-------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 05 November 2021
KALAM
Beruntunglah
Orang yang Dikaruniai Ilmu dan Harta
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Komisi Komunikasi dan Informasi MUI Sulsel / Wakil Ketua Majelis
Pustaka dan Informasi Muhammadiyah Sulsel)
Pada sebuah majelis,
Rasulullah SAW bersabda, “…..Sesungguhnya dunia diberikan untuk empat orang.
Pertama, seorang hamba yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian dia bertaqwa
kepada Allah dalam hartanya, dengannya ia menyambung silaturrahim, dan
mengetahui hak Allah di dalamnya. Orang tersebut kedudukannya paling baik (di
sisi Allah).
Kedua, seorang hamba yang
Allah berikan ilmu namun tidak diberikan harta, dengan niatnya yang jujur ia
berkata, ‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang
dikerjakan Si Fulan.’ Ia dengan niatnya itu, maka pahala keduanya sama.
Ketiga, seorang hamba
yang Allah berikan harta namun tidak diberikan ilmu. Lalu ia tidak dapat
mengatur hartanya, tidak bertaqwa kepada Allah dalam hartanya, tidak menyambung
silaturrahim dengannya, dan tidak mengetahui hak Allah di dalamnya. Kedudukan
orang tersebut adalah yang paling jelek (di sisi Allah).
Dan keempat, seorang
hamba yang tidak Allah berikan harta dan tidak juga ilmu. Ia berkata,
‘Seandainya aku memiliki harta, aku pasti mengerjakan seperti apa yang
dikerjakan Si Fulan.’ Ia berniat seperti itu dan keduanya sama dalam
mendapatkan dosa.” (Ahmad, IV/230-231, at-Tirmidzi, No. 2325), dan Ibnu Majah,
No. 4228).
Maka beruntunglah orang
yang dikaruniai ilmu dan sekaligus dikaruniai harta. Sebaliknya celakalah orang
yang dikaruniai harta yang banyak, tapi tidak dikaruniai ilmu, karena hartanya
akan sia-sia, dan bahkan dapat mengantarkannya masuk ke dalam neraka.
Qarun
Salah satu orang yang
celaka dengan hartanya yaitu Qarun. Qarun masih keluarga dekat dengan Nabi Musa,
keduanya hidup pada masa yang sama, dan Qarun disebutkan dalam Al-Qur’an
sebagai kaum Nabi Musa, begitu pun dengan Fir’aun dan Haman.
Qarun pada mulanya
bukanlah orang kaya, namun Allah SWT kemudian memberinya karunia harta yang
banyak dan ia pun menjadi kaya raya.
Saking kayanya,
sampai-sampai perbendaharaan hartanya harus disimpan dalam gudang besar, dan
saking besarnya gudang-gudang yang ia miliki, sampai-sampai kunci gudangnya
harus dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.
Sayangnya, setelah dia
menjadi kaya, dia lupa diri. Qarun menjadi sombong. Ia mengaku harta yang ia dapatkan semata-mata karena ilmu yang ia miliki.
Dalam Al-Qur’an, Surah
Al-Qashash, surah ke-28, ayat 76, disebutkan, “Sesungguhnya Qarun termasuk kaum
Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh
sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya:
Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
membanggakan diri.”
Dalam surah yang sama
ayat ke-78, disebutkan, “Dia (Qarun) berkata: Sesungguhnya aku diberi (harta
itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku. Tidakkah dia tahu, bahwa Allah
telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat dari padanya, dan lebih banyak mengumpulkan
harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa
mereka.”
Orang-orang yang
menginginkan dunia ketika itu, juga menginginkan dirinya sama dengan Qarun yang
memiliki harta yang banyak.
“Maka keluarlah dia
(Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan
kehidupan dunia berkata: Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti
apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS 28, Al-Qashash, ayat 79)
Akibat kesombongannya dan
tidak lagi mau mendengarkan nasehat, maka Qarun kemudian ditenggelamkan ke bumi
beserta seluruh harta kekayaannya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,
Surat Al-Qashash, surah ke-28, ayat ke-81:
“Maka Kami benamkan dia
(Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan
pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang
dapat membela diri.”
Kisah dibenamkannya Qarun
ke bumi beserta seluruh harta kekayaannya itulah yang menjadikan inspirasi
legenda harta-harta yang terpendam bawah tanah sehingga disebut harta karun.
Abdurrahman
bin Auf
Berbeda dengan Qarun,
salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yaitu Abdurrahman bin Auf, justru beruntung
dan mendapat kedudukan yang baik di sisi Allah SWT dengan harta kekayaannya.
Abdurrahman bin Auf adalah
seorang ekonom dan pedagang ulung, lalu ia menjadi kaya raya, tetapi ia tidak
kikir bahkan sangat dermawan dengan kekayaan yang dimilikinya.
Suatu hari, Rasulullah SAW
bersabda bahwa Abdurrahman bin Auf akan masuk surga belakangan, karena ia
terlalu kaya dan dengan harta kekayaannya itu butuh waktu lama untuk
menghisabnya di akhirat kelak.
Mendengar pernyataan
Rasulullah tersebut, Abdurrahman bin Auf berupaya agar hartanya habis dan ia berharap
jatuh miskin, sehingga kelak di akhirat masuk surga lebih awal.
Kesempatan untuk jadi
miskin pun datang. Seusai Perang Tabuk, kurma yang ditinggalkan para sahabat di
Madinah menjadi busuk sehingga harga jualnya jatuh. Mendengar hal tersebut,
Abdurrahman bin Auf langsung menjual semua harta yang ia punyai untuk membeli
semua kurma busuk milik para sahabat dengan harga standar kurma yang belum
busuk.
Semua sahabat bersyukur
karena kurma yang mereka khawatirkan tidak akan laku, tiba-tiba diborong
semuanya oleh Abdurrahman bin Auf. Para sahabat gembira karena kurma mereka
bisa dijual. Abdurrahman bin Auf juga sangat senang karena ia akan jatuh
miskin.
Belum lama kegembiraan
itu ia rasakan, tiba-tiba datang seseorang yang mengaku berasal Yaman, dan ia
diutus oleh Raja Yaman untuk membeli kurma busuk. Kurma busuk itu akan
dijadikan salah satu obat untuk penyakit menular yang sedang melanda rakyat
Negeri Yaman.
Dengan gembira
Abdurrahman bin Auf memberikan semua kurma busuk yang telah dibelinya (dengan
harga normal) kepada utusan dari Negeri Yaman tersebut, dan ia menyerahkannya
dengan sukarela tanpa dijual.
Namun utusan dari Negeri
Yaman telah dipesan untuk membeli kurma busuk dengan harga sepuluh kali lipat
dari harga normal. Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma
milik Abdurrahman bin Auf dan membayarnya dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.
Maka bukannya jatuh
miskin, harta kekayaan Abdurrahman bin Auf malah bertambah sepuluh kali lipat.
Allah berfirman dalam
Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah, ayat 261, “Perumpamaan orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai,
pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.”
Begitulah. Allah
menghinakan Qarun karena hartanya tidak digunakan untuk amal dan kebaikan,
sebaliknya Allah memuliakan Abdurrahman bin Auf karena ia memanfaatkan harta
kekayaannya di jalan Allah.
Maka beruntunglah orang yang
dikarunia ilmu agama yang benar dan harta kekayaan yang berlebih, dan
sebaliknya merugilah orang yang dikaruniai harta tapi tidak dikaruniai ilmu guna menyalurkan hartanya untuk amal dan kebajikan.
Semoga kita termasuk
orang yang Allah berikan ilmu dan harta, kemudian kita bertakwa kepada Allah dengan
harta tersebut, menyambung silaturrahim, dan memanfaatkan harta tersebut untuk
amal dan kebajikan.
Atau kita termasuk orang yang Allah
berikan ilmu namun tidak diberikan harta, tapi kita berniat dengan jujur agar jika
diberi harta, akan memanfaatkan harta dan kekayaan tersebut untuk amal dan
kebajikan. Amin.