MEMIMPIN ICMI. ICMI dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990. Pembentukan ICMI terjadi di sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang, Jawa Timur, pada 6-8 Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih Baharuddin Jusuf Habibie sebagai ketua ICMI yang pertama.
--------
PEDOMAN KARYA
Senin, 16 September 2019
BJ Habibie dalam Kenangan (5):
Menjadi Ketua ICMI Dua Periode Berturut-turut
Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wartawan Majalah PEDOMAN KARYA)
Pada periode ketiga menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), yakni
pada Kabinet
Pembangunan V (1988–1993), BJ Habibie diminta oleh sejumlah cendekiawan muslim
untuk memimpin organisasi yang baru dibentuk dengan nama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia disingkat ICMI. Itu
terjadi pada tahun 1990.
ICMI dibentuk pada tanggal 7 Desember 1990. Pembentukan ICMI terjadi di
sebuah pertemuan kaum cendekiawan muslim di Kota Malang, Jawa Timur, pada 6-8
Desember 1990. Di pertemuan itu juga dipilih Baharuddin Jusuf Habibie sebagai
ketua ICMI yang pertama.
Kelahiran ICMI berawal dari diskusi kecil di bulan Februari 1990 di masjid
kampus Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang.
Sekelompok mahasiswa merasa prihatin dengan kondiri umat Islam, terutama
kadernya “berserakannya” keadaan cendekiawan muslim, sehingga menimbulkan
polarisasi kepemimpinan di kalangan umat Islam. Masing-masing kelompok sibuk
dengan kelompoknya sendiri, serta berjuang secara parsial sesuai dengan aliran
dan profesi masing-masing.
Dari forum itu kemudian muncul gagasan untuk mengadakan simposium dengan
tema “Sumbangan Cendekiawan Muslim Menuju Era Tinggal Landas” yang direncanakan
akan dilaksanakan pada tanggal 29 September - 01 Oktober 1990.
Mahasiswa Unibraw yang terdiri atas Erik Salman, Ali Mudakir, M. Zaenuri,
Awang Surya dan M Iqbal berkeliling menemui para pembicara, di antaranya
Immaduddin Abdurrahim dan M Dawam Rahardjo.
Dari hasil pertemuan tersebut pemikiran mereka terus berkembang sampai
muncul ide untuk membentuk wadah cendekiawan muslim yang berlingkup nasional.
Kemudian para mahasiswa tersebut dengan diantar Imaduddin Abdurrahim, M Dawam
Rahardjo dan Syafi'i Anwar menghadap kepada Menristek Prof BJ Habibie dan
meminta dia untuk memimpin wadah cendekiawan muslim dalam lingkup nasional.
Waktu itu, BJ Habibie menjawab, sebagai pribadi dia bersedia tapi sebagai
menteri harus meminta izin dari Presiden Soeharto. Dia juga meminta agar
pencalonannya dinyatakan secara resmi melalui surat dan diperkuat dengan
dukungan secara tertulis dari kalangan cendekiawan muslim.
Sebanyak 49 orang cendekiawan muslim menyetujui pencalonan BJ Habibie untuk
memimpin wadah cendekiawan muslim tersebut.
Disetujui Presiden Soeharto
Pada tanggal 27 September 1990, dalam sebuah pertemuan di rumahnya, BJ
Habibie memberitahukan bahwa usulan sebagai pimpinan wadah cendekiawan muslim
itu disetujui Presiden Soeharto. Dia juga mengusulkan agar wadah cendekiawan
muslim itu diberi nama “Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia”, disingkat
ICMI.
Tanggal 28 September 1990, sejumlah cendekiawan muslim bertemu lagi dalam
rangka persiapan simposium yang akan diselenggarakan bulan Desember.
Pada tanggal 25-26 November 1990, sekitar 22 orang cendekiawan yang akan
membentuk wadah baru berkumpul di Tawangmangu, Solo dalam rangka merumuskan
beberapa usulan untuk GBHN 1993 dan pembangunan Jangka Panjang Tahap kedua
1993-2018, serta rancangan Program Kerja dan Struktur Organisasi ICMI.
Pelaksanaan simposium sempat terganggu oleh gugatan tentang rencana BJ
Habibie sebagai calon Ketua Umum ICMI, karena dia sebagai birokrat.
Kepemimpinannya dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kebebasan para
cendekiawan muslim.
Tanggal 30 November - 01 Desember 1990, panitia secara khusus mengadakan
rapat untuk menjawab isu negatif soal pemilihan Habibie. Dari pertemuan
tersebut menghasilkan beberapa komitmen, pertama, berdirinya ICMI merupakan
ungkapan syukur umat Islam yang mempu melahirkan sarjana dan cendekiawan.
Kedua, untuk memimpin ICMI diperlukan tokoh cendekiawan muslim yang memiliki
reputasi nasional dan internasinal, serta dapat diterima oleh umat Islam,
masyarakat Indonesia, maupun pemerintah.
Ketiga, hanya Unibraw salah satu wahana keilmuan- yang cukup pantas melahirkan
organisasi itu, apalagi pemrakarsanya adalah mahasiswa univeritas tersebut.
Halangan juga sempat datang dari aparat keamanan setempat. Dalam rapat gabungan
antara penyelenggara, Pemda, dan aparat keamanan di Surabaya, empat hari
menjelang acara, aparat keamanan menyoal pembentukan organisasi tersebut.
ICMI, kata mereka harus diwaspadai. Tapi Abdul Aziz Hosein yang menghadiri
acara tersebut sebagai panitia penyelenggara mengatakan, bagaimanapun ICMI akan
terbentuk, karena Presiden Soeharto sudah menyetujui dan AD/ART-nya sudah
disusun.
Tanggal 7 Desember 1990 merupakan lembaran baru dalam sejarah umat Islam
Indonesia di era Orde Baru, yakni secara resmi Ikatan Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) dibentuk di Malang. Saat itu juga secara aklamasi disetujui
kepemimpinan tunggal dan terpilih Bacharuddin Jusup Habibie sebagai Ketua Umum
ICMI yang pertama.
Dalam sambutannya dia mengatakan bahwa dengan berdirinya ICMI tidak berarti
kita hanya memperhatikan umat Islam, tetapi mempunyai komitmen memperbaiki
nasib seluruh bangsa Indonesia, karena itu juga merupakan tugas utama.
Digagas Tahun 1984
Menurut Dawam Rahardjo, ide pendirian suatu organisasi
seperti ICMI, sudah lama beredar di kalangan cendekiawan Islam. Berawal dari
suatu pertemuan cendekiawan Muslim pertama tahun 1984, yang diselenggarakan
oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI), dua universitas Islam, dan empat lembaga swadaya masyarakat (LSM), yang
dimotori oleh Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF).
Pada tahun 1987 dalam suatu pertemuan cendekiawan
muslim di kampus Universitas Djuanda, Bogor, dalam “patronase” Letnan Jenderal
(purnawirawan) Alamsyah Ratu Prawiranegara, tercetus lagi gagasan untuk
membentuk ikatan cendekiawan muslim.
Karena inisiatif yang hampir sama muncul juga dari Makassar dan Surabaya,
maka diambil suatu jalan tengah “di bawah kepemimpinan sidang Letjen
(purnawirawan) Achmad Tirtosudiro” dan dibentuk sebuah forum dengan nama Forum
Komunikasi Pembangunan Indonesia” disingkat FKPI.
Menurut Dawam Rahardjo inilah cikal-bakal sesungguhnya ICMI. Dengan begitu
apa yang terjadi di Malang bulan Desember 1990, hanyalah suatu gerak terakhir
dari seluruh proses di mana B. J. Habibie diangkat menjadi Ketua Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia.
Kepemimpinan di ICMI
BJ Habibie dua periode berturut-turut memimpin ICMI, yakni periode pertama
1990-1995, dan periode kedua 1995-2000.
Selanjutnya ICMI dipimpin Adi Sasono (2000-2005), tapi
pada periode 2005-2010, kepemimpinan ICMI dipimpin oleh presidium, yakni
berturut-turut Dr Marwah Daud Ibrahim, Prof Dr Nanat Fatah Natsir, Ir M Hatta
Rajasa, Dr Ir Muslimin Nasution APU, dan Prof Dr Azyumardi Azra.
Muktamar V ICMI di Bogor, 4-7 Desember 2010, kembali
memutuskan bahwa ICMI dipimpin oleh presidium yang diganti ketuanya setiap
tahun, yakni Dr Ing H Ilham Akbar Habibie MBA, Prof Dr Nanat Fatah Natsir, Dr
Hj Marwah Daud Ibrahim PhD, Drs Priyo Budi Santoso, dan Dr Sugiharto SE MBA.
Barulah pada Muktamar VI ICMI di Kota Mataram, 11-13 Desember 2015, ICMI
kembali dipimpin seorang ketua umum untuk satu periode penuh (2015-2020), yakni
Prof Dr Jimly Asshiddiqie SH. (bersambung)
-----
Sumber referensi:
- http://icmi.or.id/profil/sejarah/sejarah-icmi- https://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Cendekiawan_Muslim_Indonesia
- https://icmi.or.id/profil/visi-dan-misi
-----
Artikel sebelumnya:
BJ Habibie dalam Kenangan (4): Raih Doktor di Jerman pada Usia 29 Tahun, Habibie Diangkat Jadi Menristek RI
BJ Habibie dalam Kenangan (3): Habibie-Ainun Menikah Adat Jawa, Pesta Adat Gorontalo
BJ Habibie dalam Kenangan (2): BJ Habibie Orang Gorontalo atau Orang Parepare?
BJ Habibie dalam Kenangan (1): Tokoh Langka, BJ Habibie Pernah Menjabat Wapres Lalu Jadi Presiden
Artikel sebelumnya:
BJ Habibie dalam Kenangan (4): Raih Doktor di Jerman pada Usia 29 Tahun, Habibie Diangkat Jadi Menristek RI
BJ Habibie dalam Kenangan (3): Habibie-Ainun Menikah Adat Jawa, Pesta Adat Gorontalo
BJ Habibie dalam Kenangan (2): BJ Habibie Orang Gorontalo atau Orang Parepare?
BJ Habibie dalam Kenangan (1): Tokoh Langka, BJ Habibie Pernah Menjabat Wapres Lalu Jadi Presiden
Semoga beliau dapat tempat di sisi Allah
BalasHapusAamiinn...
Hapus