----------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 01 Oktober 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (20):
Khadijah
Binti Khuwailid, Saudagar Kaya dan Terhormat
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Namanya Khadijah binti
Khuwailid. Sosoknya cantik dan anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal,
saudara-saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan peninggalan orangtuanya.
Namun, Khadijah sadar bahwa kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan
berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan
yang luar biasa dan kekuatan sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka dari itu,
Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya sendiri berbekal warisan
orangtuanya.
Tidak lama kemudian,
Khadijah telah membuktikan bahwa kalau pun tidak mendapat harta warisan, dia
mampu mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya sendiri.
Dengan harta yang
diperolehnya, Khadijah membantu orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim, dan
orang-orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu, Khadijah menikahkan
dan memberi mas kawinnya.
Khadijah lembut dan
ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi dalam menjalankan bisnis keluarga
sepeninggal ayahnya, dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah
tidak menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan bawahan. Dia menganggap
bawahan sebagai rekan kerja yang pantas dihormati.
Khadijah sendiri selalu
tinggal di rumah. Karena itu, biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika
sebuah kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar negeri. Orang yang
dimintai bantuan itu bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya untuk
dijual ke pasar-pasar asing.
Khadijah sangat teliti
memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai merencanakan waktu keberangkatan
kafilah dan tempat tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada waktu
dan tempat yang tepat.
Begitu suksesnya Khadijah
sebagai seorang saudagar, sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy berangkat
dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya adalah harta perdagangan
milik Khadijah.
Dia seperti mempunyai
sentuhan emas. Diibaratkan jika dia menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi
“emas”. Karena itu, penduduk Mekah menjulukinya “Ratu Quraisy” atau “Ratu Mekah.”
Kalau hanya kekayaan yang
menjadi ukuran, tentu Allah tidak akan menjadikan Khadijah (kelak) sebagai
istri seorang rasul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama yang membuatnya
sepadan dengan Muhammad
(Catatan: Sebuah kafilah
dagang pada masa itu ibarat kampung bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai
2500 ekor dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah perlu
organisasi yang baik, biaya besar, dan keberanian yang cukup. Jika ada
perampok, seluruh anggota kafilah harus berani menyabung nyawa untuk
mempertahankan harta yang dibawanya.)
Wanita
Suci
Khadijah mempunyai
seorang paman bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sanak saudara Khadijah
yang paling tua. Dia sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab Jahiliah yang
menyembah berhala, sehingga menyimpang jauh dari apa yang diajarkan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail.
Waraqah sendiri adalah
hamba Allah yang setia dan lurus. Dia tidak pernah meminum minuman keras dan
berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin yang membutuhkan
pertolongannya.
Khadijah sangat
terpengaruh pemikiran Waraqah bin Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala
dan patung-patung sesembahan. Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah
pengikut setia ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Jika mendengar ada
seorang anak perempuan akan dikubur hidup-hidup, Waraqah dan Khadijah akan
segera menemui sang ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan yang
menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah dan Waraqah akan membeli anak
itu dan membesarkannya seperti anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa
waktu setelah itu, ayah si anak menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya
kembali. Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak itu akan diasuh
dengan benar dan disayangi, setelah itu barulah dia mengizinkan sang ayah
membawa pulang anaknya kembali.
Budi pekerti Khadijah
yang agung, santun, lembut dan penuh keteladanan ini membuat semua orang
menjulukinya juga sebagai Khadijah At Thahirah atau Khadijah yang suci.
Pertama kalinya dalam
bangsa Arab, seorang wanita dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan merendahkan wanita.
(Catatan: Selain
Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita terkenal, di antaranya adalah: ~
Hindun, istri Abu Sofyan, dan ~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl).
Para saudagar wanita ini biasanya juga menjual keperluan wanita, seperti pakaian, parfum, perhiasan emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang ini tidak memerlukan banyak ruang, ringan dan laku keras di mana-mana. (bersambung)
Kisah sebelumnya: