-----
Rabu, 16 April 2025
Mahasiswa Singapore
Polytechnic dan Unismuh KKN Internasional di Tamaona Gowa
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Sebanyak
60 mahasiswa Singapore Polytechnic dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional selama
12 hari di Kelurahan Tamaona, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan.
Dari 60 mahasiswa tersebut, sebanyak 30 orang
adalah mahasiswa Singapore Polytechnic dan sebanyak 30 orang adalah mahasiswa Unismuh
Makassar.
Pelaksanaan KKN Internasional itu
merupakan bagian dari Program Learning Express (LeX) 2025 yang digelar selama 12
hari di Kelurahan Tamaona, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, dan berakhir
pada Sabtu, 13 April 2025.
Dalam forum penutupan kegiatan tersebut,
mahasiswa Singapore Polytechnic dan mahasiswa Unismuh Makassar mempresentasikan
enam prototipe hasil kerja kolaboratif mereka kepada masyarakat setempat.
Semua rancangan itu menjawab
persoalan-persoalan nyata yang selama ini membebani petani, mulai dari soal
efisiensi kerja, pengelolaan limbah, hingga teknik panen yang adaptif terhadap
cuaca dan medan.
Lurah Tamaona, Muhammad Yusuf, menyambut
hangat inisiatif tersebut. Ia menyebut pengalaman ini sebagai yang pertama kali
bagi wilayahnya menerima kunjungan mahasiswa asing dalam program kolaboratif.
“Ini bukan hanya bentuk pengabdian, tapi
juga penghormatan. Mahasiswa tidak sekadar datang lalu pergi. Mereka
betul-betul hadir dalam problem yang kami hadapi, lalu mencoba memecahkannya
lewat cara yang kreatif dan aplikatif,” kata Yusuf, kepada wartawan di Tamaona,
Selasa, 15 April 2025.
Ia pun menyampaikan terima kasih secara
khusus kepada Unismuh Makassar yang telah memilih Tamaona sebagai lokasi
pengabdian internasional.
Selama dua belas hari, sebanyak 60
mahasiswa—masing-masing 30 dari Unismuh Makassar dan Singapore
Polytechnic—terlibat dalam tiga kelompok proyek yang berfokus pada komoditas
tomat, padi, dan markisa.
Setiap kelompok memetakan permasalahan
yang dialami petani, lalu merancang solusi berbasis pendekatan design thinking
yang berpijak pada empati, eksplorasi lapangan, dan prototyping.
Untuk komoditas tomat, mahasiswa merancang
ZipZap, sistem zipline yang memungkinkan petani menyemprot pestisida tanpa
membebani punggung, serta Down 2 Earth, sistem pipa bawah tanah yang
mengalirkan pestisida langsung ke akar tanaman, meminimalkan paparan bahan
kimia.
Di sektor pertanian padi, mereka
menawarkan Pest Paddy Cart, gerobak multifungsi yang meringankan beban kerja
petani lansia atau kekurangan tenaga kerja, serta Biobarrel, tong pirolisis
yang mengubah limbah organik menjadi pupuk alami berkualitas, sebagai
alternatif dari pupuk kimia yang mahal dan merusak tanaman.
Adapun dalam budidaya markisa, inovasi
ditunjukkan melalui Passion Fruit Harvester 3000, alat panen yang bisa
diperpanjang dan dilengkapi struktur penyangga tanaman, serta Communal Compost
Bin, tempat pembuatan kompos komunal yang memperkuat praktik pertanian
berkelanjutan di tingkat kampung.
Program ini didampingi langsung oleh dosen
dari kedua institusi. Singapore Polytechnic mengirimkan tiga pendamping, yakni
Mr. Muhd Nadji, Mr. Mohd Farid Johari dari School of Media, Arts, and Design,
dan Ms. Min Swe Swe dari School of Chemical Engineering, sedangkan tiga dosen Unismuh
Makassar yaitu Dr Andi Bulkis Maghfirah Mannong, Dr Sitti Maryam Hamid, dan
Uyunnasirah Hambali MPd.
Wildhan Burhanuddin, selaku Koordinator
Program dari Unismuh Makassar, menegaskan bahwa LeX bukan semata proyek
akademik.
“Ia adalah proses pembelajaran lintas
budaya yang menumbuhkan empati sosial dan mendorong mahasiswa keluar dari zona
nyaman. Prototipe yang lahir bukan sekadar produk, tetapi cerminan pemahaman
mereka atas realitas hidup masyarakat,” kata Wildhan.
Learning Express (LeX) merupakan program
tahunan inisiasi Singapore Polytechnic yang melibatkan sejumlah universitas
mitra di Asia. Tahun ini, hanya dua perguruan tinggi di Indonesia yang
dipercaya menyelenggarakannya: Universitas Pelita Harapan dan Unismuh Makassar.
“Program ini mengintegrasikan metode design thinking sebagai strategi pembelajaran partisipatif lintas budaya, yang membekali mahasiswa dengan kepekaan sosial dan keterampilan problem-solving berbasis lapangan,” kata Wildhan. (asnawin)