Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti
orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu,
yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan
perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap bersama-sama
kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”.
Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah
menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah
menghidupkan dan mematikan. Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS
Ali Imran/3: 156)
------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 04 Februari 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (17):
Jangan Seperti Orang
Kafir yang Tidak Yakin Bahwa Kematian atas Kehendak Allah
Oleh: Abdul Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti
orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu,
yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan
perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: “Kalau mereka tetap bersama-sama
kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”.
Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah
menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah
menghidupkan dan mematikan. Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS
Ali Imran/3: 156)
Firman Allah SWT dalam ayat 156 ini menuntun
orang-orang beriman agar tidak berpikir dan bersikap seperti orang kafir dalam merespons musibah kematian. Respons orang kafir dalam ayat
ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar tidak beriman kepada Allah.
Itu tercermin dalam ucapan mereka: “Kalau mereka tetap bersama-sama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh”.
Ucapan ini
mempertegas keyakinan dan sikap kekafiran mereka. Bagi orang yang beriman, tidaklah demikian! Perihal
kematian, ada panduan yang jelas bahwa kematian itu adalah kemestian bagi
makhluk yang diberi hidup. “Kullu nafsin dzaiqatul
mauwt”, tiap-tiap yang punya nafas (bernyawa) pasti akan mati (QS Ali Imran/3: 185;
Al-Anbiya/21: 35; Al-Ankabuwt/29: 57).
Kematian tidak terikat waktu; “idza ja’a ajalahum la yasta’khiruwna sa’atan wa la yastaqdimuwn”, jika ajal tiba, maka kematian tidak dapat dimundurkan
barang sesaat pun dan juga tidak dapat dimajukan (QS Al-A’raf/7: 34; Yunus/10: 49;
An Nahl/16: 61).
Kematian tidak terikat ruang dan tidak mengenal
perlindungan; “ayna ma takuwnuw yudrikkumul
mawtu walaw kuntum fie buruwjin musayyadah”, di mana saja kamu berada, maut akan menghampirimu, walaupun kalian di dalam
benteng yang kokoh (QSAn-Nisa/4: 78).
Kematian tidak bisa dihindari; “Camkankanlah: "sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu”(QS Al-Jumu’ah/62:
8).
Demikianlah
ketentuan Allah SWT tentang maut atau kematian. Maka orang-orang beriman
tidak sepantasnya mengikuti pikiran dan sikap orang kafir yang menyesali kematian orang-orang
yang pergi ke medan perang atau karena sebab lain.
Fakta dalam
kehidupan ini begitu banyak. Ada orang yang mati sementara dia duduk bersantai di rumahnya, namun
ada orang yang pergi ke medan perang tetapi masih kembali ke rumahnya berjumpa
dengan keluarganya. Itulah fakta tentang kematian yang menjadi rahasia Allah.
Hikmah besar
dengan dirahasiakannya waktu, tempat dan cara mati seseorang adalah agar
manusia senantiasa bersemangat hidup selama memang masih hidup dan agar manusia
senantiasa memelihara kualitas hidupnya hingga matinya mati yang baik (husnul khatimah). Dan kesudahan dari kematiannya
dibalasi dengan kehidupan yang indah nan kekal abadi di akhirat kelak. Amin.
Orang yang
tidak mantap keyakinannya tentang ketentuan kematian dari Allah SWT itu, akan selalu terjebak ke dalam penyesalan, menyesali bila terjadi
kamatian itu, maka hatinya akan selalu dirundung duka berkepanjangan sebagai
akibat dari kerapuhan imannya, sehingga tidak mampu mencari hikmah di balik ujian dan tidak
mampu bertawakkal kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, Allah menegaskan kepada orang-orang
beriman bahwa mati itu adalah ketentuan Allah
SWT, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya pada sambungan ayat ini: “Allah-lah yang menghidupkan dan yang mematikan”.
Bukan karena
bepergian, bukan karena berperang, bukan karena tinggal di rumah. Hidup dan
mati itu akan datang sesuai dengan kehendak Allah,
itulah keyakinan orang beriman! Dengan demikian, maka yang terpenting adalah
bila masih diberi hidup, manfaatkanlah hidup itu di jalan yang diridhai Allah, sehingga dengan meniti jalan
hidup yang diridhaiNya, bila saatnya mati, matipun dalam keridhaan-Nya.
Wahai
hamba-hamba Allah yang beriman,
yakinilah bahwa kematian adalah ketentuan dari Allah SWT. Jangan menyesali kematian, karena menyesalinya berarti
melupakan hak
mutlak Allah atas hamba-Nya dan ini tidak
pantas menjadi sikap seorang yang beriman sejati, karena Allah akan menilai kualitas
keyakinan orang-orang beriman itu. “Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (bersambung)