Suatu hari ibu kita menelpon
Ibu kita bilang engkau menanyakanku
Bertanya mengapa aku
Tak pernah menelponmu
-----------------
Yang Terakhir
Puisi Asnawin Aminuddin
Suatu hari saat kupulang kampung
Engkau mengajakku ke pasar
Membelikanku sepasang sepatu
Kukenakan bekerja sehari-hari
Suatu hari seusai berobat
Engkau mengajakku makan siang
Kita makan nasi kuning di tepi jalan
Sambil berbincang-bincang
Suatu hari menjelang magrib
Engkau berkunjung
Bersama seorang kawanmu
Menginap di rumah kontrakanku
Suatu hari ibu kita menelpon
Ibu kita bilang engkau menanyakanku
Bertanya mengapa aku
Tak pernah menelponmu
Suatu hari di bulan November
Engkau meninggal kami selama-lamanya
Aku tak sempat melihat jenazahmu
Aku terlambat dalam perjalanan pulang kampung
Rupanya, sepatu yang engkau belikan untukku
Rupanya, makan siang di tepi jalan
Rupanya, kedatanganmu menginap di rumahku
Rupanya, telponmu melalui ibu kita
Adalah yang terakhir
Yang terakhir
Kenangan terakhir
Yang terakhir
Adikku
Maafkan aku
Maafkan tak mampu
Menangkap isyarat darimu
Semoga di alam sana
Engkau tenang
Semoga Sang Maha Pengasih
Mengampuni dosa-dosamu
-------
@Makassar, 24 Juni 2009
PUISI ini kubuat untuk mengenang adikku almarhum Asran Faizal, yang akrab kami panggil Accang. Saya selalu menangis mengenangnya. Air mataku selalu menetes dan mengalir setiap mengingatnya, terutama saat saya melintas di tempat kami berdua makan nasi kuning untuk terakhir kalinya di tepi jalan di Jalan Boulevard, Makassar.***
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa adik kami dan terimalah amal ibadahnya..
BalasHapus