![]() |
Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata kini menghasilkan susu. Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang. (int) |
----
PEDOMAN KARYA
Senin, 21 April 2025
Kisah Nabi Muhammad SAW (11):
Keluarga Harits
dan Halimah Mendapat Berkah Setelah Menyusui Muhammad
Penulis: Abu Hasan Ali An-Nadwi
Ketika Halimah dan Harits kembali ke
rombongan, mereka melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi untuk
dibawa pulang dan disusui.
Melihat itu, Halimah berkata kepada
suaminya, “Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa
bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya.”
“Tidak salah kalau engkau mau
melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim
tersebut,” kata suaminya.
Akhirnya Halimah dan suaminya kembali
menemui Aminah dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas bayinya itu
dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega karena akhirnya ada yang mengasuh
Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke depan.
“Pergilah, nak. Ibu menunggumu di sini,”
bisik Aminah dengan pipi yang hangat dialiri air mata.
Tatkala menggendong Muhammad, Halimah
keheranan, “Aku tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak bertambah
beban.”
Kemudian, Halimah menyusui
Muhammad.”Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap,” kata Halimah kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah
menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah itu,
Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
“Anak kita tidur dengan lelap,” bisik
Halimah kepada suaminya, “padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa tidur
karena ia rewel terus sepanjang malam.”
Malam itu, keduanya bertambah heran karena
unta tua mereka ternyata kini menghasilkan susu.
“Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta
tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun,” gumam Harits.
Suami istri itu meminum air susu unta
sampai kenyang.
“Malam ini benar-benar malam yang indah,”
kata Halimah kepada Harits, “bayi kita tertidur lelap dan kita pun bisa
beristirahat dengan perut kenyang.”
“Demi Allah, tahukah engkau Halimah,
engkau telah mengambil anak yang penuh berkah,” kata Harits.
“Demi Allah, aku pun berharap demikian,”
kata Halimah.
Kebanggaan Rasulullah
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar
sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, “Aku adalah
keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku anak suku Quraisy yang menyusui di
Bani Sa’ad bin Bakr.”
Keberkahan
Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil
tidak berhenti sampai di situ. Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani
Sa’ad, terjadi hal yang mengherankan.
“Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang
aneh pada keledai tungganganku?” tanya Halimah.
“Saat kita pergi, keledai ini berjalan
pelan sekali,” Harits menanggapi, “tetapi, kini ia dapat berjalan cepat seolah
tak kenal lelah. Padahal, beban yang dibawanya cukup berat.”
Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga
bisa menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa’ad lainnya yang telah
berjalan lebih dulu.
“Halimah putri Abu Dhu’aibi!” panggil para
wanita itu keheranan, “tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang engkau
tunggangi saat kita pergi?”
“Demi Allah, begitulah,” balas Halimah,
“ini memang keledaiku yang dulu.”
“Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah
perkasa!” kata wanita-wanita itu.
Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits
tambah terkejut.
“Sepetak tanah kita!” bisik Halimah tak
percaya, “sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat
kita berangkat, tak ada sepetak tanah pun yang lebih gersang dari ini!”
“Domba-domba juga” seru Harits, “domba-domba
kita jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah dan meminum susu
mereka setiap hari.”
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya. (bersambung)
.....