GOWA MENYALA. Seorang relawan berbagi cerita dengan seorang murid sekolah dasar dalam program literasi Gowa Menyala, di SD Inpres Mawang, Kabupaten Gowa, Sabtu, 11 Agustus 2018. Program Gowa Menyala diikuti sekitar 30 relawan dari berbagai latar belakang profesi dan juga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. (ist)
-------
Ahad, 12 Agustus 2018
Pengusaha,
Guru, Penulis, dan Mahasiswa Berbagi Cerita dengan Murid SD di Gowa
-
Ada
Juga dari Makassar, Bulukumba, dan Sulawesi Barat
-
Program
Literasi Gowa Menyala
-
Satu
Relawan Satu Murid
GOWA,
(PEDOMAN KARYA). Sekitar 30 pengusaha, penyiar radio,
guru, penulis, dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berkumpul dan
bertemu di SD Inpres Mawang, Kabupaten Gowa, Sabtu, 11 Agustus 2018.
Mereka berbagi cerita
dengan murid-murid sekolah tersebut dalam kegiatan program literasi Gowa
Menyala, Membangun Gerakan Literasi Melalui Pembiasaan Membaca.
Para professional tersebut
ada yang dari Gowa, Makassar, dan Bulukumba, serta ada pula yang berasal dari
Sulawesi Barat (Sulbar).
Dari kalangan mahasiswa
yang berpartisipasi, ada yang dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar,
Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin
Makassar, serta Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
“Jadi, buku ini memberi
pesan moral, bagaimana seseorang yang ingin disayangi dan merasa berguna,”
demikian simpulan Erni Yusnita, seorang perempuan pengusaha, usai menceritakan
buku tentang kisah boneka beruang di hadapan murid-murid kelas 4 dan kelas 5 SD
Inpres Mawang, Kabupaten Gowa.
Kegiatan literasi Gowa
Menyala dilakukan dengan cara mengajak anak-anak membaca bersama. Setiap
relawan menemani satu anak. Namun, sebelum anak diminta menceritakan apa yang
dibaca, relawan lebih dahulu memberi contoh bagaimana bercerita yang baik.
Rupanya, cerita yang
dibawakan secara interaktif, dengan sesekali bertanya ke anak-anak, membuat
mereka terus menyimak.
“Siapa yang tahu
kunang-kunang? Siapa yang tahu kelelawar?” Begitu sesekali Ainun Qalbi
Muthmainnah, melontarkan pertanyaan kepada anak-anak yang duduk lesehan di
dalam mushallah sekolah.
Kisah-kisah yang
diceritakan memang begitu informative, karena memperkenalkan aneka satwa kepada
anak-anak. Selain itu, juga bisa menginspirasi dan memotivasi anak karena ada
banyak nilai yang bisa dipetik. Sebagaimana buku yang dibaca Tika, murid kelas
4, tentang harimau yang mengajarkan anak-anaknya bagaimana caranya bertahan
hidup.
Anak rupanya cukup
terhibur karena mereka tertawa dan mengatakan lucu saat kakak-kakak relawan
bercerita.
“Bagus, kak,” kata anak-anak
kompak.
Hanya saja, meski
anak-anak yang diajak itu murid kelas 4 dan 5, tapi masih ada anak yang belum
lancar membaca. Persoalannya menjadi tidak sederhana, karena punya kaitan
dengan kondisi keluarga, situasi sekolah, dan minimnya akses anak pada buku
bacaan yang baik. Anak-anak yang bersekolah di sini sebagian besar berasal dari
keluarga kurang mampu.
Gowa
Menyala
Andi Bunga Tongeng,
inisiator Gowa Menyala mengatakan bahwa Gowa Menyala bukan komunitas biasa tapi
sebuah gerakan literasi yang memiliki cita-cita tinggi.
“Kami berharap dari
kegiatan yang dilakukan, anak-anak nantinya punya kemampuan membaca, bisa
menceritakan kembali bacaannya, dan menulis apa yang sudah dibacanya,” kata
Andi Bunga.
Wanita yang dipanggil
Bunda itu mengakui, dengan pertimbangan berbagai kondisi, target itu kemudian
diturunkan. Sekarang, harapannya, anak-anak bisa membaca buku dan punya
kebiasaan membaca buku. Itupun juga tidak mudah.
“Kami mencoba memahami
persoalan anak, bahkan dengan langsung datang ke rumah mereka,” tuturnya di
hadapan relawan usai kelas literasi.
Latar belakang anak-anak
ini, kata Andi Bunga, berasal dari keluarga kurang mampu. Orangtua mereka masih
ada yang buta huruf. Beberapa anak sering diajak bekerja, sehingga waktu untuk
membaca dan belajarnya tersita. Pernah anak-anak dipinjamkan buku, tapi
kemudian hilang. Mereka kurang punya motivasi untuk membaca.
Sejak
Kelas Inspirasi 2016
Wina Kurnia Syam,
koordinator Gowa Menyala, bercerita bahwa mereka mulai fokus di sekolah yang
terletak persis di pinggir Danau Mawang itu sejak Kelas Inspirasi 2016. Awalnya
rutin datang setiap minggu dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah.
Meski koleksi bukunya
terbatas dan kondisi perpustakaannya tidak nyaman. Sekarang perpustakaannya
sudah dipindahkan, bersebelahan dengan mushallah.
“Sekolah ini kekurangan
bacaan anak. Kalau pun ada, hanya yang berkaitan dengan mata pelajaran,” kata
Wina.
Gowa Menyala juga
mengadakan reading challenge dengan menantang relawan secara kontinyu datang
mendampingi seorang anak hingga bisa membaca. Program ini terbuka untuk siapa
saja yang peduli dan mau berbagi dengan anak-anak, khususnya di SD Inpres
Mawang.
“Kami berharap, di
tengah kesibukan relawan, baik yang sudah bekerja maupun yang masih mahasiswa, tetap
bisa meluangkan waktunya,” gugah Andi Bunga Tongeng. (rto)