Bahasa jurnalistik
adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan atau media massa untuk menyampaikan
informasi. Bahasa jurnalistik adalah bahasa dengan ciri-ciri khas yang memudahkan
penyampaian berita dan komunikatif. Bahasa Indonesia jurnalistik
adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam dunia jurnalistik.
------
Ahad,
12 April 2020
Bahasa Indonesia Jurnalistik (1)
Bahasa adalah Senjata, Kata-kata
adalah Pelurunya
Oleh : Asnawin Aminuddin
(Wartawan / Pengajar)
Pada abad ke-5 SM,
filsuf Tiongkok, Khong Hoe Tju ditanya seseorang.
“Guru, pekerjaan apa
yang pertama-tama guru lakukan seandainya guru diberi posisi dan kekuasaan
dalam negara?”
“Pertama-tama saya akan
memperbaiki bahasa,” jawab sang guru.
“Mengapa guru harus
sibuk dengan perkara sepele itu?” tanya orang itu.
“Karena jika penggunaan
bahasa tidak beres, tidak teliti, tidak cermat, maka yang diucapkan orang
bukanlah yang dimaksudkan, yang dimaksudkannya tidak dikerjakannya, dan yang
dikerjakannya bukan yang dimaksud. Konsekuensinya, segala tatanan akan hancur
berantakan. Hukum menjadi kacau, pemerintahan ruwet, tatanan kehidupan menjadi
amburadul, negara berantakan, pemerintah tidak dipercaya,” jawab sang Guru.
Kisah pendek ini
menunjukkan betapa pentingnya bahasa, baik dalam keseharian, apalagi di
organisasi atau di pemerintahan, termasuk di dunia jurnalistik.
Orang-orang bijak zaman
dahulu bahkan membuat peribahasa yang berbunyi, “Bahasa Menunjukkan Bangsa”,
artinya budi bahasa atau perangai serta tutur kata, menunjukkan sifat dan
tabiat seseorang (baik buruk kelakuan menunjukkan tinggi rendah asal atau
keturunan).
Pengertian
Bahasa
Bahasa adalah suatu
sistem untuk mewakili benda, tindakan, gagasan, dan keadaan. Bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa adalah percakapan
(perkataan) yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun.
Dua
Macam Bahasa
Bahasa dibagi dia
macam, yaitu bahasa verbal dan bahasa non-verbal. Bahasa verbal adalah bahasa
lisan, ucapan, percakapan, sedangkan bahasa non-verbal adalah bahasa yang bukan
dalam bentuk percakapan, bukan bahasa lisan, melainkan disampaikan atau
tersampaikan melalui gerakan tubuh, pakaian, perbuatan, mimik wajah, dan
sebagainya.
Bahasa
Indonesia
Di Indonesia banyak
sekali bahasa, terutama bahasa daerah, tapi semua bahasa daerah tersebut
dipersatukan oleh Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah
bahasa pemersatu bangsa Indonesia, yang terdiri atas berbagai suku dan etnis
dengan latar belakang bahasa berbeda.
Bahasa
Jurnalistik
Bahasa jurnalistik
adalah bahasa yang digunakan oleh wartawan atau media massa untuk menyampaikan
informasi. Bahasa jurnalistik adalah bahasa dengan ciri-ciri khas yang memudahkan
penyampaian berita dan komunikatif (Tri Adi Sarwoko, 2007).
Bahasa Indonesia jurnalistik
adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam dunia jurnalistik.
Selama ini masih banyak
orang yang menganggap bahasa jurnalistik sebagai perusak terbesar bahasa
Indonesia. Mereka menganggap bahasa jurnalistik sebagai bahasa lain yang tidak
pantas dilirik.
Anggapan itu ada
benarnya, karena wartawan memang kadang-kadang menggunakan bahasa atau
kata-kata pasaran yang melenceng dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Media massa jugalah
yang “memasarkan” kata-kata yang (maaf) agak kasar atau jorok kepada
masyarakat, sehingga masyarakat yang dulu terbiasa dengan bahasa yang agak
halus dan sopan (eufemisme), kini menjadi akrab dengan kata-kata kasar dan
blak-blakan, seperti sikat, bakar, bunuh,
darah, bantai, rusuh, rusak, provokatif, perkosa, penjara, pecat, jarah, serta
obok-obok dan esek-esek.
Selain itu, media massa
juga kerap mengutip kata-kata yang salah, seperti bentuk kembar sekedar-sekadar, cidera-cedera, film-filem,
teve-tivi-TV. Ada media yang memakai risiko,
ada yang resiko. Ada yang memakai sekedar, ada yang sekadar.
Ada pula media massa
yang dengan tanpa merasa dosa menuliskan kata ganti kita, padahal yang seharusnya adalah kata kami.
Penghilangan imbuhan
dalam judul berita juga kerap salah, misalnya Amerika Bom Irak, padahal semestinya Amerika Mengebom Irak, atau Tentara
Israel Tembak Anak Palestina, yang seharusnya Tentara Israel Menembak Anak Palestina.
Bagi para penulis dan
jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah pelurunya.
Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak
perasaan pembaca, pendengar, atau pemirsanya, jika tidak menguasai bahasa
jurnalistik dengan baik dan benar.
Itulah sebabnya, para
penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan yang memadai atas kosakata, pilihan
kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik.
Seorang
jurnalis tidak boleh menggunakan senjata untuk membunuh orang, tetapi harus
menggunakan senjata itu untuk mencerdaskan dan memuliakan masyarakat, serta
membela dan menjunjung tinggi kehormatan negara dan bangsa (Dad
Murniah, Harian Sinar Harapan, 2007). (bersambung)
-----
Referensi:
Asmadi, TD, 2006, “Bahasa Jurnalistik”
dalam Kumpulan Makalah “Membangun Kapasitas Media”, Dewan Pers
Sarwoko, Tri Adi, 2007, Inilah Bahasa
Indonesia Jurnalistik, Andi Yogyakarta