Salah satu kebiasaan HM Dg Patompo (kanan) sebagai Walikota Makassar, yaitu melakukan peninjauan lapangan secara langsung. Orang Jawa bilang blusukan. Itu berarti Patompo sudah aktif melakukan blusukan jauh sebelum istilah blusukan itu populer. (Arsip foto Perpustakaan Daerah Kota Makassar)
--------
PEDOMAN KARYA
Senin, 08 Juni 2020
Mati
Ketawa ala Patompo (2):
Ini Jakarta, Puang!
Oleh: M Dahlan Abubakar
Salah satu kebiasaan HM
Dg Patompo sebagai Walikota Makassar, yaitu melakukan peninjauan lapangan
secara langsung. Orang Jawa bilang blusukan. Itu berarti Patompo sudah aktif
melakukan blusukan jauh sebelum istilah blusukan itu populer.
Yang unik pada diri Patompo
yaitu ia kadang-kadang tertidur di dalam mobil pada saat melakukan blusukan,
dan itu terjadi jika ia melakukan blusukan pada saat sedang mengantuk atau pada
jam-jam tidur.
Itu pulalah yang terjadi
pada suatu kesempatan dirinya berkunjung ke Jakarta. Ketika itu, ia membawa
sejumlah kepala dinas dan kepala kantor lingkup Pemerintah Kotamadya Makassar
untuk melakukan studi banding di Jakarta.
Patompo memilih Jakarta
untuk studi banding, karena saat itu Jakarta di bawah kepemimpinan Ali Sadikin,
dianggap kiblat kemajuan daerah di Indonesia. Patompo rupanya mau berguru pada
Bang Ali, panggilan akrab Ali Sadikin sang Gubernur DKI Jakarta.
Saat itu, iring-iringan
mobilnya meluncur di tengah Kota Metropolitan Jakarta yang padat dan jalanannya
rata-rata mulus. Namun ada juga bagian lain di kota itu yang ternyata
jalanannya berlubang.
Di saat sedang meluncur
itulah, tiba-tiba mobil yang ditumpangi Patompo terguncang keras dan langsung
berhenti. Patompo yang kebetulan sedang tertidur sambil duduk pun langsung
terbangun karena kepalanya terantuk.
Patompo gelagapan dan
langsung menyuruh sang sopir untuk memundurkan mobil. Ia ingin mengetahui apa
yang terjadi. Patompo berpikir, mobil mengalami guncangan karena ada jalanan
yang rusak.
“Mundur...mundur..mundur,”
perintah Patompo kepada sopir.
Setelah mobil mundur,
Patompo langsung turun dan berkacak-pinggang. Dia memanggil kepala dinas
terkait.
“Kenapa ada lubang di sini!
Kenapa ada lubang di sini!” tanya Patompo dengan suara tinggi dan mengulang dua
kali pertanyaannya, dengan wajah memerah.
Kepala dinas yang dipanggil
pun ikut gelagapan dan ia tak bisa segera menjawab pertanyaan tersebut. Ia bingung
karena tidak tahu mau menjawab apa. Ia bingung karena Patompo memarahinya di
tengah jalan di Kota Jakarta.
“Ini Jakarta, Puang,”
tiba-tiba ajudan Patompo berbisik di telinga Patompo.
Setelah mendengar
bisikan itu, Patompo pun langsung menyadari bahwa ternyata ia tengah berada di
Jakarta, dan bukan di Makassar.
“Ayo, naik semua!” perintah
Patompo, dan iring-ringn kendaraan pun kembali meluncur menyusuri jalanan di Kota
Jakarta. (bersambung)
Editor: Asnawin Aminuddin
Editor: Asnawin Aminuddin
----------
Artikel terkait: