Awal mula penyembahan berhala di Mekah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekah, berhala Hubal ditaruh di Ka’bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya. (int)
-------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 01 September 2021
Kisah Nabi Muhammad SAW (2):
Awal
Mula Penyembahan Berhala di Mekah
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Nenek Moyang Nabi Muhammad
Salah seorang nenek
moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka
masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.
“Wahai penduduk Mekah,
aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah
berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam
yang sejuk!” demikian keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi
penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa
persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat sulit
didapat.
“Terima kasih, wahai
Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!” seru penduduk
Mekah.
Di bawah kepemimpinan
Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar
didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi
silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya
penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu
menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping
kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.
Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang
diliputi kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul
terakhir-Nya di tempat ini.
Pembagian
Urusan
Beberapa jabatan
pemerintahan di Mekah di antaranya Hijabah (Pemegang kunci Ka’bah), Siqayah (Penyedia
air dan makanan buat para peziarah), Rifadah (Mengatur pembagian dana dari
orang kaya untuk fakir miskin) dan Qiyadah (Mengatur urusan peperangan).
Percaya
Takhayul
“Oh, tidak! Burung itu
terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!” umpat seseorang. Orang itu
kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah
kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial
walaupun belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada
masa jahiliyah amat percaya kepada takhayul. Contohnya, mereka percaya jika
burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka.
Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang.
Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur.
Selain itu, mereka
percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga
percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di
dalam perut sehingga orang merasa lapar.
“Lihat cincin tembagaku
ini. Cincin ini adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku
memberinya uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku
berkelahi sekarang. Berkat cincin ini, aku merasa jauh lebih kuat!” kata seseorang
kepada temannya dengan bangga.
Masih banyak kebodohan
serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala
berbentuk patung.
Jika mereka meminta
pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang
ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala. Bahkan mereka terkadang
sampai hati mengorbankan anak-anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.
Selain melakukan
kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang
merusak.
Awal
Mula Penyembahan Berhala
Awal mula penyembahan
berhala di Mekah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar
bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekah, berhala Hubal ditaruh
di Ka’bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekah
oleh Nabi Muhammad saw, Ka’bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang
terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
Gemar
Mabuk dan Berjudi
Bangsa Arab pada masa itu
sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa
saja yang tidak. Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman.
Orang-orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang
disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk,
seseorang kembali berseru, “Bawakan alat alat judi kemari!”
Orang pun membawakan
alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor
unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut. Selain
berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil
berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan,
setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama
Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.
Barm
Judi memotong unta adalah
judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam
kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan
harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang
kikir, yang biasa disebut barm. (bersambung)
Editor: Asnawin Aminuddin
-----
Artikel Bagian 3: Kondisi Masyarakat Mekah dan Lahirnya Abdul Muthalib di Madinah
Artikel Bagian 1: Jazirah Arab, Letak Mekah, dan Suku Badui