Segera Banting Setir, Jangan Buka Prodi yang Hampir Masuk Liang Kubur

Ketua Mejelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Bambang Setiaji (kedua dari kanan) didampingi Rektor Unismuh Makassar Dr Abdul Rakhim Nanda (paling kanan) dan Rektor Unimuda Sorong Dr Rustamadji (kedua dari kiri) sebagai moderator FGD PTMA) se-Kawasan Timur Indonesia, di Kampus Unismuh Makassar, Selasa, 08 April 2025.

 

------

Selasa, 08 April 2025

 

Segera Banting Setir, Jangan Buka Prodi yang Hampir Masuk Liang Kubur

 

PTMA se-KTI Gelar FGD di Unismuh Makassar

 

MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Perubahan dan perkembangan khususnya yang terkait dengan munculnya teknologi informasi (IT) dan kecerdasan buatan (AI) berpengaruh kepada banyaknya program studi (prodi) di perguruan tinggi yang menurun peminatnya, dan sebaliknya banyak prodi baru yang semakin diminati.

Karena itulah, perguruan tinggi harus segera banting setir dan tidak menunggu sampai terjadi prodi-prodi yang mereka bina akhirnya tutup karena tidak ada lagi peminatnya.

“Jangan terpukau dengan keberhasilan masa lalu. Jangan buka prodi yang hampir masuk liang kubur. Perbanyaklah prodi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan,” kata Ketua Mejelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Bambang Setiaji.

Hal itu ia kemukakan saat tampil sebagai pembicara tunggal Focus Group Discussion (FGD) Perguruan Tinggi Muhammadiyah – Aisyiyah (PTMA) se-Kawasan Timur Indonesia, di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Selasa, 08 April 2025.

FGD PTMA yang dipandu Rektor Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong Dr Rustamadji, dihadiri Rektor Unismuh Makassar, Dr Abdul Rakhim Nanda, bersama 33 Pimpinan PTMA se-KTI.

“Jangan pernah berhenti melakukan perubahan. Jangan pernah lihat keberhasilan. Lihatlah kekurangan. Kalau bicara keberhasilan, berhenti. Jangan buka prodi lama, walaupun itu menggiurkan,” kata Bambang.

Ia mendorong transformasi perguruan tinggi berbasis teknologi informasi (IT) untuk menjawab tantangan zaman. Pembukaan program studi (prodi) berbasis IT dinilai menjadi langkah strategis dalam menghadapi persaingan global dan perubahan dunia pendidikan yang semakin cepat.

Perubahan dan inovasi di lingkungan perguruan tinggi merupakan keharusan. Salah satu bentuk nyata perubahan itu adalah berdirinya Fakultas Kedokteran (FK) di sejumlah kampus, termasuk perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Namun, ia mengingatkan, keberadaan FK bukanlah tujuan akhir.

“FK itu penting, tetapi bukan titik akhir. Masih banyak tantangan ke depan yang harus dijawab, termasuk menyiapkan sub-sub IT di berbagai program studi,” kata Bambang.

Ia juga mengkritisi pola penerimaan mahasiswa baru di sejumlah perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTN-BH) yang dinilainya "ugal-ugalan". Di sisi lain, sejumlah program studi di perguruan tinggi swasta justru stagnan dan cenderung ketinggalan zaman.

“Jangan pernah berhenti melakukan perubahan. Kita tidak boleh terpaku pada kejayaan masa lalu. Kita harus terus bergerak, memperbarui diri, dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang IT,” ujar Bambang.

Ia menekankan pentingnya perguruan tinggi Muhammadiyah menyiapkan SDM yang menguasai teknologi informasi. Bahkan, ia mendorong agar kampus menciptakan suasana belajar yang memadukan bimbingan konseling dan penguatan IT bagi mahasiswa.

“Kita ini pemimpin perubahan. Harus punya mimpi besar dan berani masuk ke dunia yang kompetitif. SDM menjadi kunci utama,” kata Bambang.

Ia mengingatkan, banyak prodi lama saat ini sudah tidak relevan dengan kebutuhan zaman. Bahkan, tidak sedikit yang “hampir masuk liang kubur”. Karena itu, ia mengimbau pimpinan kampus untuk berani meninggalkan pola lama dan fokus membuka prodi berbasis IT.

“Kami di Majelis Diktilitbang bercita-cita mendirikan Universitas IT Muhammadiyah. Ini adalah proyek besar masa depan Muhammadiyah,” ungkap Bambang. (zak)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama