PEDOMAN KARYA
15 September 2015
Mengenal
Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (2):
Sejarah
dan Asal-usul Kata Bantimurung
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
Sebelum berbicara lebih
jauh tentang kawasan wisata Bantimurung atau Taman Nasional Bantimurung -
Bulusaraung, ada baiknya kita tengok sedikit sejarah dan asal usul kata
Bantimurung.
Sejarah dan asal usul
kata Bantimurung dimulai sejak masa Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669)
saat Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Belanda.
Ketika itu, wilayah kerajaan Maros diformulasikan dalam bentuk Regentschaap
yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent (setingkat bupati).
Setelah itu, Maros
berubah menjadi Distrik adat Gemeschaap yang dipimpin oleh seorang kepala
distrik yang dipilih oleh bangsawan lokal dengan gelar Karaeng Arung atau
Gallarang. Kerajaan Simbang merupakan salah satu distrik adat Gemenschaap yang
berada dalam wilayah kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang
bangsawan lokal bergelar "karaeng."
Pada sekitar tahun
1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, diangkat menjadi Karaeng Simbang. Dia mulai
mengukuhkah kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan
pembangunan di wilayahnya. Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan
melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan
ke daerah-daerah sekitarnya menjadi lancar.
Pembuatan jalan ini,
rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Sayangnya, pekerjaan tersebut
terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dalam hutan yang menjadi jalur
pembuatan jalan tersebut.
Saat itu, para pekerja
tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh
tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu
memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara
dan mencari tahu dari mana suara bergemuruh itu berasal.
Setelah melakukan
perjalanan singkat ke dalam kawasan hutan untuk mencari tahu dari mana suara
bergemuruh berasal, pegawai kerajaan langsung kembali melapor kepada Karaeng
Simbang. Namun sebelum melapor, Karaeng Simbang terlebih dahulu bertanya.
“Aga ro merrung?,”
tanyanya. (Bahasa Bugis; yang berarti: "apa itu yang bergemuruh?")
“Benti, puang (air,
tuanku)," jawab sang pegawai kerajaan. (Benti adalah bahasa bugis halus
atau tingkat tinggi untuk air)
Merasa penasaran,
Karaeng Simbang mengajak seluruh anggota rombongan untuk melihat langsung air
bergemuruh tersebut. Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang langsung
terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang
mengalir jatuh dari atas gunung.
“Makessingi kapang narekko
iyae onroangnge' diasengi benti merrung! (mungkin ada baiknya jika tempat ini
dinamakan air yang bergemuruh)," ujar Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng
Paroempa.
Berawal dari kata benti
merrung itulah kemudian berubah bunyi menjadi bantimurung. Penemuan air terjun
tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malahan, daerah di
sekitar air terjun dijadikan sebagai
sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai
oleh seorang Kepala Kampung bergelar "Pinati Bantimurung."
(bersambung)
----------------
Sumber referensi:
--
http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/3105
--
http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_index.htm
--
http://bantimurung.maroskab.go.id/sejarah-bantimurung
-- http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Bantimurung_Bulusaraung
--
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_lindung
--
http://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Russel_Wallace
--
http://id.wikipedia.org/wiki/Stalaktit
--
http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia
--
http://id.wikipedia.org/wiki/Tujuh_Keajaiban_Dunia_Baru
--
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
-- Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999, tentang Kehutanan
-- Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1990, tentang Konsenvasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=64&Itemid=169
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=525%3Athe-kingdom-of-butterfly&catid=74%3Abranding&Itemid=171
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=62&Itemid=171
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=524%3Athe-spectacular-tower-karst&catid=74%3Abranding&Itemid=179
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=122&Itemid=183
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=118&Itemid=191
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=158&Itemid=208
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=121&Itemid=209
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=519&Itemid=218
-- http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=520&Itemid=219
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=521&Itemid=220
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=522&Itemid=221
--
http://www.tn-babul.org/index.php?option=com_content&view=article&id=523&Itemid=222
--
http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/travelling/14/03/09/n26epa-taman-bulu-saraung-kembangkan-tujuh-objek-wisata
Mohon dimaafkan, Sejarah dan Asal usul kata Bantimurung yang diurai tersebut KELIRU dan harus diluruskan...
BalasHapusSecara data dan fakta nama Bantimurung sudah dikenal jauh sebelum masa pemerintahan Karaeng Simbang (1923):
A. Catatan harian Puatta Raja Bone XVI MatinroE ri Nagauleng :
Tahun 1699
30 Jul/1 Saffar, Kamis : Kulao ri Maruq.
10 Agt/12 Saffar, malam Istnain : Kulattuq ri bolaE.
11 Agt/13 Saffar, Tsalasa : Na engka Arung Pattiro polE ri Ugi.
15 Agt/17 Saffar, Sabtu : Kilao cemmE ri Bantimurung.
B. Catatan harian Puatta Raja Bone XXII MatinroE ri Mallimongeng :
Tahun 1756
1. 20 Oktober 1756 saya ke Bantimurung bersama To MarajaE melihat Bendungan
2. 6 November 1756 M/12 Shafar 1170 H Mulai digali pengairan
3. 12 November 1756 M/18 Shafar 1170 H Saya ke Solojirang ketemu BukoroE. Air dari Bantimurung sudah sampai di Marampesu.
C. Catatan Gubernur VOC JG.Loten :
Ketika menjabat sebagai Gubernur VOC di Makasar (1744-1750), Joan Gideon Loten (1710-1789) pada Agustus 1745 melancong ke Maros bersama keluarganya. Mereka menunggang kuda ke hutan dan melihat air terjun Bantimurung. Pada Agustus dan September 1750, Dia mengunjungi air terjun Bantimurung untuk terakhir kalinya. Selama perjalanan, Dia ditemani Jean Michel Aubert (1717-1762) sang juru gambar dan surveyor VOC.
Pada tahun 1771, setelah melihat gambar-gambar milik Loten, naturalis Inggris Thomas Pennant (1726-1798) mengatakan bahwa “Air terjun (baca air terjun Bantimurung) Pulau Sulawesi itu terkenal karena pemandangan yang menakjubkan”. Selain air terjun Bantimurung, beberapa gambar lainnya yang dikaitkan dengan Loten saat kunjungannya ke Maros, yakni Bulu Sipong (bukit tunggal) dan Leang Lambatorang...
Intahiy....
Iye', silakan dibuat juga tulisan berdasarkan data dan fakta yang dimiliki, terima kasih...
HapusMuhammad riza Kalau boleh tau dimana kita bisa dapat sumber yg disebutkan di atas?? Khususnya catatan gubernur VOC sumbernya dari manan?
Hapus