa akhir berzeptodetikan pun.
Hingga Zeptodetikan
Zeptodetikan merupakan ukuram detik paling
nihil, yakni ukuran waktu yang sepersejuta dari sepersejuta miliar
detik/10 -21 detik beridetik dengan 20 angka nol /Zero/O.
Ada menanti awal juga akhir tahun dan juga
bulan. Ada menanti awal juga akhir pekan dan juga harian.
Ada menanti awal juga akhir jam-an dan
juga menitan. Ada menanti awal juga akhir detikan dan berhingga Zeptodetikan.
Berganti atau juga berartian, tergantung
masing masing niatan, baik akan berarti atau juga kenistaan
Tidak kemestian 0 × 0 berarti 0/zero,
boleh juga 7 × 0 akan berjumlah demikian, atau dengan cara lain, demi
penantian yang menjadi niatan berperilaku dan nyata sebagai wujud dari sebuah
harapannya!
Bila, perilakumu tak berubah berhingga
masuk kubur. Tentu, itu akan tergilas oleh waktu dan janganlah pula salahin
Tuhan, apalagi Aku telah ber_Alastu birabbikum tanpa mengingkarinya untuk
berkalam._Walahu'alam