Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (QS Ali Imran/3: 100)
--------
Rabu, 22 Januari 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (12):
Jangan
Mengikuti Ahli Kitab
Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
Wahai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang
diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman. (QS Ali Imran/3: 100)
Sapaan Allah SWT kepada orang-orang beriman kali ini, yakni kiranya
orang-orang beriman menjaga diri agar tidak mengikuti ahli kitab, karena dapat membawa
orang-orang beriman menjadi kafir (murtad).
Betapa terasa Kasih Sayang Allah SWT kepada orang beriman dalam
peringatan ini, Allah SWT tidak ingin
hamba-hamba-Nya yang
beriman terperosok ke jurang kesesatan.
Kondisi umat pada saat ayat ini turun, dapat diketahui dari
beberapa riwayat seperti yang dikemukakan oleh Ibun Ishak dan Abu Syaikh dengan
bersumber dari Zaid bin Aslam.
Ketika itu terdapat segolongan suku
Aus dan suku Kazhraj sedang asyik duduk berbincang-bincang dan lewat seorang
Yahudi yang bernama Syas bin Qhais berlalu di hadapan mereka.
Keakraban mereka mengundang kebencian
di dalam hati Syas bin Qhais itu, sehingga disuruhnya seorang pemuda Yahudi
untuk duduk di antara mereka dan mengingatkan akan peristiwa Perang Bu’ats yang pernah
terjadi antara kedua suku Aus dan Kazhraj pada masa jahiliyah dahulu.
Dari hasil hasutan pemuda Yahudi
tersebut yang mengingatkan peristiwa itu, maka kedua suku ini pun mulai bertengkar, sehingga tampillah Aus
bin Qaizhi dari suku Aus dan Jabbar bin Syakir dari suku Kazhraj yang saling
memaki,
sehingga membangkitkan amarah di antara kedua suku tersebut.
Peristiwa ini akhirnya sampai
beritanya kepada Rasulullah s.a.w. Akhirnya Rasulullah datang memberikan
nasehat kemudian mendamaikan mereka, dan mereka pun menaatinya. Pada kondisi
ini turun ayat: “yaa ayyuhalladziina
aamanuu intuthii’uu fariiqan minalladziina uutul kitaabi” dan seterusnya
hingga akhir ayat.
Demikianlah dalam perjalanan sejarah,
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah ridha terhadap perkembangan ajaran agama Islam. Hal ini juga telah
diingatkan oleh Allah SWT kepada
orang-orang muslim sejak awal perjuangannya ketika masih dibina langsung oleh Rasulullah s.a.w.
Sebagian besar mereka menginginkan
agar orang Islam –yang telah mengikuti ajaran Rasulullah-- kembali kepada
kekafiran, sebagaimana firman Allah.
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri
mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan
biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al-Baqarah/2: 109)
Demikianlah adanya, bahkan di ayat
lain Allah SWT memberitahukan bahwa “selamanya tidak akan pernah ridha”.
Firman-Nya:“Tidak akan pernah ridha orang-orang Yahudi dan Nasara kepada kamu hingga kamu
mengikuti ajaran mereka. Yakinlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk
(yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu.” (QS Al-Baqarah/2: 120)
Itulah adanya! Provakasi dan intimidasi
terus-terus dilakukan mereka. Mereka terus menanamkan kebencian
orang-orang terhadap umat Islam, dan juga memengaruhi umat Islam yang masih
leman imannya –Islam abangan--.
Di satu sisi, mereka terus menghujat Al-Qur’an diikuti dengan
menghina Rasulullah Muhammad SAW selaku pembawa Al-Qur’an itu. Di sisi lain, mereka terus memengaruhi
orang-orang Islam untuk mengikuti ajaran mereka dengan berbagai macam cara walaupun harus dengan
mengeluarkan dana yang besar.
Mereka mengajarkan kepada umat mereka
agar tidak percaya kepada Al-Qur’an; berbeda dengan ajaran Islam yang oleh Allah diajarkan bahwa bagian dari iman adalah beriman kepada Al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.
Mereka mengajarkan bahwa umatnya
tidak boleh percaya atas kenabian dan kerasulan Muhammad, sementara Islam
mengajarkan bahwa iman kepada Muhammad Rasulullah juga harus beriman atas
diutusnya Isa, Musa, dan Rasul-rasul sebelum mereka lagi.
Umat Islam percaya kepada hanya satu
Tuhan yaitu Tuhan Allah SWT, sedang
mereka tidak. Orang
Yahudi mengaku bahwa Uzair anak Allah dan orang Nasara mengaku bahwa Al-Masih adalah putra Allah (QS At-Taubah/9: 30), sedangkan
umat Islam menjadi saksi bahwa Allah
tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (QS Al-Ikhlash/112: 1 – 4).
Orang-orang Nasara telah
mempertuhankan Isa Al-Masih putra Maryam, sedangkan Isa sendiri tidak pernah berkata
bahwa dia berhak disembah.
Firman Allah SWT tentang pernyataan Isa a.s: “Dan ketika Allah berfirman: Wahai Musa putra Maryam! Adakah kamu
mengatakan kepada manusia; “jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain
Allah?” Isa menjawab: “Maha suci Engkau! Tidaklah patut bagiku mengatakan yang
bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
segala perkara yang gaib”(QS Al-Maidah/5: 116).
Lantaran mereka itu telah melakukan
berbagai macam pelanggaran terhadap aturan Allah,
maka itulah pokok-pokok perbedaan antara mereka dengan orang Islam yang tentu
saja mempunyai implikasi terhadap pola kehidupan selanjutnya di muka bumi ini.
Oleh karenanya, jangan pernah mengikuti mereka, karena mereka akan terus
berusaha menjadikan kamu kafir setelah kamu beriman.
Perhatikanlah Firman Allah SWT berikut ini: “Dan bagaimana kamu akan kufur, padahal telah
dibacakan kepada kamu ayat-ayat Allah dan di antara kamu ada Rasul-Nya? Dan barang siapa yang
berpegang teguh dengan Allah, maka sesungguhnya telah diberi petunjuk dia
kepada jalan yang lurus.” (QS Ali Imran/3: 101)
Untuk apa mengikuti mereka yang tidak
mempunyai pegangan yang kokoh, sementara orang-orang beriman telah diberikan
warisan yang amat luhur yang dengan berpegang teguh kepadanya, maka orang-orang
beriman itu tidak akan pernah sesat selama-lamanya, itulah al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
s.a.w.
Dan mereka
berkata: “hendaklah kamu menjadi penganut Yahudi atau Nasrani supaya kamu dapat
petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia dari
orang-orang yang musyrik” (QS Al-Bakarah/2: 135).
Inilah keyakinan orang-orang beriman
sebagai jawaban atas ajakan mereka itu. Tidak ada pilihan lain sebab jika
ajakan ahlul kitab itu dipenuhi, maka orang beriman itu akan menjadi murtad, lalu Allah akan
mengganti orang murtad itu dengan kaum yang baru yang dicintai-Nya dan mereka pun cinta kepada Allah. (QS Al-Maidah/5: 54) (bersambung)
-------
Artikel sebelumnya:
Bagian 12 : Perintah Menata Administrasi dalam Transaksi
Bagian 11 : Tinggalkan Riba
Bagian 10 : Jangan Merusak Sedekah
Artikel sebelumnya:
Bagian 12 : Perintah Menata Administrasi dalam Transaksi
Bagian 11 : Tinggalkan Riba
Bagian 10 : Jangan Merusak Sedekah