SEMILOKA. Ketua Muhammadiyah Sulsel, Prof Ambo Asse (kiri) menyerahkan materi seminar dan lokakarya kepada Ketua LP3 Muhammadiyah Sulsel, Lukman Abdul Shamad, pada pembukaan Semiloka Standar Kurikulum dan Standar Kompetensi Lulusan Pondok Pesantren Muhammadiyah, di Kampus Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, Senin, 22 Agustus 2016. (Foto: Asnawin)
------
Senin, 22 Agustus 2016
Prof Ambo Asse: Pondok
Pesantren Harus Punya Ciri Khas
Setiap Pondok Pesantren (Ponpes) harus
punya ciri khas yang membedakannya dengan Ponpes lainnya atau dengan dengan
sekolah umum. Ciri khas itu dapat berupa keterampilan tambahan, keahlian, atau
kelebihan khusus.
“Ciri khas yang paling umum yaitu
hafalan al-qur’an, kemampuan berbahasa Arab, serta kajian fiqih dan hadits,”
kata Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Prof Ambo Asse, pada pembukaan
Seminar dan Lokakarya Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren (LP3) Muhammadiyah Sulsel,
di Kampus Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar, Senin, 22 Agustus 2016.
Selain memiliki ciri khas, katanya,
pondok pesantren juga harus mampu bersaing dengan sekolah umum dari segi
kualitas pelayanan, proses belajar mengajar, serta lulusan, sehingga masyarakat
akan berlomba-lomba menyekolahkan anak-anak mereka ke pondok pesantren.
“Kita berharap pondok pesantren benar-benar
menerapkan disiplin, menjaga kebersihan, serta memberikan pelayanan yang
berkualitas, sehingga masyarakat tidak ragu menyekolahkan anak-anak mereka ke
pondok pesantren,” tutur Ambo Asse.
Hal senada dikemukakan Wakil Ketua
Muhammadiyah Sulsel yang mengkoordinir Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren,
KH Mawardi Pewangi.
“Salah satu yang perlu dijaga yaitu
kebersihan, terutama WC dan toilet, karena kalau WC dan toiletnya bersih, maka
hampir bisa dipastikan, semua ruangan yang ada di dalam pondok pasti bersih,”
ujar Mawardi.
Ketua Lembaga Pengembangan Pondok
Pesantren Muhammadiyah Sulsel, Lukman Abdul Shamad, melaporkan bahwa Semiloka Standar
Kurikulum dan Standar Kompetensi Lulusan Pondok Pesantren Muhammadiyah, diikuti
puluhan pimpinan pondok pesantren Muhammadiyah se-Sulsel.
Materi yang dibahas dalam Semiloka selama
dua hari itu, antara lain tentang penyusunan standar penilaian dan kewirausahaan,
model-model pesantren Muhammadiyah berbasis kewirausahaan, serta manajemen
pesantren modern. (win)
Tags
Liputan Utama