“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah/2 : 5)
---------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 30 Mei 2019
Suluh Ramadhan
1440 H – Jalan Menuju Taqwa (24):
Keadaan Orang-orang Taqwa (1)
Oleh: Abdul Rakhim
Nanda
(Wakil Sekretaris Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor I
Unismuh Makassar)
“Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Baqarah/2 : 5)
----
Inti yang akan diungkapkan
pada ayat ini adalah kata ‘hudan’
yang berarti ‘petunjuk’, dan kata
‘muflihun’ yang berarti ‘orang yang
beruntung’, yang disematkan oleh Allah SWT bagi orang-orang bertaqwa.
Ayat ini menggambarkan keadaan orang-orang yang bertaqwa yang
telah menjalani proses secara kontinyu sebagaimana yang digambarkan sejak dari ayat 2 hingga ayat 4 surah Al-Baqarah ini.
Dari ayat 2 dapat dipahami
betapa adilnya Allah SWT yang menciptakan manusia, yang mana penciptaannya disertai dengan petunjuk yang dihimpun dalam kitab Al-qur’an dan diikuti
dengan mengutus Rasul-Nya sebagai “penafsir” sekaligus tampil sebagai “tafsiran” Al-qur’an itu.
Untuk apa? Agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan arah
dan tujuan yang jelas. Karena itulah, Allah
SWT menegaskan bahwa buku petunjuk –Al-qur’an-- itu tidak ada keraguan di dalamnya, maka berpeganglah
padanya, karena hanya orang yang berpegang padanya yang dapat memperoleh
petunjuk (hidayah) itu dan
menuntunnya menjadi orang yang bertaqwa.
Selanjutnya setelah manusia memperoleh hidayah dan menjadi
orang yang bertaqwa serta memiliki
sifat-sifat ketaqwaan (lihat: edisi 6-8 yang lalu), jika ia tetap istiqamah (konsisten) dalam sifat-sifat
ketaqwaan itu, maka inilah yang disemati oleh Allah SWT dengan kata “ulaaika ‘ala hudan min rabbihim”, yakni
“orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan-nya.”
Kata ‘ala yang berarti ‘di atas’ dalam ayat ini --menurut Quraish Shihab dalam
Tafsir al-Misbah-- memberi kesan
bahwa orang-orang bertaqwa itu selalu berada dalam posisi yang tinggi berkat
konsistensinya menjalankan petunjuk Allah SWT.
Oleh karenanya sikap konsistensi (istiqamah) dalam melakoni sifat-sifat ketaqwaan harus senantiasa
dilatih dan dijaga demi kehormatan diri (muru’ah)
dalam posisi yang tinggi itu.
Menurut Sayyid Qutb dalam Fie
Zilalil Qur’an, sifat-sifat ketaqwaan inilah yang benar-benar melekat pada
jamaah muslimin binaan Rasulullah yang ada di Madinah pada waktu itu, yang
terdiri atas
angkatan pemula (as-sabiquwnal awwalun) yakni kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.
Mereka ‘terangkat’ menjadi kaum yang ‘besar’ dalam makna yang
sesungguhnya, dan itulah umat yang kelak diberi oleh Allah kekuatan untuk
mempersaksikan kejayaan Islam kepada manusia (litakunu syuhada-a
‘alannas), yang
jejaknya masih kita rasakan hingga sekarang.
Mereka itulah orang-orang yang tetap dalam petunjuk Tuhan-Nya
dan mereka mendapat keberuntungan.
Istiqamah dalam sifat-sifat taqwa adalah cara menjaga hidayah
Allah dan cara menikmati kebahagiaan / keberuntungan. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian
itu.
--------
Baca juga:
Pesan-pesan Allah tentang Taqwa (2)
--------
Baca juga:
Pesan-pesan Allah tentang Taqwa (2)