-------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 21 Oktober 2021
Kisah Nabi Muhammad SAW (23):
Menikah
dengan Khadijah, Muhammad Jadi Kaya Tapi Tetap Rendah Hati
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Sifat
Muhammad
Muhammad telah mendapat
karunia Allah dengan pernikahannya bersama Khadijah. Dari seorang pemuda tidak
kaya, Allah telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan tinggi dengan
harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah
memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan
yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini kelak lahir
keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.
Para sesepuh dari kedua
keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan
harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad yang bijak dan
cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan
keikutsertaan suami istri itu dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat
membuat orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat kehormatan
demikian itu, Muhammad tetaplah seorang yang rendah hati. Itu adalah sifatnya
yang menonjol.
Jika ada yang mengajaknya
berbicara, tidak peduli siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja mendengarkan dengan
hati-hati, Muhammad bahkan memutar badannya untuk menghadap orang yang
mengajaknya berbicara.
Semua orang tahu bahwa
bicara Muhammad sedikit. Ia justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang
lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang tidak bisa diajak bergurau.
Ia sering juga membuat humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu yang benar.
Orang menyukai Muhammad
yang apabila tertawa, tidak pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila marah,
tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia marah hanya dari
keringat yang tiba-tiba muncul di keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan
tidak menampakkannya keluar.
Orang-orang menyayangi
Muhammad karena ia lapang dada, berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia
bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan siapa saja.
Namun, di balik semua
kelembutan itu, ia mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas, dan
tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian berpadu dalam
dirinya sehingga menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang yang
bergaul dengan Muhammad.
Mahar
Pernikahan
“Saksikanlah para
hadirin,” kata Waraqah bin Naufal dengan suara agak keras, “Saksikanlah bahwa aku
menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin senilai 12 ekor unta
betina.”
Kambing
Sedekah
Setelah upacara resmi
pernikahan selesai, Muhammad memerintahkan agar seekor kambing disembelih di
depan pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada fakir miskin. Itu
belum termasuk para undangan yang menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang
jamuan makan, fakir miskin pun dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung
daging.
Baqum
Si Pedagang Romawi
Muhammad bukankah orang
yang suka berpangku tangan, tetapi aktif bergaul dalam masyarakat. Suatu hari
terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad menjadi semakin harum.
Peristiwa itu didahului
oleh banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di sekitar Mekah tanpa ampun
menumpahkan air hujan yang jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah.
Banjir itu menyebabkan dinding Ka’bah yang memang sudah lapuk jadi retak dan
terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum
banjir tiba, sudah ada gagasan untuk memperbaiki Ka’bah, tetapi orang-orang
takut apabila Tuhan Ka’bah marah. Setelah banjir, tidak bisa dielakkan lagi
bahwa dinding Ka’bah harus diperbaiki dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir
Allah bahwa waktu itu juga tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di
laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu’aibah. Kapten kapal Romawi itu adalah
seorang Nasrani yang berasal dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah
mengutus Walid bin Mughirah dan serombongan orang untuk membeli kapal itu,
membongkar kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun kembali Ka’bah.
Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai ahli kayu.
Pada mulanya, tidak
seorang pun berani membongkar dinding Ka’bah walau sedikit, karena takut
dikutuk Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa yang menimpa Abrahah
dan pasukan gajahnya saat ingin menghancurkan Ka’bah.
Akan tetapi, akhirnya,
Walid bin Mughirah memberanikan diri merombak sudut bangunan bagian selatan.
Setelah itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia tidak juga
dikutuk, mereka pun mulai melakukan pembenahan Ka’bah. (bersambung)
Kisah Nabi Muhammad SAW (24): Ka’bah Dipugar, Kabilah Berselisih, Muhammad Jadi Penengah
Kisah Nabi Muhammad SAW (22): Pernikahan Muhammad dengan Khadijah Binti Khuwailid
Kisah Nabi Muhammad SAW (21): Khadijah Pilih Muhammad sebagai Pemimpin Kafilah Dagangnya