ABRASI pantai di Takalar kian parah. Wilayah
daratan di sepanjang pesisir pantai Galesong semakin berkurang akibat abrasi
yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir. Puluhan rumah warga
yang berada di pesisir pantai terancam ambruk, beberapa di antaranya bahkan
telah hancur karena tidak mampu menahan hantaman ombak dan abrasi.(ist)
--------
Ahad, 20 Januari 2019
Abrasi
Pantai di Takalar Kian Parah
Pemkab
Takalar dan Masyarakat Kompak Tolak Izin Tambang Pasir
TAKALAR,
(PEDOMAN KARYA). Abrasi pantai di Takalar kian parah. Wilayah
daratan di sepanjang pesisir pantai Galesong semakin berkurang akibat abrasi
yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir.
Puluhan rumah warga
yang berada di pesisir pantai terancam ambruk, beberapa di antaranya bahkan
telah hancur karena tidak mampu menahan hantaman ombak dan abrasi. Salah satu
titik abrasi paling parah saat ini berita ini dirilis, Ahad, 20 Januari 2019, terjadi
di Dusun Bontokanaeng, Desa Bontokanang, Kecamatan Galesong Selatan.
Mirisnya, di tengah
ketakutan warga karena abrasi, penambangan pasir pantai Galesong tak kunjung
dihentikan. PT Pandawa Cipta Konsulindo, salah satu perusahaan penambang pasir,
bahkan saat ini tengah mengurus perizinan untuk melanjutkan penambangan pasir
pantai.
Hal ini memicu reaksi
protes dari warga Galesong yang juga turut merasakan dampak abrasi. Warga
kembali sepakat bersatu menolak penambangan pasir pantai yang mendatangkan
malapetaka bagi warga Galesong tersebut.
“Kami menolak
penambangan pasir, wilayah kami saat ini terancam karena abrasi pantai.
Penambangan harus dihentikan, pemerintah provinsi tidak boleh menerbitkan izin
penambangan,” tandas Wawan, salah satu warga Desa Bontokanang.
Mengamini penolakan
warga, Bupati Takalar H Syamsari Kitta, juga dengan tegas menolak penambangan
pasir di sepanjang pesisir Galesong.
“Kami mencemaskan
kondisi warga dan wilayah pantai kita. Sudah liat kita mengalami dampak negatif
luar biasa akibat abrasi, malah muncul lagi surat permintaan izin penambangan.
Saya menolak keras upaya penambangan pasir laut dimana saja di perairan
Takalar. Ini adalah aspirasi, inilah hati nurani warga Takalar,” tegas Syamsari.
Bahkan pembuatan
tanggul pemecah ombak untuk mengurangi dampak abrasi, menurut Syamsari bukan
solusi yang efektif untuk menyelamatkan masyarakat dan tempat tinggalnya dari
ancaman abrasi.
“Saya pikir membuat
pemecah ombak tidak akan mampu mengatasi, karena persoalan utamanya adalah
akibat tambang pasir,” tambah Syamsari. (Hasdar
Sikki)