-------
Jumat, 07 Februari 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (18):
Bersabar, Tingkatkan Kesabaran, dan Bersiap-siagalah
Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
Wahai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetap bersiap-siagalah
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS Ali Imran/3: 200)
Kali ini Allah SWT membimbing
orang-orang beriman menapaki jalan menuju kemenangan, jalan yang bertingkat-tingkat namun
harus ditapaki dengan cara yang paripurna (kebulatan tekad, keimanan,
daya tahan yang kuat dan terus menerus hingga sampai terminal akhir yakni
kemenangan).
Ada empat tingkatan perintah oleh Allah SWT untuk ditapaki dengan cara
paripurna itu, yakni sabar, menguatkan kesabaran, senantiasa bersiap siaga dan
bertaqwa. Inilah jalan menuju kemenangan.
Tingkat pertama adalah perintah untuk
‘bersabar’. Dalam uraian tentang sabar dan shalat pada surah Al-Baqarah ayat
153 (pada edisike-3), di dalamnya diberikan gambaran tentang karakter
orang sabar yang dijumpai pada beberapa ayat.
Gambaran karakter mereka, yakni; kuat
(QS Al Afal/8: 26), memiliki
semangat yang berkobar (QS Al Anfal/8: 65), tahan uji (QS Muhammad/47: 31), lapang
dada (QS An Nahl/16: 127), istiqamah
dalam mencari keridhaan Allah (QS An
Nahl/16 : 96), tenang, tidak bersusah-hati, memiliki kejernihan dan kegembiraan hati (QS Al Insan/76: 11).
Merenungi
cara Allah menanamkan sejumlah karakter prima dalam diri manusia yang diikat
dalam satu kata “sabar” ini,
menggiring manusia kepada kesadaran betapa Allah benar-benar Maha Kasih dan
Maha Sayang kepada hamba-hamba-Nya, Maha Adil kepada hamba-Nya.
Sebelum
Allah SWT ‘melepaskan’ hamba-Nya ke medan “perjuangan
hidup’ terlebih dahulu ditanamkan-Nya kekuatan “sabar’ sebagai bekal untuk menghadapi perjungan itu.
Setelah
orang-orang beriman ini turun ke gelanggang medan laga, memahami makna kehidupan, menyadari arti penting
perjuangan, maka terasalah betapa kesabaran ini menjadi unsur yang sangat menentukan untuk mendapatkan
hasil dari perjuangan yakni kemenangan.
Tingkat kedua adalah perintah ‘menguatkan
kesabaran’. Setelah hamba-hamba Allah SWT
melihat, menjalani, dan memahami kehidupan, pahamlah mereka bahwa perjuangan ini
haruslah suci.
Bagi orang-orang yang beriman, perjuangan
utamanya bermuara pada menegakkan iman kepada Allah sebagai tujuan yang mulia. Semakin suci dan mulia tujuan
perjuangan, maka semakin banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi, karena
dalam kenyataan hidup ini, ada juga orang-orang yang bergerak berhadap-hadapan melawan
kesucian dan kemuliaan itu.
Ada yang terang-terangan menolak mengimani
Allah SWT yang disebut kafir, ada yang ucapannya mengakui tapi
hatinya menolak yang disebut munafiq.
Kedua-duanya ini adalah tantangan perjuangan dari luar.
Orang-orang kafir dan munafiq ini menyusun
kekuatan yang kadarnya dapat setara dengan kasabaran yang digunakan oleh
orang-orang beriman dalam perjuangannya. Maka, jika hanya dengan sabar saja,
perjuangan ini belumlah dapat sampai kepada kemenangan.
Untuk itulah, Allah SWT meminta hamba-Nya untuk menguatkan
kesabaran, artinya kekuatan mereka (yang boleh jadi mereka juga menyebutnya
dengan sabar) harus dihadapi dengan kesabaran yang lebih besar lagi. Inilah makna ‘wa shabiru’ dalam ayat ini.
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menuliskan satu uraian dari
kata wa shabiru ini: “Ketika
kesabaran dilawan dengan kesabaran, siapa yang lebih kuat kesabarannya dan
lebih lama dapat bertahan dalam kesulitan, dialah yang akan memperoleh
kemenangan”.
Sayyid Quthb dalam Fie Zhilalil Qur’an menyebutnya “mushaabarah” bentuk mufaa’alah (intensitas) dari kata shabar, yakni menguatkan kesabaran. Kesabaran
harus diintensifkan dan harus dikuat-kuatkan, sehingga kaum mukminin tidak
kehilangan kesabaran sepanjang perjuangannya.
Tingkat ketiga adalah perintah
‘bersiap-siaga’.Quraish
Shihab dalam Al-Misbah
menuliskan bahwa: kata wa raabitu
dalam ayat ini bermakna bersabar dalam pembelaan Negara.
Sayyid Quthb dalam Fie Zhilalil Qur’an menyebut dengan kata muraabathah yakni bersiap-siaga di tempat-tempat jihad dan di
pos-pos penjagaan menghadapi serangan musuh.
Buya Hamka dalam Al-Azhar memberi makna kata wa
raabitu dengan “mengokohkan kewaspadaan, memperkuat penjagaan, sehingga
termasuk juga di dalamnya mengawasi batas-batas Darul Islam jangan sampai dimasuki oleh musuh dari Darul Kufur.”
Di zaman kemajuan bangsa-bangsa saat
ini, tentu saja yang dimaksud batas Negara tidak hanya menyangkut batas-batas
teritorial, geografis, dan administratif, tetapi juga menyangkut batas-batas
ideologis dan kedaulatan.
Karena itu, bagi orang-orang yang
beriman, apapun
profesi mereka, baik sipil ataupun aparat keamanan, bila masih punya iman, maka dia diperintahkan
oleh Allah SWT untuk senantiasa
waspada dalam menjaga ‘batas-batas’ negeri yang mencakup keseluruhan batas yang
telah diutarakan tersebut.
Tingkat keempat adalah perintah ‘bertaqwa’. Perintah ber-taqwa dalam ayat
ini menyertai tiga tingkatan perintah sebelumnya, yakni perintah ‘bersabar (isbiruu), meningkatkan
kesabaran (wa shabiruu), dan bersiap-siaga (wa rabithuu)’, bahkan taqwa ini menjadi
kunci yang sebenarnya.
Taqwa ini menjadi penjaga yang
senantiasa bangkit dalam nurani orang-orang yang beriman, yang menjaganya agar
tidak lengah, tidak lemah, tidak menyeleweng (khiyanah), dan tidak menyimpang
jalannya. Demikian disarikan dari uraian Sayyid Quthb dalam Fie Zhilalil Qur’an.
Quraih Shihab menekankan bahwa Allah SWT memerintahkan sabar dalam
segala hal, menghadapi yang tidak disenangi maupun yang disenangi. Dengan
kesabaran dan ketaqwaan akan turun bantuan Ilahi
guna ‘menjadi kekuatan’ menghadapi segala macam tantangan itu.
Dinukil dari firman Allah SWT: ”Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi
jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jjika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa
yang mereka kerjakan”. (QS Ali Imran/3: 120)
Bahkan Allah SWT memperkuat janji-Nya dengan firman-Nya: “Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang
menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan
lima ribu malaikat yang memakai tanda”. (QS Ali Imran/3 :125)
Sikap sabar dan taqwa itulah yang dijanjikan oleh Allah SWT, tidak akan disia-siakan-Nya, “… barang siapa yang bertakwa
dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang berbuat baik." (QS Yusuf/12: 90)
Inilah nasehat yang merupakan syarat
utama bagi kebahagiaan dan kejayaan setiap pribadi dan masyarakat. Wallahu a’lamu bissawab. (bersambung)