-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 21 Oktober 2021
Kisah Nabi Muhammad SAW (25):
Muhammad
Mengasingkan Diri di Gua Hira
Penulis: Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Rumah
Tangga Muhammad SAW
Muhammad selalu membuat
suasana rumahnya menjadi hidup dengan canda dan keramahan. Beliau suka
berkelakar kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-putrinya,
beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah
amat gemar memakai parfum. Bau wewangian itu akan membuat orang-orang di
sekitar beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju berwarna merah.
Beliau lebih suka baju berwarna lurik atau putih. Rasulullah juga gemar memakai
surban dengan salah satu ujungnya menggelantung antara pundak.
Beliau tidak pernah
menggunakan baju yang seluruhnya terbuat dari sutera. Kemudian datanglah satu
orang yang amat Rasulullah sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau
mengangkatnya sebagai anak.
Zaid
bin Haritsah
Suatu hari, keponakan
Khadijah yang bernama Hakim bin Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama
Zaid bin Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan mengenaskan. Lehernya
dibelenggu sehingga ia terpaksa merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah
membeli Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai
Zaid. Apalagi ketika Zaid bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara
diculik.
Lima belas tahun yang
lalu, Zaid kecil sedang berjalan pulang bersama ibunya ketika datang para
perampok gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia hidup sebagai
seorang budak yang diperjualbelikan ke sana kemari. Nasiblah yang membawanya
bertemu dengan Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat
menyayangi Zaid, Khadijah memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang
bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid seolah sebagai pengganti
Qasim dan Abdullah yang telah tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun,
secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah
bertahun-tahun mencari Zaid sejak anaknya itu menghilang. Haritsah amat
menyayangi dan merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan tentang
anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
“Silakan membawa Zaid
pulang,” kata Muhammad kepada Haritsah. “Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap
bersama saya, saya tidak akan menolaknya.”
Ternyata, Zaid lebih
memilih tinggal bersama Muhammad. Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat
Zaid sebagai putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil Zaid bin
Muhammad.
Di kemudian hari, Allah
melarang anak angkat mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta
seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan anak angkat. Maha adil
Allah Yang Agung.
Gua
Hira
“Berhala-berhala yang
bernama Hubal, Lata, dan Uzza itu tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali
pun, bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan bagi manusia?”
demikian pikir Muhammad.
Muhammad terus berpikir, “Siapakah
yang berada di balik semua ini? Siapa yang berada di balik luasnya langit dan
tebaran bintang? Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas terbakar
kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang jernih dan indah, langit yang
bermandi cahaya bulan dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa
pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang begitu dalam? Siapa yang
berada di balik semua keindahan ini?”
Demikianlah Muhammad
tidak mencari kebenaran dalam kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia
mencari kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari keramaian dan pergi
ke Gua Hira.
“Betapa sia-sianya hidup
manusia, waktu terus berlalu, sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal
tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan itu. Betapa sia-sianya
hidup manusia karena tertipu dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna,”
pikir Muhammad.
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh. Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40 tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani dan tenang itu amat terkejut melihatnya. (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Ka’bah Dipugar, Kabilah Berselisih, Muhammad Jadi Penengah
Menikah dengan Khadijah, Muhammad Jadi Kaya Tapi Tetap Rendah Hati