Habibie pernah bekerja
di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di
Hamburg, Jerman. Tentu saja dengan gaji yang sangat tinggi dengan berbagai
fasilitas yang mengiringinya. Kesuksesan BJ Habibie
ternyata mengusik Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Tanpa pikir panjang,
Soeharto kemudian memanggil Habibie kembali ke Indonesia pada tahun 1973.(int)
--------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 13 September 2019
BJ Habibie dalam Kenangan (4):
Raih Doktor di Jerman pada Usia 29 Tahun, Habibie Diangkat Jadi Menristek RI
Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wartawan Majalah PEDOMAN KARYA)
Setelah bulan madunya
selesai, pasangan pengantin baru Habibie (yang oleh Ainun dipanggil Rudi) dan
Ainun pun terbang ke Jerman. Ainun terpaksa meninggalkan pekerjaannya di
Indonesia sebagai dokter demi mendampingi suaminya yang melanjutkan kuliah
doktoral sambil bekerja di Jerman.
Di Jerman, Ainun
dihadapkan kepada dua pilihan, memilih untuk tetap bekerja di rumah sakit
anak-anak di Hamburg atau berperan serta berkarya di belakang layar sebagai
istri dan ibu rumah tangga.
Setelah berdiskusi
dengan Habibie, Ainun pun akhirnya memilih opsi yang kedua. Dari pernikahan
keduanya, Habibie dan Ainun dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar
Habibie dan Thareq Kemal Habibie. Ilham Akbar Habibie lahir di Aachen, Jerman,
16 Mei 1963, sedangkan Thareq Kemal Habibie lahir pada tahun 1967.
Masa-masa awal Jerman bukanlah
masa menyenangkan kendati kebahagiaan Ainun-Habibie semakin lengkap dengan
lahirnya dua buah hati mereka, Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Ainun harus ikut
membantu bekerja dan menjahit baju sendiri agar uang beasiswa cukup untuk hidup
di negeri orang. Ainun pula yang terus menyemangati Habibie ketika ia nyaris
patah arang gara-gara topik tesisnya diambil pembimbingnya.
Sebelum kuliah di
Jerman, Habibie menamatkan sekolahnya di SMK Kristen Dago, Bandung, dan kemudian
belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954.
Habibie melanjutkan
studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH
Aachen, Jerman Barat, pada tahun 1955-1956. (Dulu Jerman pernah terpecah
menjadi dua negara, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur. Perpecahan menjadi
pada tahun 1949 dan ditandai dengan dibangunnya Tembok Berlin. Kedua negara itu
baru bersatu kembali pada 03 Oktober 1990, yang kemudian dijadikan sebagai Hari
Nasional Jerman).
Habibie kemudian menerima
gelar diploma ingenieur pada 1960, dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan
predikat summa cum laude.
Dengan demikian,
Habibie berhasil menyelesaikan pendidikan magister dan doktoralnya hanya dalam
tempo sekitar 10 tahun, suatu waktu yang tergolong cepat ketika itu. Dan gelar
doktor yang diraih Habibie pada usia 29 tahun, pun tergolong sebuah prestasi
yang cukup mencengangkan ketika itu.
Menduduki
Sejumlah Jabatan Strategis
Habibie pernah bekerja
di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di
Hamburg, Jerman. Tentu saja dengan gaji yang sangat tinggi dengan berbagai
fasilitas yang mengiringinya.
Kesuksesan BJ Habibie
ternyata mengusik Presiden Republik Indonesia, Soeharto. Tanpa pikir panjang,
Soeharto kemudian memanggil Habibie kembali ke Indonesia pada tahun 1973.
Tetapi ia tidak
sepenuhnya menetap di Indonesia, karena Habibie terlanjut menduduki beberapa
jabatan strategis di perusahaan penerbangan Jerman.
Jabatan yang pernah ia
duduki antara lain Asisten Riset Ilmu Pengetahuan Institut Kontruksi Ringan
Rheinsich Westfaelische Technische Hochshule, Aachen, Jerman Barat (1960–1965),
Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur, Hamburg, Jerman
Barat (1966–1969).
Kepala Divisi Metode
dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer Messerschmidt Boelkow Blohm
(MBB) Gmbh, Hamburg, Jerman Barat (1969–1973), Wakil Presiden / Direktur
Teknologi Messerschmidt Boelkow Blohm (MBB), Hamburg, Jerman Barat (1974–1978).
Selanjutnya, Penasihat
Direktur Utama (Dirut) Pertamina (1974–1978), Direktur Utama PT Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Bandung (1976), dan Direktur Utama PT
Pelayaran Armada Laut (PAL), Surabaya (1978).
Diangkat
Jadi Menristek
Presiden Soeharto
kemudian mengangkat BJ Habibie menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi
(Menristek) pada tahun 1978 dalam Kabinet Pembangunan III (1978–1983).
Jabatan itu ia duduki
selama 20 tahun lamanya, mulai Kabinet Pembangunan III (1978–1983), Kabinet
Pembangunan IV (1983–1988), Kabinet Pembangunan V (1988–1993), hingga Kabinet
Pembangunan VI (1993–1998).
Gebrakan Habibie saat
menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk mengimplementasikan “Visi
Indonesia.”
Menurut Habibie,
lompatan-lompatan Indonesia dalam “Visi Indonesia” bertumpu pada riset dan
teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN,
PT. PINDAD, dan PT. PAL.
Targetnya, Indonesia
sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara industri dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). (bersambung)
------
Keterangan:
-
Artikel
ini diramu dari berbagai sumber, antara lain wikipedia.com, kompas.com, dan
tribunnews.com
-----
Artikel
sebelumnya:
BJ Habibie dalam Kenangan (1): Tokoh Langka, BJ Habibie Pernah Menjabat Wapres Lalu Jadi Presiden
BJ Habibie dalam Kenangan (2): BJ Habibie Orang Gorontalo atau Orang Parepare?
BJ Habibie dalam Kenangan (3): Habibie-Ainun Menikah Adat Jawa, Pesta Adat Gorontalo
BJ Habibie dalam Kenangan (1): Tokoh Langka, BJ Habibie Pernah Menjabat Wapres Lalu Jadi Presiden
BJ Habibie dalam Kenangan (2): BJ Habibie Orang Gorontalo atau Orang Parepare?
BJ Habibie dalam Kenangan (3): Habibie-Ainun Menikah Adat Jawa, Pesta Adat Gorontalo