Nuh berkata: “Hai kaumku! Sesungguhnya aku adalah pemberi
peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah,
bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadak. (Nuh/71 : 2-3)
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa,
21 Mei 2019
Suluh Ramadhan 1440 H – Jalan Menuju Taqwa (16):
Adzab Allah Bagi Kaum Menolak Ajakan Taqwa
Oleh:
Abdul
Rakhim Nanda
(Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor I Unismuh Makassar)
Nuh berkata: “Hai kaumku! Sesungguhnya aku adalah pemberi
peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah,
bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadak. (Nuh/71 : 2-3)
----
Nabi Nuh a.s. dalam catatan sejarah diutus oleh Allah SWT ke
suatu daerah yang berada di antara sungai Eufrat dan Tigris. Semula, kehidupan kaum Nuh
adalah sederhana, namun setelah mereka mengalami kemajuan, kehidupan mereka
mulai mengalami pergeseran.
Gejala kehidupan tirani sudah mulai tampak, dimana yang kuat menindas yang lemah, yang melahirkan suasana kehidupan yang mencekam. Para kaum
yang kaya mulai menyombongkan diri, yakni menentang
kebenaran dan menghinakan orang (baca: pengertian sombong menurut hadits Nabi).
Mereka mulai membangun persekutuan nisbi yang dibangun atas dasar ‘kepentingan’, namun ada satu kesamaan yakni melawan dakwah Nabi Nuh.
------
Artikel terkait:
-------
Atas kesombongan kaum tersebut, mereka sudah mulai meninggalkan kebiasaan beribadah kepada Allah SWT. Kemudian digantikan dengan menyembah berhala yang mereka buat dan ditempatkan di tepi sungai Eufrat, diberinya nama-nama; Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.
Berhala-berhala inilah yang menggantikan posisi Tuhan Allah
sebagai sembahan dan dijadikan sebagai objek / tujuan seruan mereka
oleh pembesar-pembesarnya terhadap rakyatnya. Maka terjadilah penolakan
terhadap dakwah yang dibawakan oleh Nabi Nuh untuk menyembah hanya kepada Allah
dan bertaqwa kepada-Nya serta ta’at kepada Rasululullah Nuh.
Penolakan terjadi di semua kalangan kaum Nuh, yang kaya
menolak karena kesombongan mereka, sedangkan yang lemah menolak karena takut
kepada kelompok yang kuat.
Bergesernya peribatan dari menyembah Allah menjadi penyembah
berhala melahirkan masyarakat kaum Nuh menjadi manusia-manusia yang tidak lagi
beradab, hidup sewenang-wenang bagi kelompok yang ‘punya’ segalanya, terjadila
kekacauan negeri.
Begitulah watak penghuni negeri yang tidak lagi tunduk pada
aturan-aturan Allah SWT. “Dan disebabkan kesalahan-kesalahan mereka,
mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat
pertolongan selain Allah. (QS Nuh/71 : 25).
Adzab atau siksa yang berupa kiriman banjir tsunami dari Allah SWT sebagai akibat
dari kesalahan-kesalahan (kedurhakaan) kaum Nuh telah menghabiskan generasi kaum
Nuh yang kafir, hanya tersisa orang-orang yang yakin akan seruan Nabi Nuh dan
ta’at kepadanya, lalu ikut bersamanya (di dalam perahu).
Menurut riwayat bahwa setelah Nabi Nuh berdakwah selama 950
tahun dan tidak mendapatkan hasil kecuali sedikit kaumnya yang ta’at. Lalu Nabi
Nuh-pun berdo’a: “Tuhanku, jangan Engkau
biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan
melahirkan selain anak yang berbuat maksiat, lagi sangat kufur.” (QS
Nuh/71: 26-27)
Marilah kita mengambil ibrah tentang kesudahan hidup orang
yang menolak ketaqwaan. Semoga
kita dapat memelihara ketakwaan dan dijauhkan dari adzab Allah SWT.
------
Baca juga: