--------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 29 April 2021
Nuzulul
Qur’an dan Lailatul Qadar (2-habis):
Mengapa
di Indonesia Nuzulul Qur’an Diperingati pada 17 Ramadhan?
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi
Muhammadiyah Sulsel)
Di negara-negara Arab, tidak ada perayaan khusus
Malam Nuzulul Qur’an, tapi umat Islam di sana biasanya menyambut malam lailatul
qadar pada malam ke-27 Ramadhan, dengan berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan
shalat.
Di Indonesia, Nuzulul Qur’an diperingati, bahkan
dibuatkan acara khusus di Istana Negara. Ide peringatan Nuzulul Qur’an pertama
kali diusulkan oleh Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) kepada Presiden
Soekarno.
Ide tersebut merupakan gambaran betapa Buya Hamka
dan para pendiri bangsa lainnya ingin menyelaraskan semangat keagamaan dan
semangat kebangsaan.
Buya Hamka mengusulkan Nuzulul Qur’an diperingati
pada malam ke-17 Ramadhan untuk menghormati peringatakan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia, yakni pada 17 Agustus 1945, yang konon kebetulan bertepatan
dengan 17 Ramadhan ketika itu. Wallahu a’lam.
Yang jelas, sejak itulah, acara peringatan Nuzulul
Qur’an menjadi tradisi bagi umat Islam di Indonesia.
Tapi tidaklah perlu kita mempertentangkan kapan
pertama kali turunnya Al-Qur’an. Yang paling utama sesungguhnya, apakah kita
rajin membaca Al-Qur’an atau tidak? Apakah kita setiap hari membaca Al-Qur’an
atau tidak?
Apakah kita hanya membaca ayat-ayatnya saja atau kita
juga membaca terjemahannya? Apakah kita juga mengkaji isi kandungan Al-Qur’an?
Apakah kita berniat dan berupaya mengkhatamkan membaca Al-Qur’an pada bulan
Ramadhan atau tidak?
Selanjutnya, apakah kita memang berniat dan berupaya
mendapatkan Malam Lailatul Qadar atau tidak? Persiapan apa yang kita lakukan
untuk mendapatkan Malam Lailatul Qadar?
Pahala
Membaca Al-Aur’an
Dari sahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu:
Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah oleh kalian
dua bunga, yaitu surat Al-Baqarah dan Surat Ali ‘Imran. Karena keduanya akan
datang pada hari Kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok
besar dari burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin
membacanya. Bacalah oleh kalian surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya
mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak
akan mampu menghadapinya. (HR. Muslim 804)
Dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an Al-Kilabi
radhiallahu ‘anhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Akan didatangkan Al-Qur`an pada Hari Kiamat kelak dan
orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya, yang paling
depan adalah surat Al-Baqarah dan surat Ali ‘Imran, keduanya akan membela
orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 805)
Tidak
Mahir Membaca Al-Qur’an
Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Yang mahir
membaca Al-quran bersama malaikat yang terhormat dan yang membaca Al-Quran
sedangkan ia terbata-bata serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka ia akan mendapat satu
kebaikan dan dari satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku
tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf,
lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Bukhari)
Kisah
Seorang Yang Rajin Membaca Al-Qur’an
Berikut kami sajikan sebuah kisah nyata yang
mudah-mudahan dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi kita untuk selalu
membaca Al-Qur’an.
Ada seorang pria tua di Turki yang sejak muda sudah rajin
membaca Al-Qur’an. Ketika dia memasuki usia tua, pria itu mengalami kesulitan
membaca lantaran matanya sudah tidak seperti dulu lagi.
Lalu ia pun memiliki ide untuk menulis Al-Qur'an
dengan tangannya sendiri dan ingin menulis dengan huruf agak besar sesuai yang
dia inginkan. Tujuannya agar ia bisa membaca Al-Qur’an dengan jelas tanpa
kesulitan sedikitpun. Akhirnya selesailah Al-Qur’an hasil tulisan tangannya
sendiri. Setiap hari ia membaca dan membawa Al-Qur’an tersebut.
Ketika menjelang wafatnya, orang tua itu berpesan kepada
anaknya, apabila ia wafat hendaklah Al-Qur’an itu diikutsertakan ke dalam
jasadnya di dalam kubur. Setelah wafat, anaknya pun menunaikan wasiat ayahnya
untuk memasukkan Al-Qur’an itu ke dalam kubur ayahnya.
Setelah berlalu satu tahun, anaknya menunaikan
ibadah haji. Ketika anaknya berada di Kota Madinah, anaknya berjalan-jalan ke
tempat perbelanjaan. Ia memasuki sebuah toko kitab dan kaligrafi di Madinah.
Alangkah terkejut ia ketika melihat Al-Qur’an yang ditulis ayahnya ada di toko
itu.
Ia pun bertanya kepada penjaga toko itu sambil
menunjukkan Al-Qur’an itu kepada penjaga toko: “Dari manakah Al-Qur’an ini
didapat?”
Penjaga toko itu menjawab: “Saya mendapatkan Al-Qur’an
itu dari seorang penggali kubur.”
Anaknya berkata lagi: “Bisakah Anda mempertemukan
saya dengan penggali kubur tersebut?”
Penjaga toko itu mengiyakan dan mempertemukannya
dengan penggali kubur tersebut. Setelah bertemu, anaknya bertanya kepada
penggali kubur. “Bagaimana Anda bisa mendapatkan Al-Qur’an ini? (sambil
menunjukkan Al-Qur’an tulisan tangan ayahnya kepada penggali kubur itu).”
Penggali kubur itu berkata: “Saat saya menggali
kubur untuk seseorang di baqi’ (pemakaman di Madinah), saya melihat sebuah
jasad masih utuh dan di samping jasad itu ada sebuah Al-Qur’an tulisan tangan persis
dengan yang ada di tangan Anda sekarang ini. Saya pun mengambilnya dan
menyimpannya, dan suatu ketika saya butuh uang akhirnya saya menjualnya ke
sebuah kedai.”
Anaknya berkata lagi: “Bisakah Anda menunjukkan
kepada saya, dimana letak posisi makam tempat Anda menemukan Al-Qur'an ini? Kalau
Anda mau menggali makam itu untuk saya sekali saja, saya ingin melihat orang
yang ada di dalam makam tersebut.”
Penggali kubur itu pun mengiyakannya dan
dilakukanlah penggalian. Setelah penggalian, akhirnya tampaklah jasad ayahnya
yang berada di dalam kubur itu. Jasadnya dalam keadaan masih utuh. Anak itupun
menangis melihat jasad ayahnya sekaligus kagum dengan keajaiban itu.
Padahal dia melihat sendiri saat pemakaman ayahnya
itu di Turki setahun lalu. Dan bagaimana bisa makam ayahnya sekarang berada di
Kota Madinah.
Mengenai kisah ini, Sayyid Muhammad bin Alawi
Al-Maliki Al-Hasani berkata: “Al-Mar-u ma'a man Ahabba” (seseorang itu akan
dikumpulkan bersama orang yang dia cintai). Baik di dunia, di alam kubur
ataupun di akhirat nanti. Karena orang yang di dalam kubur itu sangat mencintai
Rasulullah SAW, maka Allah mengumpulkannya bersama Rasulullah SAW, baik secara
lahir maupun batin.
Menurut Imam Al-Ghazali, hal itu bukanlah suatu
perkara sulit atau mustahil. Dan kejadian seperti itu memang sudah sering
terjadi.
Semoga kita dan anak keturunan kita istiqamah
membaca Al-Qur'an dan termasuk golongan ahli Al-Qur’an. Amin.
----
Artikel Bagian 1: