-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 02 Mei 2021
Kelong
Pendidikan Religius (2):
Teako
Malanre Nikatuwo Kasiasi, Lompoko Sallang, Nanu Balasaka Te’ne
Oleh:
Bahaking Rama
(Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin)
Tak mengenal siang atau malam, meskipun ia dalam
kesulitan memenuhi hajat hidup karena nasib kemiskinan harta. Ibu selalu
berharap agar anaknya tumbuh dan berkembang menjadi manusia sehat, saleh,
beriman dan bertaqwa, serta ikhlas menerima kondisi kemiskinan ibunya.
Setiap anaknya rewel karena haus dan kelaparan,
setiap itu pula sang ibu berpesan dengan kelong;
“Ana’, teako malanre nikatuwo kasiasi, lompoko sallang, nanu balasaka te’ne”.
Arti bebasnya, “Wahai anakku, janganlah bosan
diasuh dalam kondisi kesulitan pangan karena kemiskinan. Ibu tulus dan berharap
anakku tumbuh sehat-panjang usia, supaya kelak bisa sukses dan membahagiakan
orang tua.”
Kini ibu sudah tiada, ibu sudah wafat, di alam
kuburnya menanti do’a tulus dari sang anak.
Kini ibu sudah sepuh-tua renta, setiap saat menanti
kasih sayang sang anak. Gerakan fisik sang ibu sudah tidak kuat. Tidak sekuat
waktu mengasuh anaknya dahulu. Pendengarannya menurun tidak sepeka mendengar
tangisan anaknya dahulu.
Pandangan matanya redup tidak setajam lagi sewaktu mengawasi anaknya dahulu. Ucapannya tidak lagi mampu menyuarakan kelong.
Dalam
hatinya selalu berbisik; “Anakku, kuharap kehadiranmu menghiburku dalam
kesendirian di rumah gubuk. Anakku tidak kunjung datang. Apakah sibuk mengurus
isteri dan harta?”
Ibu di alam kubur menunggu do’a keselamatan dari
sang anak. Ibu di rumah gubuk menunggu kehadiran kasih- sayang dari anak dan
cucu-cicitnya. Semoga harapan sang ibu tercapai, berhasil mendidik anak saleh
yang setiap saat dapat mendo’akan keselamatan ibunya dan membahagiakannya di hari
tua. Aamin. (bersambung)