“Jadi itumi penyebabnya. Polisi dan mahasiswa baku hantam di jalanan, karena pemerintah dan DPR ngotot memaksakan pengesahan Undang-Undang Ciptaker, padahal hasil kajian para akademisi, serikat pekerja, dan berbagai elemen masyarakat lainnya, UU Ciptaker ini lebih banyak mudharatnya, lebih banyak merugikan para pekerja dan masyarakat dibandingkan manfaatnya,” tutur Daeng Nappa’. (Foto: Asnawin Aminuddin / PEDOMAN KARYA)
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 13 Oktober 2020
Obrolan Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Kasianna Kodong Polisi dan Mahasiswayya
“Kasianna kodong polisi dan mahasiswayya,” ujar Daeng Nappa' kepada Daeng Tompo’ saat keduanya ngopi pagi di teras belakang rumah Daeng Nappa’.
“Kasian kenapai?” tanya Daeng Tompo’.
“Polisi dan mahasiswa akhirnya berhadap-hadapan di jalanan. Mahasiswa menyerang polisi yang melaksanakan tugas, dan polisi pun memukuli mahasiswa dengan kasar tanpa belas kasihan,” kata Daeng Nappa’.
“Jadi apa ini maksudta’?” tanya Daeng Tompo’.
“Maksudku, ini semua gara-gara pemerintah dan DPR,” kata Daeng Nappa’.
“Kenapa bisa?” tanya Daeng Tompo’.
“Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja disingkat UU Cilaka, dan mayoritas Anggota DPR menyetujui menjadi Undang-Undang Cipta Kerja disingkat UU Ciptaker,” tutur Daeng Nappa’.
“Terus,” potong Daeng Tompo’.
“Sejak masih jadi RUU, sudah luas penolakan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk dari beberapa fraksi di DPR, tapi DPR tetap memaksakan dan mensahkannya jadi undang-undang,” kata Daeng Nappa’.
“Jadi?” tanya Daeng Tompo’.
“Jadi itumi penyebabnya. Polisi dan mahasiswa baku hantam di jalanan, karena pemerintah dan DPR ngotot memaksakan pengesahan Undang-Undang Ciptaker, padahal hasil kajian para akademisi, serikat pekerja, dan berbagai elemen masyarakat lainnya, UU Ciptaker ini lebih banyak mudharatnya, lebih banyak merugikan para pekerja dan masyarakat dibandingkan manfaatnya,” tutur Daeng Nappa’.
“Barangkali benar itu pandanganta’. Artinya, kalau banyak yang menolak, terutama dari kalangan akademisi dan masyarakat pengguna yang terkait, sebaiknya jangan dipaksakan,” ujar Daeng Tompo’.
“Berarti cocokmi yang kubilang to?”
“Cocok bagaimana?” Daeng Tompo’ balik bertanya.
“Polisi dan mahasiswa berhadap-hadapan di jalanan, karena pemerintah dan DPD ngotot memaksakan mensahkan UU Ciptaker,” kata Daeng Nappa’.
“Barangkali cocokmi, tapi minummaki’ dulu kopita’,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum. (asnawin)