------
Minggu, 10 Mei 2020
Al-Qur’an
Menyapa Orang-orang Beriman (27):
Larangan Mengambil Orang Kafir Menjadi Pemimpin
Oleh: Abdul
Rakhim Nanda
(Wakil Rektor I Unismuh / Wakil
Sekretaris Muhammadiyah Sulsel)
Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi auliya’
dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang
nyata bagi Allah (untuk menyiksamu). (QS An-Nisa/4: 144)
Dalam ayat ini, Allah SWT mengingatkan kepada
orang-orang beriman dengan sapaan lembut-Nya. Sapaan dengan menyebut identitas
keimanan yang menyadarkan bahwa di mata Allah
SWT, mereka ini berbeda dengan orang
kebanyakan yang belum punya identitas iman.
Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi auliya’! Oleh Quraish Shihab, kata auliya’ dimaknai; ‘teman-teman akrab tempat
menyimpan rahasia, pembela, dan pelindung’.
Ibnu Katsir memaknai kata auliya’ dengan;‘kawan dekat dan
penasehat, serta tempat menyimpan rahasia’.
Sayyid Quthb memaknai auliya’
sebagai; ‘wali, pelindung,kekasih dan kawan setia’, sedangkan Buya Hamka memaknai kata auliya’ dengan ‘pemimpin’.
Kalau makna-makna ini dirangkai ke
dalam ayat tersebut, dapatlah dibangun suatu kalimat pernyataan
bertingkat (superlatif) berikut ini: “Jangan kamu mengambil orang kafir sebagai
teman-teman akrab tempat menyimpan rahasia, jangan pula jadikan mereka sebagai
kawan setia, sebagai kekasih, sebagai pembela, sebagai pelindung, sebagai wali,
apalagi sebagai pemimpin bagi kalian, jangan!, lalu kalian“meninggalkan orang-orang mu’min”.
Sayyid Quthb dalam tafsir Fie Zhilalil Qur’an memberikan keterangan terkait dengan
kondisi orang-orang beriman di masa kepemimpinan Rasulullah di Madinah, bahwa seruan ini sangat diperlukan Islam pada masa itu.
Ketika itu, sebagian orang-orang beriman telah
memutuskan secara total hubungan-hubungan terhadap kehidupan jahiliah walaupun
terhadap orangtua, sanak-saudara dan anak-anak mereka dan benar-benar menjadikan aqidah saja sebagai unsur persatuan dan
jalinan kekeluargaan sebagaimana yang diajarkan Allah SWT kepada mereka.
Namun masih ada di antara mereka yang
menjalin hubungan dengan kaum Yahudi di Madinah dan juga hubungan kepada
kerabat mereka dari kaum Quraisy. Mereka inilah yang masih memiliki
kecenderungan menjadikan orang-orang kafir menjadi auliya’ bagi mereka.
Sebagian kaum mukminin itulah yang
perlu diperingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya itu adalah jalan nifak yang dijalani oleh kaum munafik. Demikian uraian Sayyid
Quthb.
Padahal Allah SWT telah mengingatkan tentang orang-orang munafik itu: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik
bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang
mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?
Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS An-Nisa/4: 138-139)
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah juga menegaskan bahwa ayat ini
merupakan ancaman keras bagi -orang beriman yang menjadikan orang-orang kafir
sebagai teman-teman akrab, tempat menyimpan rahasia.
Walaupun bukan berarti dilarang
bergaul secara harmonis dan wajar atau bahkan memberi bantuan kemanusiaan
kepada mereka.
Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar memberi makna lebih tegas
terkait kepemimpinan, dengan uraiannya bahwa: “Jangan dipercayakan pimpinan
kamu kepada orang yang tidak percaya Tuhan. Keingkaran mereka kepada Tuhan dan
peratutan-peraturan-Nya akan menyebabkan rencana kepemimpinan mereka tidak tentu
arah, kalau demikian niscaya kalian yang mereka pimpin akan celaka.”
Kemudian Allah SWT menegur dengan firman-Nya dalam lanjutan ayat ini: “Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata
bagi Allah (untuk menyiksamu)?”atau menurut terjemahan Buya Hamka: “Apakah kamu ingin bahwa Allah menjadikan
atas kamu sesuatu kekuasaan yang nyata?”
Oleh karena orang-orang beriman itu
menyerahkan kepemimpinan kepada orang yang kafir, tidak mengerti atau tidak mau
mengerti tentang Islam, atau tidak berjiwa Islam,
maka timbullah kekacauan dan kemunduran atau keruntuhan kaum muslimin itu
sendiri.
Pada saat demikian maka AllahSWT akan memakai kekuasaan-Nya mendatangkan adzab dan siksa-Nya kepada kalian. Apakah
kalian mau begitu? Demikian pertanyaan yang bernada ancaman dari Allah SWT.
Sayyid Quthb menyebutnya, sebuah
pertanyaan yang sangat mengerikan bagi orang yang memahami. Karenanya, wahai
orang-orang beriman!Janganlah kalian mengambil orang kafir menjadi pemimpin
kalian dengan meninggalkan orang-orang mu’min. ***