-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 08 April 2025
Mapoda Mesti Ahadun
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Kebenaran haqiki atau Mapoda dalam diksi
Bahasa Bima, takdirnya tidak terbantahin akan berpadu sejati dengan sendirinya
bercahaya tanpa bisa diingkari.
Esensi demikian, memang lambat laun akan
dirasa tampak dengan kepastian, bah terbit sajak bintang kejora atau mentari
siang hari. Bahkan akan lebih purnama lagi dengan magnet takdir kesempurnaan
yang tiada tertandingi dari Sang Penggenggam segala ubun-ubun sajak kejora
kehidupan dan kematian itu sendiri Berahadun Mapoda.
Kejora Bersajak
Aku menggores sajak seakan tak beranjak di
balik awan berawak. Entah senja berinjak atau ruas waktu berjejak
Bukan jua berbisik di balik semak
bersiwak, tetapi patut dikenang rona gerak bintang seroja bersajak
Ketika itu, memang Aku berwatak membara
tanpa khawatir bergerak untuk berhadapan dengan apa pun jadi penghalang nilai
mapoda.
Memang Aku
Berkarung arang pun membara hingga tanpa
keping, dan akhirnya hangus jadi abu berdebu_
Sekalipun, dibentengi bah Ya’juj dan
Ma’juj yang dipraduga tak bersalah di dalam asas mengira dan menduga pula!
Terkepung, asap mengepul tiada terkira,
sekalipun mungkin, kini sisa sepotong akan berarti
bukan jua tak berarti mati rasa. Dan juga
sesak terkurung bukan lagi bah arang membara. Namun, mungkin tak mungkin,
tetapi akan memungkinkan demikian adanya.
Sekali Mapoda, itu berarti, maka diksi
berkalang pun terngiang untuk dikenang
Aku, bukan lagi cermin bah Engkau dan Kau
terbayangi, tetapi memang Aku Ahadun Mapoda berpadu.
Ahadun
Bismillahi Allahu Akbar, Aku bertakbir,
tidak lain guna bersungkeman dengan Tuhan-ku tanpa tabir!
Dan tidak lain, hanya menyatu padu, utuh
jadi Ahadun Mapoda akan Ketunggalan_Nya. Hal demikian, Berahadun Mapoda hingga
harf berkalam bah Alif Lam Mim_ “Nurun 'ala Nurin / Cahaya di atas cahaya tanpa
terbatasi.
Berahadun Mapoda
Lebih kurang sepuluh hari lagi, mungkin
segera ranum jejak keverbanian purnama yang akan terus terbayangi.
Bukan lagi jadi cerminan berkalam akan
terbenam, tetapi juga tanda bertakdiran alam bersalam Ahadun Mapoda.
Yakin atau tidak, itu soal lain dan juga
sama halnya dengan durasi radius kehidupan dan kematian yang bertakdiran dengan
sendirinya Berahadun Mapoda memang mesti Aku mengenangnya!
Kenanglah Aku
Kilas balik reinkarnasi biduan aras
dagelan jadi cerminan harakiri. memang itu pertanda denyutan akan semakin
mendekati poros Berahadun Mapoda dengan alam yang berlinang juga air mata
berlinang.
Tentu, dikenang akan berkalang tanpa mesti
berending lagi. Maka, kenang, kenanglah Aku, dan bukan jua tersadur bah
penggalan diksi puisi Chairil Anwar "Kenang, kenanglah kami” yang berjudul
“Karawang-Bekasi”_
Tetapi, ini murni dari alam logikaku
digoresin pagi hari nan cerah benaran atau Ahadun Mapoda.
Kenang, kenanglah Aku dengan Ahadun tanpa
melupain haqikat dari Mapoda sungguhan.
Jangan Lupain Aku
Jangan lupa, sekalipun kita tak pernah
bertemu. Apalagi, memang telah berjumpa dan juga saling berkosa kata atau
berdialog berlogika tak tuntas dikarena hampa ruas berwaktu.
Atau mungkin juga dikarenakan denyutan
nadi logika terlalu buntu nan melebihi serat batu cadas berdenyutan membatasi.
Hal demikian, hingga merasa risihan atau juga frustrasi bergelora galau.
Berhingga ngigauan tak karuan bah kesurupan sumpah serapahan hampa Mapoda juga.
Entah atau juga berlainan hingga
dimuntahin berhingga tidak lagi menjadi jiwa yang berkiblatan kepada QS Al-Fajr
, 27 yang Mapoda di dalam ber_"Irji'i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah/
kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."
Dan jangan lupain Aku hingga engkau puas
memuntahin juga tanpa dikirain pula yang Mapoda!
Jangan pula lupa bahagia, dihujung bulan April ini, mungkin akan berpepesan asap berapian jua.
Dan jangan lupa juga syawalan, semoga bisa
jadi kado bekalan pepesan ingatan berakhiran Mapoda.
Ingatlah Aku
Ingat ingatlah Aku bah keverbanian
rembulam malam hari.
Ingat ingatlah Aku, bah purnama mentari
siang hari
Ingat ingatlah Aku, bah berhadapan cermin
full body kebugaran badan doangan.
Ingat ingatlah Aku, bukan jua bah kunang-kunang
bertabir nan terbatasi oleh gulita remang -remangan tanpa Ahadun Mapoda pula.
Selasa 07:22, 08 April 2025