“Apa itu maksudnya SETELAH SEBELUMNYA?
Kata SETELAH, menunjukkan peristiwa yang akan terjadi, sedangkan kata
SEBELUMNYA, menunjukkan peristiwa yang sudah terjadi, peristiwa lampau.
Bagaimana bisa digabung keduanya? Lalu apa maknanya kalau kedua kata itu
digabung?” saya balik bertanya.
--------
PEDOMAN KARYA
Senin, 20 April 2020
BAHASA
Setelah
Sebelumnya
Saat harian Pedoman Rakyat masih
terbit, saya (redaktur) dan Asdar Muis RMS (almarhum, Direktur Pemberitaan)
pernah berdebat tentang penggunaan gabungan dua yakni; “... setelah sebelumnya..” yang biasa ditulis di tengah kalimat.
“Ini kalimat banci,” kata saya.
“Kenapa kau bilang begitu?” tanya Asdar.
“Apa itu maksudnya SETELAH SEBELUMNYA?
Kata SETELAH, menunjukkan peristiwa yang akan terjadi, sedangkan kata
SEBELUMNYA, menunjukkan peristiwa yang sudah terjadi, peristiwa lampau.
Bagaimana bisa digabung keduanya? Lalu apa maknanya kalau kedua kata itu
digabung?” saya balik bertanya.
Asdar Muis tidak langsung mau
menerima penjelasan saya, tapi saya tahu dia pasti berpikir, dan saya juga tahu
bahwa dia senang, karena pada dasarnya almarhum Asdar Muis memang senang
didebat, apalagi kalau hal yang diperdebatkan itu masuk dalam logika
berpikirnya.
Sejak “perdebatan” di ruang redaksi Harian
Pedoman Rakyat itu, teman-teman wartawan “tidak berani” lagi menggunakan
gabungan kata “.. setelah sebelumnya..” dan juga semakin berhati-hati dalam
menulis berita.
Mohon maaf, ini hanya curhat seorang
wartawan yang mulai bangkotan, ha..ha..ha.. (asnawin)
------
Keterangan:
-- Harian PEDOMAN RAKYAT terbit perdana pada 1 Maret 1947, didirikan oleh Soegardo (1916-1955) dan Henk Rondonuwu (1910-1974). Edisi harian Pedoman Rakyat terbit pada 2 Oktober 2007, dan hingga kini tidak terbit lagi. Penulis bergabung di Harian Pedoman Rakyat sejak 1992, hingga koran ini tidak terbit lagi.
-- Sejarah Harian Pedoman Rakyat, sudah saya tulis di Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Pedoman_Rakyat
------
Keterangan:
-- Harian PEDOMAN RAKYAT terbit perdana pada 1 Maret 1947, didirikan oleh Soegardo (1916-1955) dan Henk Rondonuwu (1910-1974). Edisi harian Pedoman Rakyat terbit pada 2 Oktober 2007, dan hingga kini tidak terbit lagi. Penulis bergabung di Harian Pedoman Rakyat sejak 1992, hingga koran ini tidak terbit lagi.
-- Sejarah Harian Pedoman Rakyat, sudah saya tulis di Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Pedoman_Rakyat