“Nabilang, kenapakah itu ada Konser Amal Covid-19? Apa tujuanna MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dan BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) mengadakan konser? Terus, kenapa juga sampai Presiden Jokowi dibawa-bawa namanya dalam konser itu melalui tandatangannya pada sepeda motor listrik yang dilelang?” tutur Daeng Nappa’ menirukan pertanyaan Daeng Ngitung.
-------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 21 Mei 2020
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Kenapakah
Itu Ada Konser Amal Covid-19?
“Tadi natanya’ka’ Daeng
Ngitung” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi di teras rumah Daeng
Tompo’ seusai keduanya shalat tarwih bersama keluarga di rumah masing-masing.
“Apa natanyakanki?” tanya
Daeng Tompo’.
“Nabilang, kenapakah
itu ada Konser Amal Covid-19? Apa tujuanna MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat),
BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), dan BPIP (Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila) mengadakan konser? Terus, kenapa juga sampai Presiden Jokowi
dibawa-bawa namanya dalam konser itu melalui tandatangannya pada sepeda motor
listrik yang dilelang?” tutur Daeng Nappa’ menirukan pertanyaan Daeng Ngitung.
“Deh, banyakna itu
pertanyaanna,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum.
“Saya juga bilang
begitu,” ujar Daeng Nappa’ juga sambil tersenyum.
“Jadi apami lagi kita’ bilang
sama Daeng Ngitung?” tanya Daeng Tompo’.
“Saya bilang, tujuannya
kan jelas, yaitu untuk penggalangan dana dalam rangka membantu korban Covid-19,”
ungkap Daeng Nappa’.
“Jadi apa nabilang
Daeng Ngitung?” tanya Daeng Tompo’.
“Daeng Ngitung bilang,
konser itu seolah-olah untuk amal, tapi sebenarnya memecah-belah dan
membentur-benturkan umat Islam,” papar Daeng Nappa’.
“Kenapa sampai Daeng
Ngitung bilang begitu?” tanya Daeng Tompo’.
“Daeng Ngitung bilang, ini
kan bulan puasa. Gara-gara konser itu, umat Islam terpecah-belah. Banyak yang
marah karena pemerintah mengadakan konser musik di tengah pandemi Covid-19.
Akhirnya, banyak umat Islam yang menuntut supaya masjid juga dibuka, tarwih dan
shalat Jumat boleh dilaksanakan di masjid, dan shalat Idul Fitri di lapangan
juga harus diizinkan, sementara sebagian besar umat Islam lainnya tetap
mengikuti imbauan ulama agar tetap shalat dan beribadah di rumah bersama
keluarga,” kata Daeng Nappa’.
“Kan bagus kalau begitu.
Kita bisa shalat berjamaah kembali di masjid, shalat tarwih di masjid, dan juga
shalat Idul Fitri di lapangan,” kata Daeng Tompo’.
“Saya juga bilang
begitu, tapi Daeng Ngitung bilang bagus bagaimana? Sekarang kan belum aman.
Pandemi Covid-19 masih mengancam. Masih bertambah orang yang positif corona,
dan masih bertambah juga orang yang mati karena virus corona, termasuk tenaga
medis di rumah sakit,” sebut Daeng Nappa’ menirukan ucapan Daeng Ngitung.
“Oh iyo tawwa. Benar
tong itu yang nabilang Daeng Ngitung,” ujar Daeng Tompo’.
“Baa, cocok juga tawwa
itu,” timpal Daeng Nappa’ dan keduanya kemudian bersamaan mengambil cangkir di
meja dan menyeruput kopi masing-masing. (asnawin)
Kamis, 21 Mei 2020
---------
Obrolan sebelumnya:
Masih Bisakah Itu Gubernur Disebut Profesor?
Naikmi Lagi Tarif BPJS-ka
Bisakah Itu Dosen Jadi Pejabat Walikota?