“Sebenarnya lebih bagus kalau camat dan lurah, serta pejabat lain itu diberi motivasi dengan imbalan hadiah atau reward, bukan diancam, karena mereka bukan penjahat,” kata Daeng Tompo’.
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 09 Juni 2020
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Bagaimana Pendapatta’ Kalau Ada Gubernur Suka Ancam-ancam Bawahanna?
“Bagaimana
pendapatta’ kalau ada bupati, walikota, atau gubernur yang suka ancam-ancam
bawahanna?” tanya Daeng Nappa’ kepada Daeng Tompo’ saat ngopi pagi di teras
rumah Daeng Tompo’.
“Sebenarnya
tidak bagus itu. Tidak bijak,” kata Daeng Tompo’.
“Bagaimana
itu yang bijak?” tanya Daeng Nappa’.
“Gubernur
misalnya, undang seluruh walikota dan bupati dalam sebuah pertemuan, bisa
pertemuan langsung, bisa juga pertemuan secara virtual. Sampaikanlah di situ
apa yang perlu disampaikan, termasuk ancaman kepada pejabat yang tidak bisa
atau tidak mau bekerja secara profesional sesuai aturan,” tutur Daeng Tompo’.
“Jadi,
bukan bicara dan mengancam secara terbuka melalui media massa?” sela Daeng
Nappa’.
“Jangan!
Walikota dan bupati-lah yang sampaikan kepada camat dan lurah, serta para
pejabat lain di wilayah masing-masing tentang ancaman itu,” kata Daeng Tompo’.
“Jadi
tidak perluji bicara lewat media,” gumam Daeng Nappa’.
“Dan
satu lagi,” kata Daeng Tompo’.
“Apa
itu?” tanya Daeng Nappa’.
“Sebenarnya
lebih bagus kalau camat dan lurah, serta pejabat lain itu diberi motivasi
dengan imbalan hadiah atau reward, bukan diancam, karena mereka bukan penjahat,”
kata Daeng Tompo’.
“Bijak
sekali bicarata'. Bagaimana kalau kita’ diusulkan jadi penasehatna gubernurka?”
tanya Daeng Nappa’ sambil tersenyum.
“Baa,
usulkanma’ jadi penasehat spiritual,” jawab Daeng Tompo’ sambil tertawa dan
keduanya pun tertawa-tawa. (asnawin)
Selasa,
09 Juni 2020
Obrolan sebelumnya:
Gara-gara Corona, Selesai Bacaan Qur’an-ku’
Selesaimi Puasa Syawal-ta’?
Gubernur Bilang Perlu Sekolah Tinggi-tinggi