Angka Bukan Ber-Fanfic-an

Fanfiction di dalam goresan ini, berkaitan dengan contoh pemaknaan apologistik. Di mana, dapat dikesankan seseorang yang membela karakter atau tindakan yang akan dikutuk orang lain, misalnya perkosaan atau kelakuan kontroversi lainnya yang mengadain kemitosan. - Maman A. Majid Binfas -

 

-------

PEDOMAN KARYA

Senin, 14 April 2025

 

Angka Bukan Ber-Fanfic-an

 

Oleh: Maman A. Majid Binfas

(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)

 

Depesito jejak jatidiri yang bercermin cinta atau benci juga akan bersurga atau juga neraka. Hal itu semua, esensinya terpulang pada kadar durasi file simpanan diperankan, baik radius pikiran maupun gerakan logika batin pengabdian kepada Sang Keabadian.

Tentu, berbeda dengan radius mitosan yang selalu apologistik / mengajukan argumen untuk membela sesuatu yang kontroversial . Misalnya, dalam konteks fanfiction cerita fiksi yang ditulis oleh penggemar berdasarkan karya yang sudah ada. 

Fanfiction juga dikenal sebagai fanfic, fic, atau FF. Tetapi bukan juga fufufafa menjadi akun pengguna Kaskus yang menimbulkan kontroversi dikaitkan dengan Mas Gibran yang lagi Wapres saat ini.

Jadi, Fanfiction di dalam goresan ini, berkaitan dengan contoh pemaknaan apologistik. Di mana, dapat dikesankan seseorang yang membela karakter atau tindakan yang akan dikutuk orang lain, misalnya perkosaan atau kelakuan kontroversi lainnya yang mengadain kemitosan.

 

Bermoncongan Mitosan

 

Mungkin mitos radius cerita apologistis lomba lari antara siput dengan kancil tak mesti dihitung dengan durasi angka 1, 2, 3. sekalipun, langgam cerita penuh halusinasi kemitosan, namun berkesan membuka jalan pikiran akan kelicikan juga kelucuan si siput dalam mengkadali kancil.

Di samping, ada cerita mitos juga temtang kelincahan dan kelicikan si kancil dalam mengkadali buaya dalam menyebarangi sungai. Di mana, kancil menyuruh buaya berjejeran hingga tepi agar kancil dapat lompat cekatan guna menyebarangi tanpa terlahapi oleh buaya.

Cerita mitosan begini, telah disuguhin anak Indonesia sejak dini, mulai belajar di bangku SD pun dilakoninnya. Tentu, pelajaran demikian akan berdampak atau berkesan mempengaruhi hingga memperdaya saraf logika ilusian yang berkadar halusinasi kepada generasi Indonesia.

Mungkin hal ini, hanya sebagian saja yang memang ada mengidap bawaan anganan hingga terbawa mimpian, dan tereduksi oleh para pembayar/pembeli jadi pemimpin apapun. Sekalipun, berbeda corak dan cara di dalam meraih anganan untuk jadi lahapan reproduksinya. Termasuk untuk menjadi pegawai nagarian supaya bisa bermoncongan bulanan.

Bahkan, setelah teregutnya moncongan, tidak lain agar bisa berpenampilan garang sehingga dapat menggonggongi. Di lain sisi, tidak lain, terkadang juga kesannya justru menggarong apapun, baik bersifat masif manisan juga dengan masaman. Insting ilusian berlebihan tanpa kelogisan pun dilakoninya.

 

Keilusian Berlogika

 

Logika ilusian guna memancing emosi, sebenarnya bukan menjadi solusi. Tetapi yang demikian hanya membuktikan halusinasi insting keideotan semakin sungsangan. Karakter demikian, mestinya diterapi akan durasi kejiwaan teridapi bawaannya!

Maka, untuk menghadapinya bagi para pengidap logika demikian, cukup dengan diam sembari tersenyum simpulan. Dan beruring nada doa dengan diksi kasian terucapin di dalam hati !

Supaya tak tersambari halusinasi yang berpotensi kepada logika kesurupan yang serupa pula. Di sini, maka esensi saraf kesadaran berlogika kecerdasan independen tinggi yang berwarasan Ketuhanan tulen memang sangat diperlukan.

 

Independen

 

Bukalah mata batinmu dengan lillahi Ta'ala agar tampak nyata cayajati dirimu yang sesungguhnya, memang berjiwa apa.

Apakah berkadar pelita atau gulita menggurita cinta atau benci menyelimutinya. Berhingga akan bersurga atau berneraka yang akan bersalaman menanti di kemudian hari.

Tentu yang menjadi sejatinya, adalah bukan kesengsaraan, baik di dunia maupun berakhiran. Tetapi kebahagiaan jiwa bermatabat dihadapan Tuhan.

Untuk itu, maka mari bacalah dengan logika mata nurani, siapa sesungguhnya diri kita sejatinya dan apakah akan berjiwa Al-Fajr 27 -30.

“Irji'i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah/Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.”

Ataukah menguburkan apologistik bersifat fanfic sehingga tetap tulen untuk berjiwa independent/merdeka dengan mantap, yakni hanya kepada Tuhan saja berkalam berangka Alif lam Mim_ Walahu'alam.

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama