Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 26 Juni 2019
Rabu, 26 Juni 2019
CERPEN:
Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (3)
Aku
tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan
rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia
karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari
yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan
tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari
awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, ibu, dan
ibu mertuaku membujukku makan.
Tetapi
yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek
dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya
seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di
dalam kamar mandi berharap ia yang datang.
Kebiasaanku
yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah,
membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku.
Setiap
malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan
sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara
dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya
kembali.
Dulu
aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku
merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa.
Dulu
aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku
tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya
berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana.
Dulu
aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang
bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnya pun tidak mau kuhapus.
Remote
televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku
berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote.
Semua
kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku
sudah terkena panah cintanya.
Aku
juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun
ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan
baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua
penyesalanku.
Aku
marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku
sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin
meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang
dianugerahkan padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik
pada suami yang begitu sempurna.
Sholatlah
yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku
ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan
anak-anak.
Teman-temanku
yang selama ini kubela-bela, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka
setelah kepergian suamiku.
Empat
puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari
keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa
bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua
dilakukan suamiku.
Berapa
besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya
jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan
pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.
Dari
kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi
bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya
ditransfer ke rekeningku selama ini.
Padahal
aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah
darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena
aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.
Yang
aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena
jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami
bertiga. Tapi bekerja di mana? (bersambung)
------
Cerpen bagian 1: Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (1)
Cerpen bagian 2: Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (2)
Cerpen bagian 4: Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (4-habis)
-------
Cerpen bagian 1: Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (1)
Cerpen bagian 2: Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (2)
Cerpen bagian 4: Aku Membenci Suamiku Selama 10 Tahun (4-habis)
-------
Dikutip
dari: http://pendengarnurani.blogspot.com/2012/04/aku-terpaksa-menikahimu-dan-akhirnya.html,
pada Rabu, 26 Juni 2019