-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 17 April 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (8):
Kawanan Burung
Jatuhkan Batu Hancurkan Pasukan Gajah Abrahah
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Allah-lah yang melindungi rumah suci-Nya.
Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa
pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha
berjalan lagi ke arah Yaman.
“Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?”
bentak Abrahah pada tunggangannya.
“Dalam berbagai medan pertempuran, belum
pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak ketakutan! Ada apa
sebenarnya?” Abrahah kembali membentak gajah yang ditungganginya.
“Paduka! Ada yang datang dari arah laut!”
teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah
mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti
iringan awan mendung yang bergerak cepat. Burung-burung itu menjatuhkan
batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berupaya
menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, akhirnya
mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam QS 105,
Surah Al-Fil, ayat 1-5:
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhan-mu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah Dia telah
menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia
mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka
dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka
seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa
yang dibawa burung itu adalah kuman-kuman wabah penyakit cacar. Dalam beberapa
hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi
tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
Kembali ke Mekah
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi
disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah
tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah. Apalagi
setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor unta,
suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun sebelumnya.
Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah tetap
terjaga.
Gadis yang Meminang
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib
menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf. Wahb mempunyai
seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk
menikahkan putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis
cantik menegur Abdullah, “Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?”jt
“Aku akan pergi bersama ayahku,” jawab
Abdullah.
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis
itu berkata, “Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya seperti seekor
unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan menerimamu jika engkau mau
menikahi diriku sekarang juga.”
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu
dengan gugup.
“Siapakah gadis ini?” pikir Abdullah.
Pikirannya kemudian berkecamuk dengan
pertanyaan, “Dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti
seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh
seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh
kasih sayang. Apa yang harus kukatakan kepadanya?”
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya,
dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus melangkah dan
tidak menggubris sang gadis.
“Aku bersama ayahku. Aku tak kuasa menolak
kehendaknya dan berpisah dengannya,” kata Abdullah.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya.
Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke
rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi
dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya.
“Mengapa engkau tidak menyapaku seperti
kemarin?” tanya Abdullah.
“Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada
wajahmu sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak
membutuhkanmu!” jawab gadis itu dengan ketus.
Sinar Kenabian
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya. Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi. (bersambung)
-----