Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.
“Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang. Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh sakit,” kata Abdullah kepada kawan-kawannya.
-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 10 September 2021
Kisah Nabi Muhammad SAW (9):
Abdullah
Menikah dengan Aminah
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb. Aminah adalah gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di kalangan Suku Quraisy.
Musim semi tahun 570
Masehi pun tiba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi.
Dedaunan kurma di Kota Tha’if kembali bersemi. Sementara itu, padang-padang
rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.
Bagi penduduk Mekah,
musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi perdagangan musim panas
ke Syiria. Abdullah pun berniat pergi musim ini.
“Kanda, sebenarnya hatiku
sangat berat melepas kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi kekhawatiran
dan kegelisahan. Aku bahkan berharap dapat menemukan suatu alasan untuk menahan
kepergianmu,” keluh Aminah kepada suaminya.
Abdullah tersenyum
menentramkan, “Hatiku pun terasa tertinggal di sini, dinda. Aku tahu begitu
besar rasa sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus berada di
sisiku.”
“Bukan cuma itu, damai
rasanya berada di sampingmu, kanda” kata Aminah.
Abdullah mengangguk, “Tetapi
dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak
berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor kambing perah. Selain itu, tak
ada lagi kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan
daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan
menambah penghasilan kita.”
Aminah terpaksa
mengangguk menerima kenyataan itu. Ia memandang kepergian Abdullah dengan sendu,
seolah itu adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.
Hamzah
bin Abdul Muthalib
Pada hari pernikahan
Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama
Hala. Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah yang seusia dengan
beliau.
Abdullah
Meninggal
Bersama kafilah dagang,
Abdullah tiba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di
Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Namun, ketika
kawan-kawannya dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.
“Rasanya, aku takkan kuat
menempuh perjalanan pulang. Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada
ayahku bahwa aku jatuh sakit,” kata Abdullah kepada kawan-kawannya.
Kawan-kawannya
mengangguk, “Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini.”
Kafilah Mekah pun
beranjak pulang. Ketika tiba di rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah
kepada Abdul Muthalib.
“Harits!” panggil Abdul
Muthalib kepada putra sulungnya.
Dia kemudian melanjutkan,
“Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia
pulang.”
Harits pun segera
berangkat. Ketika tiba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya
adalah wajah-wajah duka.
“Abdullah telah meninggal.
Mari, kami antar engkau ke pusaranya,” kata mereka kepada Harits.
Harits pun menyampaikan
berita sedih itu ke Mekah. Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun,
kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah. Apalagi di saat itu ia
tengah menantikan kelahiran bayinya.
“Selamat jalan, kanda,”
isak Aminah, “hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini, tinggallah
aku yang hidup untuk membesarkan bayi kita.”
Tidak lama lagi, bayi
Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang
mengubah jalannya sejarah dunia.
Peninggalan
Abdullah
Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah. (bersambung)
Kisah bagian ke-10:
Abdul Muthalib Rayakan Kelahiran Muhammad
Kisah bagian ke-8:
Kawanan Burung Besar Membunuh Abrahah dan Seluruh Pasukannya
Ibu aminah dan hala menikah di wktu yg sama?????
BalasHapusKisah ini sesuai yg ada dalam buku, kami tidak mengubahnya, hanya menulis ulang sebagai bahan pelajaran dan dakwah, syukran....
Hapus