“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran/3 : 102).
PEDOMAN KARYA
Selasa, 28 Mei 2019
Suluh Ramadhan
1440 H – Jalan Menuju Taqwa (23):
Pesan-pesan Allah tentang Taqwa (3)
Oleh: Abdul Rakhim
Nanda
(Wakil Sekretaris Muhammadiyah Sulsel / Wakil Rektor I
Unismuh Makassar)
----
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran/3 : 102).
---
Ada
dua kata kunci utama dalam ayat ini. Pertama,
penguatan jiwa yakni menuju taqwa yang sebenar-benarnya (haqqa tuqatihi) dan bertahan dalam keadaan itu selamanya. Kedua, penguatan cita-cita yakni
menjaga diri secara kontinyu tetap dalam sebenar-benar taqwa hingga ajal
menjemput.
Setelah
manusia menyadari perjalanan jauh yang akan ditempuhnya, hingga ke negeri
tujuan akhir yang lebih baik dan kekal yang disebut negeri akhirat (QS al-A’la/87 : 17), maka diapun mempersiapkan diri dengan
bekal taqwa (dzadittaqwa) dengan
patokan (bench marking) hidup berimbang yang berorientasi bahagia
di negeri akhirat.
Selanjutnya
manusia melangkah maju di jalan taqwa dengan mengerahkan seluruh daya upaya
untuk bertaqwa sekuat-kuat kemampuannya (ittaqullaha
mastata’tum). Kini ada posisi (maqam)
yang lebih tinggi yang menjadi tujuan manusia dalam pembinaan diri, yakni taqwa kepada
Allah sebenar-benar taqwa (haqqa
tuqatihi).
Apa
itu haqqa tuqatihi, sebenar-benar
taqwa? Ibnu Katsir merujuk penafsiran sahabat Nabi, Abdullah bin Mas’ud dalam
hadits riwayat Abi Hatim bahwa haqqa
tuqatihi itu: “Hendaknya Allah
SWT ditaati dan tidak dimaksiati (durhaka kepada-Nya), diingat dan tidak dilupakan, serta
disyukuri nikmat pemberian-Nya, bukan malah diingkari.”
Inilah
batas akhir dan puncak taqwa yang sebenarnya, yang harus diupayakan diraih oleh
setiap muslim. Jika diibaratkan manusia melangkah melewati tangga, maka di
tahapan tangga pertama dipersiapkan taqwa sebagai sebaik-baik bekal (dzadittaqwa), sedangkan pada tahapan tangga kedua adalah bertaqwa
sekuat kemampuan (mastata’tum), lalu
tahapan tangga ketiga adalah taqwa sebenar-benar takwa (haqqa-tuqatihi). Pada
tahapan inilah menuju penentuan dari akhir perjalanan seorang manusia, maka pertahankanlah,
dan jangan mati melainkan dalam keadaan muslim.
Al ustadz KH.
Djamaluddin Amien rahimahullah dalam Hadiyatun Najah-nya,
mengajarkan amalan praktis untuk bertahan dalam kondisi sebenar-benar taqwa (haqqa tuqatihi) dengan tujuh amalan
utama.
Ke-7 amalan utama itu, ialah, (1) ikhlas dengan membersihkan diri dari
kemungkaran maupun riya’, (2) istijabah yakni memenuhi ajakan Allah
SWT sekuat tanaga, (3) ijtinabah
yakni menjauhi larangan Allah SWT sejauh mungkin.
(4)
Istiqamah
yakni teguh di jalan Allah, (5) menambah ilmu dari al-Qur’an dan Sunnah, (6)
makan/pakai/ambil yang halal saja, dan (7) selalu bersama dengan orang-orang taqwa. Dengan menjaga kebiasaan ini,
semoga kita kembali kepada Allah SWT dalam keadaan muslim.
Peliharalah diri dalam ketaqwaan, semoga kita dianugerahi
Allah SWT Islam sepanjang hayat hingga mati dalam keadaan muslim.
-----
Baca juga:
Pesan-pesan Allah tentang Taqwa (1)
-----
Baca juga:
Pesan-pesan Allah tentang Taqwa (1)