--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 08 September 2021
Kisah Nabi Muhammad SAW (8):
Kawanan
Burung Besar Membunuh Abrahah dan Seluruh Pasukannya
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Kehancuran
Abrahah
Allah-lah yang melindungi
rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah
berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang,
bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman.
“Maju! Maju! Apa yang
terjadi padamu?” bentak Abrahah pada tunggangannya.
“Dalam berbagai medan
pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak
ketakutan! Ada apa sebenarnya?” Abrahah kembali membentak gajah yang
ditungganginya.
“Paduka! Ada yang datang
dari arah laut!” teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah
laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar
matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat. Burung-burung itu
menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang
berupaya menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah,
akhirnya mati.
Peristiwa ini Allah
abadikan dalam QS 105, Surah Al-Fil, ayat 1-5:
“Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhan-mu telah bertindak terhadap tentara bergajah? Bukankah
Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?
Dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang
melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia
menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Wabah
Penyakit
Sebagian ahli tafsir
berpendapat bahwa yang dibawa burung itu adalah kuman-kuman wabah penyakit
cacar. Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan tubuh rusak seperti
daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali
ke Yaman, tetapi tidak lama setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
Kembali
ke Mekah
Abdullah bin Abdul
Muthalib tidak jadi disembelih karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor
unta.
Abdullah adalah pemuda yang
berwajah tampan. Kegagahan parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.
Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah ditebus dengan 100 ekor
unta, suatu jumlah yang luar biasa yang tidak pernah dialami seorang pun
sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha menggodanya, kesopanan Abdullah
tetap terjaga.
Gadis
yang Meminang
Setelah penebusan
Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya menuju rumah Wahb bin
Abdul Manaf. Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul Muthalib sudah
sepakat dengan Wahb untuk menikahkan putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan,
seorang gadis cantik menegur Abdullah, “Engkau akan pergi ke mana, wahai
Abdullah?”
“Aku akan pergi bersama
ayahku,” jawab Abdullah.
Tanpa memedulikan Abdul
Muthalib, gadis itu berkata, “Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak
ubahnya seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau, aku akan
menerimamu jika engkau mau menikahi diriku sekarang juga.”
Abdullah terperangah. Ia
menatap gadis itu dengan gugup.
“Siapakah gadis ini?”
Pikir Abdullah.
Pikirannya kemudian berkecamuk
dengan pertanyaan, “Dilihat dari pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia
pasti seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam memancarkan sinar yang teduh
seperti yang biasa dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan penuh
kasih sayang. Apa yang harus kukatakan kepadanya?”
Ketika Abdullah menoleh
kepada ayahnya, dilihatnya Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus
melangkah dan tidak menggubris sang gadis.
“Aku bersama ayahku. Aku
tak kuasa menolak kehendaknya dan berpisah dengannya,” kata Abdullah.
Abdullah kembali berjalan
bersama ayahnya. Hatinya dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang
ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul
Muthalib datang ke rumah Wahb bin Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan
Abdullah dengan Aminah.
Keesokan harinya,
Abdullah bertemu lagi dengan gadis yang kemarin. Abdullah menyapanya.
“Mengapa engkau tidak
menyapaku seperti kemarin?” tanya Abdullah.
“Sinar berseri-seri yang kemarin kulihat pada
wajahmu sudah tidak ada lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak
membutuhkanmu!” jawab gadis itu dengan ketus.
Sinar
Kenabian
Sinar berseri-seri yang
dilihat sang gadis pada wajah Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah
sinar kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki putra yang kelak menjadi nabi. (Bersambung)
Editor: Asnawin Aminuddin
--------
Kisah Nabi Muhammad SAW (9):
Abdullah Menikah dengan Aminah
Kisah sebelumnya:
Abrahah dan Pasukan Gajah Datang, Penduduk Mekah Mengungsi ke Gunung-gunung
Abrahah Dirikan Gereja Besar nan Indah di Yaman untuk Tandingi Ka’bah